webnovel

Desa hantu (Part II) : Rumah Sakit

Dengan menggunakan kendaraan berkuda bernama Delman tersebut, rombongan yang terdiri atas empat manusia itupun telah tiba di pemberhentian pertama.

Tempat pem-berhentian pertama ini tak lain ialah bangunan berupa Rumah Sakit satu lantai, tentunya karena mengangkat tema horror bangunan tersebut tak luput dari gumpalan debu serta sarang laba-laba membuat orang-orang memiliki kesan kalau bangunan ini telah berusia berpuluh-puluh tahun serta terbengkalai juga.

"Bangunan pertama ini bernama Rumah Sakit Basara, berlantai satu akan tetapi memiliki cukup banyak ruangan di dalamnya.. Rumor mengatakan kalau pada waktu-waktu tertentu akan terdengar suara rengekan bayi manusia serta rintihan seorang wanita tua" Ucap Anna memberikan penjelasan singkat mengenai Rumah Sakit tersebut, meski Anna cukup yakin bahkan jika rombongan ini telah mempersiapkan diri mengalami fenomena tersebut sekali-pun.

Mereka berempat pasti tetap akan terkejut nantinya bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada satu atau dua orang yang pingsan setelah melihat penampilan dari bayi manusia tersebut, lagipula Anna yang secara pribadi mengalami kejadian itu juga merasa agak takjub dengan kerja sama dari tim Rumah Sakit tersebut.

Membayangkan dirimu yang secara mendadak mendapatkan penampakan bayi manusia dengan noda darah di sekujur tubuh bayi tersebut, tak perlu dikatakan lagi manusia biasa pasti akan terkejut sama mati karena hal detil kecil itu ditambah lagi ada beberapa rangkaian kejadian mistis di Rumah Sakit.

Lagipula sebuah wahana horror tidak akan lengkap jika hanya memiliki satu kejadian saja kan?? Sebuah Wahana horror yang berkualitas harus memiliki banyak kejadian mistis!!!

"Ehh, hanya seperti itu saja?? Sama sekali tidak terdengar spesial sedikitpun, bukan begitu kak Irene??" Silvia berseru dengan nada meremehkan setelah mendengarkan penjelasan singkat pemandu, hal ini membuat Irene sebagai sang kakak berpikir kalau sang adik hanya menggali lubang kematiannya saja

Bahkan Irene yang notabenenya merupakan wakil kepala pulau sekaligus salah satu dari staff wahana horror-pun tidak akan pernah mengatakan hal-hal seperti itu tepat dihadapan 'Anna' ini, ya bisa dikatakan Irene cukup mengerti identitas asli dari anak kecil bernama 'Anna' tersebut.

Kemampuannya untuk mengikat lebih dari dua ratus hantu sebagai media kutukan bahkan tanpa segan-segan sesosok hantu kelas tinggi 'Red-Spectre' pun tidak luput dari jangkauan kutukannya, hal kecil ini saja lebih dari cukup untuk membuat Irene merasakan kalau sosok 'Anna' bukanlah sosok yang ramah seperti Siasandra ataupun Ayu.

Anna yang mendengarkan pernyataan penuh dengan cemooh-an dari Silvia itu hanya memberikan sebuah senyuman lembut saja sambil berkata "Ehh benarkah itu, jika begitu maka saya harap nona kecil tidak akan 'Pingsan' saat mengalami fenomena ini kan??"

Merasa tertantang Silvia sebagai seorang gadis yang masih dalam masa pubertas-nya kembali berkata "Hmm tentu saja, hal-hal kecil seperti ini tidak akan membuat bulu kudukku merinding... Lihat dan saksikan saja nanti"

Mendengarkan ucapan Silvia yang menurut Anna sangat konyol sekali, membuat Anna sebagai sesosok pemandu merasa agak jengkel juga. Akan tetapi kejengkelan tersebut hanya berlangsung untuk sesaat saja, lagipula mustahil bagi Anna yang berusia beberapa ratus tahun untuk amarah karena hal kecil ini bukan??

