Apabila seorang hamba Allah telah dibukakan jalan untuk mengetahui Allah, maka apakah sesuatu yang harus dihadapinya sebagai aqidah dan pegangan? Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan tentang hal ini dalam Kalam Hikmahnya yang ke-8 sebagai berikut:
"Apabila Allah membukakan bagi anda jalan untuk mengenalNya, maka janganlah anda ambil peduli tentang sedikit amalanmu, karena Allah s.w.t. tidak membukakan jalan tadi bagimu selain IaNya Allah berkehendak memperkenalkan DzatNya atau sifat-sifatNya kepadaMu.
Tidakkah anda ketahui bahwa memperkenalkan itu adalah pemberian Allah atas anda. Sedangkan amal-amal (yang anda kerjakan) anda berikan amal-amal itu untuk Allah, dan di manakah fungsi pemberian anda kepada Allah apabila dibandingkan pada apa yang didatangkan Allah atas anda?"
Kalam Hikmah ini mengandung pengertian yang dalam sekali tentang tujuan kita selaku hamba Allah dalam perjalanan kepada Allah dengan mengerjakan amal ibadah sebagai yang dikehendaki dalam ajaran-ajaran agama kita, agama Islam. Untuk menjelaskan Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:
I. Hamba-hamba Allah yang mengerjakan amal ibadah dengan sebanyak mungkin, tujuannya agar sampai kepada Allah dengan perasaan sepenuh hati dan perasaan mengenal Allah s.w.t. Apabila kita tekun dan sabar mengerjakan amal ibadah, lama-kelamaan, Insya Allah pintu hati kita dibukakan oleh Allah s.w.t. untuk mengenal (makrifat) kepadaNya.
Makrifat kepada Allah ialah kita merasakan bahwa Allah "ADA" di mana saja kita berada. Allah melihat hal keadaan kita, dan pula perasaan kita, dan pula perasaan kita yang bercampur dengan aqidah yang mendalam bahwa tidak ada yang berbuat dan berkuasa selain Allah s.w.t. Di mana saja kita berada,
Allah selalu beserta kita. Segala perbuatan dan tindak-tanduk kita dilihat oleh Allah. Apa saja yang kita kerjakan adalah Allah yang menciptakannya.
II. Apabila aqidah dan perasaan kita telah mendalam sedemikian rupa, maka waktu itu kadang-kadang amal kita mungkin berkurang dari amal-amal yang telah begitu banyak kita kerjakan. Tujuan dari amal ibadah agar kita dapat hampir kepada Allah, sedang terbuka jalan seperti yang telah dianugerahkan Allah kepada kita adalah bukti yang nyata, bahwa kita sudah mulai dekat kepadaNya, dan kita akan menjadi sebagian hamba-hamba yang dikasihi olehNya. Kemungkinan Juga terjadi sedikit amal ibadah yang kita kerjakan disebabkan penyakit yang ada pada tubuh kita, tetapi apabila makrifat kita kepada Allah sudah begitu mendalam, maka kita mengetahui dengan rasa yakin bahwa sakit itu lebih baik dari sihat, karena kita dalam sakit boleh meningkat hal keadaan kita untuk lebih dekat kepada Allah daripada sihat di mana kita jauh daripadaNya.
Oleh sebab itu, meskipun sedikit amal ibadah yang kita kerjakan, tetapi hati kita terus mendekat kepada Allah sehingga terbukalah makrifat kita kepada DzatNya dan sifat-sifatNya dalam kita melihat alam makhluk dunia ini
III. Ketahuilah, bahwa Allah membuka jalan makrifat untuk dapat kita kenal Dia (Allah), adalah merupakan kehendakNya, semoga dengan kurniaNya kita dapat dekat kepada Allah. Terbuka segala sifatNya dan termakan pengertian asmaNya dalam hati dan perasaan tubuh jasmaniah kita. Terbuka jalan ini adalah lebih besar nilainya daripada amal ibadah yang banyak, tetapi sunyi atau sedikit sekali makrifat kita kepada Allah s.w.t. Bandingkan antara nikmat yang maha besar ini dengan amal ibadah yang kita kerjakan. Sekalian amal ibadah yang kita amalkan, kita persembahkan kepada Allah, dan dengan kurniaNya, Allah memberikan pula kepada kita nikmat makrifat di mana kita kenal kepada Allah dalam arti yang luas dan mendalam.
Hamba Allah yang saleh mempunyai pendirian, bahwa pemberian si hamba kepada majikan adalah dianggap kecil, apabila dibandingkan dengan pemberian majikan kepada hambaNya, meskipun pemberian si hamba jauh lebih besar dan lebih banyak daripada pemberian majikan kepada hambaNya. Sebab pemberian si hamba pada hakikatnya tidak kembali kepada tuannya (majikannya) tetapi kembali kepada si hamba Juga.
Kesimpulan:
Bahwa kita selaku hamba Allah, biarlah amal ibadah kita sedikit, asal saja makrifat kita kepada Allah bersemayam di dalam diri kita. Ini adalah lebih bagus daripada amal ibadah yang banyak tetapi hati kita lalai kepada Allah, tidak sejalan antara ibadah yang kita kerjakan dengan hati kita sendiri. Sebab itu maka Allah mencela dan memandang rendah orang-orang yang mengerjakan sembahyang tetapi hatinya tidak kepada Allah, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran sebagai berikut:
"Sebab itu celakalah orang-orang yang sembahyang. Di mana mereka lalai dari sembahyan,(!nya. Mereka mengetjakan kebaikan supaya dilihat orang."(Al-Maa'un: 4-6)
Apabila kita diberikan oleh Allah sebagian nikmat makrifat kepadaNya, maka hendaklah selalu kita hadapkan hati kita kepada Allah dalam arti yang luas. Sebab Dialah yang Maha Berkehendak,
Maha Berkuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan lain-lain sebagainya dari sifat-sifat Allah yang Maha Agung dan tidak terhingga jumlahnya.
Dengan demikian Allah akan menambah hampir kita kepadaNya dan mementingkan kita dalam segala hal yang kita hadapi. Oleh karena itu maka hamba-hamba Allah yang 'ArifkepadaNya, kadangkadang kita lihat amal lahiriah mereka sedikit, tetapi rupanya yang sedikit sedangkfa nilainya adalah lebih besar di sisi Allah s.w.t. Inilah yang menyebabkan hamba-hamba Allah yang saleh tidak putus-putus dari mulut mereka apabila mereka mengingat Allah, dengan kalimat dialog:
"Wahai Tuhanku! Engkaulah yang aku tuju dan keridhaan Engkaulah yang aku cari."
Mudah-mudahan Allah s.w.t. memberikan kepada kita nikmat makrifat kepadaNya. Amin