Mentari pagi tampak bersinar malu-malu dibalik gunung, namun para mahluk hidup sangat yakin jika sang Surya pasti akan melawan rasa malunya sebentar lagi. Terbukti dengan ia yang berhasil membangunkan remaja 17 tahun dari tidur nyenyaknya lewat jendela.
Rino mengucek-ngucek matanya lalu menguap merenggangkan tubuhnya sambil melirik jam yang menunjukkan bahwa sekarang sudah pukul 6 pagi.
Ia pun bergegas bangkit dan membereskan tempat tidurnya mulai dari melipat selimut, menyusun bantal yang berserakan akibat tidurnya seperti pergerakan jarum jam, dan terakhir melipat sajadah yang ia biarkan di lantai akibat rasa kantuk yang menyerangnya selepas solat subuh tadi.
Menyimpannya di lemari serta mengambil handuknya lantas keluar dari kamar bertepatan dengan Randa yang juga keluar dari kamarnya. Mereka sempat tatap-tatapan selama 10 detik kemudian keduanya reflek berlari ke kamar mandi yang berada di dapur, satu-satunya kamar mandi di rumah mereka.
Rani sungguh gemas, rasanya ingin mengembalikan kedua putranya ini kedalam perutnya saja. Bagaimana tidak kesal jika ia yang sedang memasak di dapur terganggu bahkan hampir menumpahkan mangkuk berisi kuah asam pisang ditangannya sendiri saat menghindari kedua remaja biadab yang sayangnya keluar dari rahimnya ini berlari saling senggol ke kamar mandi.
Rani "RINO, RANDA! JANGAN LARI-LARI!! MANDINYA GANTIAN!" Teriakan Rani berhasil menghentikan Rino dan Randa yang sedang berebut untuk masuk ke kamar mandi.
Satu-satunya wanita di rumah itu menghela nafas panjang. Beginilah kegiatan yang harus dilakukannya pagi-pagi, Memarahi kedua putranya yang selalu saja berebut jatah mandi pagi sejak Rino kelas 6 SD dan Randa kelas 4 SD.
***
Kini wanita dan kedua putra bandelnya ini tengah duduk di bangku masing-
masing menunggu dengan sabar bunda mereka menyendokkan nasi ke piring mereka. Jangan tanya kemana si bungsu maka jawabannya adalah ia masih tidur selepas solat subuh, toh ia juga belum sekolah jadi tidak perlu repot-repot bangun pagi.
Sarapan mereka berupa tempe goreng dengan sayur kuah asam pisang, sungguh makanan yang sangat enak menurut mereka.
Hari ini Rabu jadi Rino memakai seragam batik lengan pendek berwarna biru membuat lengan putih mulusnya terlihat bahkan Randa sesekali mencubit siku kakaknya yang berwarna pink itu. Bikin iri saja, batin Randa.
Rani "In, nanti kamu kesekolah naik apa?" Tanya Rani di sela-sela menyuap dengan nasi dan lauk pauknya yang masih hangat ke mulutnya.
Lantas Randa yang tengah makan pun mengalihkan atensinya ke Rino dan bundanya. Heran, kenapa bundanya bertanya hal yang ia sendiri sudah tau jawabnya, apalagi kalau bukan sepeda?
Rino "Nebeng dulu sama Randa, lagian juga sekolah kita hadapan" Ujarnya lalu melanjutkan kembali acara makanya yang tertunda.
Randa menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Rino dengan tatapan bingung di sela-sela makannya, meminta penjelasan lewat tatapan matanya. Rani yang mengerti langsung memberitahukan perihal sepeda Rino yang rusak.
Randa "Ooh, kenapa bisa rusak sepedanya, bang?" Tanya Randa.
Rino "Kemarin gak sengaja jatuh di selokan" Jawab singkat Rino.
Randa memicingkan mata menatap Rino di sela-sela makannya. Ragu dengan jawaban kakaknya tapi lebih memilih diam. Mungkin ucapan kakaknya memang benar pasalnya Rino sangat jarang berbohong.
Randa "Terserah abang deh, tapi bonceng ya, lagi males dayung" Pintanya, agak menguntungkan baginya jika sepeda Rino rusak dan nebeng dengannya. Jadi dirinya tidak perlu susah-susah mendayung sepedanya.
Rino "Ok" Balasnya.
Randa "Pulangnya abang naik apa?"