Bahkan diam-diam Anna merasa tidak sabar untuk menyaksikan penampilan Silvia satu jam kemudian, apakah dia akan pingsan seketika atau justru ketakutan setengah mati hingga terkencing?? Apapun itu, kedua hal tersebut jelas merupakan hal yang sangat dinantikan oleh Anna untuk di saksikan!!

Menurut kalian itu Kejam?? Ayolah jangan bercanda, jangan lupa kalau Anna bukanlah seorang manusia. Meski Anna bersikap cukup ramah kepada Leo serta Irene, tapi perlu diketahui Anna bersikap seperti itu juga karena pihak lain pantas mendapatkannya.

Leo cukup pantas mendapatkan rasa hormat sebab pemuda indigo tersebut berhasil menyakinkan cukup banyak hantu untuk menjadi temannya, sedangkan Irene?? Jangan katakan apapun, hampir seluruh hantu yang berada di pulau jiwa cukup mengerti kalau ada kemungkinan besar Irene akan menjadi pasangan Leo di masa mendatang.

Meski hal ini tidak terlalu pasti juga sih tapi apa salahnya bersikap ramah serta menyanjung pihak lain, mungkin saja mereka bisa mendapatkan kesempatan tertentu untuk menjadi keberadaan yang lebih maju kan??

"Ehem, baiklah.. Harus ku akui saya cukup bingung darimana kepercayaan dirimu itu muncul nona muda, bahkan pemilik pulau sendiripun tidak dapat dengan yakin mengatakan hal tersebut" Ucap Anna yang secara mendadak telah berada di ambang pintu masuk Rumah Sakit, tak perlu menunggu lama Anna-pun membuka pintu masuk dari bangunan tersebut.

"Silahkan masuk ke dalam, dan selamat menikmati wahananya... Kita akan berjumpa satu jam dari sekarang" Sambung Anna yang saat ini benar-benar telah kehilangan minatnya untuk menanggapi perkataan dari Silvia yang menurut dirinya sangat sombong.

.

.

.

.

.

[With Luke..]

'Sial.. Sial.. Sial.. Wahana sialan, apa-apaan wahana ini!!!' Umpat Luke di dalam benaknya, perlu diketahui saat ini Luke tengah mendudukkan dirinya di atas sebuah bangku tertentu sendirian tanpa keberadaan dari sang Istri, ataupun putri-putri tersayangnya itu.

"Huftt, sungguh menjijikan sekali!! Suster sialan, berhentilah mengikuti-ku!!" Luke berseru cukup lantang mengumpati sesosok suster berpakaian compang-camping yang saat ini berada sekitar tiga meter dari dirinya.

Suster tersebut memiliki penampilan yang agak terdistorsi dibandingkan suster normal, ia memiliki badan yang menyerupai lembaran kertas serta sepasang kaki yang pada beberapa titik tertentu memperlihatkan tulang-tulang putih miliknya.

"Lagi dan lagi, aku harus berlari dari dirimu!! Awas saja jika kita berjumpa diluar, aku akan menghajarmu bajingan!!" Dengan penuh ke-engganan Luke kembali melangkahkan kaki-kakinya yang sedari tadi menjerit kesakitan berkat tekanan batin serta fisik yang muncul karena suster tersebut.

.

.

.

[With Irene..]

'Ya Tuhan, terlalu dekat menjauhlah dari-ku pocong berwarna biru!!! Jangan dekat-dekat, belatung-belatung milikmu itu bisa saja jatuh ke wajahku!!' Batin Irene yang saat ini tengah berbaring tak berdaya.

Kenapa bisa begitu, hal ini terjadi karena Irene dalam rangka untuk lepas dari kejaran sosok suster terdistorsi. Ia-pun melangkahkan kaki-kaki indahnya menuju ruang mayat.

Merasa kalau ia tidak cukup aman, Irene-pun mengambil serbuk putih yang ia yakini mungkin saja sesuatu menyerupai bubuk formalin dan menyamar menjadi mayat juga.

Tapi apalah daya meskipun Irene terlepas dari mulut harimau nyatanya ia justru memasuki mulut serigala, karena pocong berwarna biru tersebut justru langsung menatap Irene sepanjang waktunya.