Rino "Nungguin kamu lah! Tapi kalau kamu duluan keluar langsung pulang aja, abang tunggu bus aja"
***
Setelah mendayung sepeda sekitar 15 menit akhirnya Rino dan Randa tiba di sekolah masing-masing.
Randa "Duluan ya bang, bentar lagi masuk" Randa berlari mendorong sepedanya meninggalkan Rino.
Rino menggelengkan kepalanya, Memang jam masuk di sekolah mereka berbeda. Jika Rino masuk jam 09.00 maka Randa akan masuk di jam 07.30 seperti sekarang ini adiknya tengah terburu-buru.
Sebenarnya Randa merupakan siswa nakal yang sering telat bahkan bolos. Tadi ia langsung masuk karena takut ketahuan oleh abangnya jika ia berlama-lama di luar sekolah karena sungguh jika abangnya itu marah rasanya akan lebih menyeramkan daripada singa mengamuk.
Rino melanjutkan langkahnya ke sekolahnya melewati pintu gerbang, Mengucap salam kepada satpam lalu kembali berjalan dengan menyanyikan lagu lewat suara siulannya.
Sebenarnya banyak yang kagum dengan Rino. Hidungnya mungil nan mancung, bibir busur berwarna pink alami, Pipinya pun sedikit pink karena saking putihnya, Benar-benar menambah kesan tampan di wajahnya lalu di tambah sebuah fakta bahwa ia adalah siswa pintar dan jenius membuatnya nyaris sempurna.
Namun banyak yang menyayangkan fakta bahwa ia adalah anak miskin yang masuk lewat beasiswa. Padahal banyak cewek-cewek cantik maupun uke-uke manis di sekolah yang naksir kepada Rino tapi terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.
Saat Rino masuk baru ada beberapa murid dikelasnya. lalu Ia menoleh ke jam dinding yang berjarak sekitar 1,5 meter di atas papan tulis, Benda penentu waktu itu tampak masih menunjukkan pukul 07.34 yang berarti masih tersisa 2 jam 26 menit lagi untuk menunggu bel masuk berbunyi.
Beberapa murid masih memandang sinis Rino yang berjalan ke tempat duduknya akibat peristiwa kemarin.
Rino langsung menyampirkan tasnya di kursi dan mendudukkan pantatnya. Hari ini sama sekali tidak ada pr jadi Rino masih malas untuk membuka buku atau sekedar memeriksa buku di tasnya. Seandainya sepedanya tidak rusak mungkin jam 8 baru ia akan ke sekolah.
Rasanya Rino sangat malas berlama-lama di kelasnya jika tidak ada pelajaran. Kalaupun ke perpustakaan tempat penuh buku itu akan tutup sampai bel masuk dan buka dari jam Istirahat sampai pulang nanti.
Rino meletakkan tangannya di atas meja, membenamkan kepalanya disana hingga tertidur. Murid-murid di kelas yang melihatnya hanya acuh tanpa inisiatif untuk mengajaknya bicara .
***
2 Setelahnya 3 mobil sport mewah muncul dari gerbang sekolah menuju ke parkiran, Sontak para siswi-siswi menjadi heboh sendiri membuat para siswa bergidik ngeri dan sedikit menjauh dari kumpulan gadis-gadis gila itu sebelum mereka terhimpit.
Arwin, Wardi, dan Fanda plus Janu yang nebeng dengannya keluar dari mobil mereka. Keempatnya berjalan santai diiringi teriakan memekakkan telinga khas dari siswi-siswi di sekolah.
Janu "Untung gue pake handset jadi kuping gue gak budek" Kata Janu sembari membenarkan letak benda penyalur musik itu di telinganya, Sengaja sebab dari kelas 1 hingga kelas 3 SMA teriakan pada gadis gila ini selalu jadi pengantar mereka ke kelas.
Fanda "Hampir 3 tahun sekolah disini telinga gue sukses budek gegara terompet sangkakala khas sekolah ini" Sambil membenarkan dasi di seragamnya.
Wardi dan Arwin juga cuek bebek dengan teriakan membahana para gadis sinting ini, Sudah sangat hafal dengan setiap perkataan mereka.
"KAK ARWIN JADIIN AKU PACAR KAKAK!!!"
"EH LO ITU JELEK, LEBIH PANTES LAGI GUE!!"
"KYAAA....!! KAK WARDI I LOVE YOU!!"
"ARWIN RAHIM AKU ANGET!!"
Begitulah kira-kira isi teriakan para gadis-gadis remaja.