.

.

.

[With Aurora..]

Jika dibandingkan dengan pengalaman horror yang di alami oleh Luke beserta Irene, sisi Aurora bisa dikatakan cukup damai sebab wanita yang telah menjadi sesosok Ibu tunggal tersebut.

Sedari tadi telah pingsan dan telah berada di bawa perlindungan para dokter hantu, lagipula tidak ada satupun karyawan yang akan menduga kalau pengunjung ini akan pingsan setelah melihat penampilan mereka.

"Manusia ini benar-benar menyusahkan sekali kan, kita hanya sedikit menakut-nakuti dirinya saja dan lihatlah ia justru pingsan seketika"Ucap dokter hantu no.1 kepada rekan-rekannya yakni dokter no.2 dan no.3

Dokter hantu no.2 mengangguk setuju "Ya kau benar, meski begitu apa mungkin saja penampilan kita tadi benar-benar menyeramkan?? Lagipula kita bertiga hanya memunculkan diri dengan membawa jantung berdetak ini kan??" Ucap no.2 sembari meremas-remas jantung yang ia maksud tersebut.

Dokter no.3 hanya tertawa kecil mendengar perkataan dari rekannya tersebut, "Jika itu hanya sebuah jantung biasa, ia mungkin tidak akan ketakutan setengah mati tapi lain ceritanya jika itu merupakan jantung yang masih berdetak... Menurutku wajar-wajar saja jika ia pingsan, daripada itu lebih baik kita mengecek kesehatannya mungkin saja ia punya penyakit tersembunyi kan??"

"Oke mari kita lakukan.." Ucap no.1 dan no.2 secara bersamaan, lagipula meski mereka telah menjadi hantu akan tetapi sebelum ini mereka masihlah seorang dokter.

Dan sudah merupakan kewajiban dokter untuk mengecek kesehatan pasiennya bukan?? Terlebih lagi jika pasien tersebut justru pingsan karena mereka, jelas saja sebagai seorang dokter yang baik mereka harus mengecek kesehatannya kan??

.

.

.

[With Silvia...]

"Kyaaaa!!!!" Teriakan membahana serta mengelegar-pun terdengar di sekujur rumah sakit tapi meski begitu sosok suster yang muncul dihadapan Silvia sebelumnya masih tidak menyerah dan tetap mengikuti dirinya.

"Pergi!! Pergi sialan, jangan mengikuti-ku lagi dan berhenti membawa bayi berlumuran darah itu!!" Silvia menjerit ketakutan sembari mempercepat langkah kaki-kakinya mencoba sebaik mungkin untuk menjauh dari kejaran sosok suster berwajah hancur tersebut.

Ya itu benar, kejadian yang saat ini tengah di alami oleh Silvia tak lain merupakan kejadian yang pernah di sebutkan oleh Anna sebelumnya.

Fenomena dimana segerombolan dokter membantu sesosok wanita untuk melahirkan di susul dengan sosok suster berwajah hancur yang akan menghampiri dirimu sembari menggendong sesosok bayi berlumuran darah di sekujur tubuhnya.

Suster berwajah hancur tersebut akan terus mengejar dirimu dan satu-satunya cara untuk lepas dari kejarannya ialah dengan menerima sosok bayi yang berada dalam gendongannya akan tetapi ketika anda menerima bayi tersebut perlahan-lahan sang bayi akan tumbuh dengan cepat sebelum akhirnya berubah menjadi sosok tulang belulang.

Tulang belulang ini pada dasarnya akan melilit dirimu dan membatasi gerakan anda sebelum akhirnya rombongan dokter yang membantu sang wanita melahirkan tersebut dan menjemput dirimu lalu secara mendadak sang korban akan mengalami kembali skenario itu berulang-ulang kali.

Silvia bisa dikatakan cukup apes karena ia telah mengalami fenomena ini sebanyak dua kali, dan ia benar-benar ingin melepaskan dirinya dari hal tersebut.

.

.

.

.

.

TBC

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Arlie_Kongsucreators' thoughts
Next chapter