webnovel

BERTEMU DENGAN IBUNYA HASANN

Suasana sekola sudah mulai sepi karena jam pelajaran sudah selesai, hanya tampak beberapa murid yang masih nongkrong. Guru-guru pun sudah kebanyakan pulang meninggalkan sekola, ruang guru pun tampak lengang. Hasann sedang berkemas-kemas hendak pulang. Berdua mereka berjalan menuju parkiran motor disaksikan beberapa murid, dari kejauhan terdengar suitan nakal mereka.

Dengan berboncengan motor Suzuki, mereka menuju pusat kota tempat ibunya jualan sate. Udara cukup cerah waktu itu, meski sedikit mendung. Cuaca di Bandung tidak menentu beberapa hari terakhir ini terutama di sore hari , sering tiba-tiba turun hujan disertai angin kencang meski masih belum masuk musim penghujan normalnya.

Ririe duduk di jok belakang motor , menikmati perjalanan menuju Alun-alun, pusat kota Bandung.

Sesampainya disana, ia bisa langsung menebak bahwa perempuan setengah tua yang memakai ikat kepala merah muda , itu adalah ibunya Hasann. Ia mengenakan pakaian sederhana,sedang berdiri menyiapkan pesanan tamunya. Duduk disamping dia seorang wanita yang lebih muda adalah Kartika, kaka perempuan Hasann yang sudah menikah.

"Saya Ririe Bu...," ujarnya sambil merundukan badannya menyalami ibunya.

Ibunya Hasann kaget bercampur senang melihat kedatangan Hasann yang tiba-tiba itu dan membawa seorang wanita, yang diakui sebagai pacarnya itu.

"Oh...iya...,"katanya dengan mata terbuka lebar sambil menoleh ke arah Hasann. Ini Ririe yang dari Semarang itu yaa ? yang sering nak Hasann cerita ke ibu ?"katanya sambil tersenyum gembira menyambutnya.

"Iya Bu."

"Silakan duduk dulu yaa, sebentar ibu lagi menyiapkan pesanan dulu."

Hasann mengajak Ririe duduk, sementara menunggu ibunya selesai.

"Mmm...ramai juga ya San?" kata Ririe.

"Iya."

"Mau makan ya neng Ririe...? ibu siapkan."

"Hehehe...boleh Bu...trimakasih." katanya sambil senyum memandang ke Hasann.

"Kalo dia mah engga usah ditawarin juga pasti mau hehehe," canda ibunya sambil mengangkat dagunya ke arah Hasann.

"Ibu kamu pintar yaa dagangnya, rajin kelihatan orangnya," kata Ririe sambil tersenyum gembira bisa bertemu dengan ibunya Hasann.

"Rajin dan pekerja keras, pinter nabung lagi. Perempuan kalau sudah ada kemauan, kayaknya tekadnya buat mencapai apa yang diinginkan lebih besar dan lebih kuat dari lelaki yaa?"

"Hmmm... ."Ririe memiringkan bibirnya.

"Kamu kayak gitu engga Rie?" iseng Hasann bertanya.

"Yaaah tergantung hehehe...jawabnya, untuk apa dulu dan untuk siapa juga . Iya engga ?" jawabnya pintar sambil menaikan alis matanya. Ia tersenyum, manis bibirnya.

Hasann pun langsung mengangguk menangkap isi jawabannya.

Selesai dengan menghidangkan makanan untuk tamunya, ibunya Hasann menyiapkan sate dan lontong untuk mereka.

"Naaah ini dia...semoga suka sama sate ibu yaa neng Ririe ? mau minum apa neng ?" tanyanya, ia memperlakukan seperti ke tamunya saja.

"Teh tawar saja bu."Hasann menjawab tanpa menanyakan lagi. Hasann tau , adanya cuma teh saja, engga ada pilihan lain.

"Kapan datang di Bandung neng ?"

"Hari Rabu, Ibu. Enak Bu satenya, keterima nih hehehe...pintar yaa ibu dagangnya. Saya suka melihatnya ibu melayani tamu Bu."

"Ooh mau bantuin ibu gitu neng? hehehe," candanya.

"Hehehe iya Bu," katanya sambil tersenyum ke Hasann. Tapi langsung kepikiran menjadikan idenya untuk mengisi waktunya. Boleh juga pikirnya.

"Boleh nih San, aku bantu ibu kamu dagang yaa?" katanya mantap.

"Haaaah...ahh kamu itu bercanda yaa? masa jauh-jauh dari semarang mau bantu jualan sate ?"

"Hehehe kenapa engga ? lagian aku lagi nganggur gini. Anggap aja PKL hehehe."

Hasann kira Ririe hanya bercanda, tapi rupanya dia serius mau coba bantu ibunya dagang sate disana. Bingung dia dibuatnya. Ada-ada saja pikirnya, tapi engga jelek juga sih, mungkin dia mau kenal dengan ibu, atau mau belajar hidup susah...hehehe...hm mungkin.

"Besok hari Sabtu dan Minggu yaa aku bantu ibu kamu?"

"Serius?" tanyanya lagi.

"Yaa elaaah , ya serius lah..., katanya dengan logat Semarangnya. Kamu engga usah repot, aku bisa datang sendiri kesini, kan?"

"Okee aja sih aku mah, asal kamu senang aja ngerjainnya. Jadi pelayan lhoo ?" kembali Hasann mempertanyakan kesungguhannya.

"Hehehe...tenang aja ."

Ririe berfikir engga ada salahnya untuk mengisi liburannya dengan berdagang sate membantu ibunya Hasann. Sekalian dia bisa menyelami hidup dari sisi lain. Dia pintar. Bakalan banyak hal dia dapatkan nanti. Yeaaah...asyiik bisa nyobain dagang, meski hanya jualan sate dipinggir jalan, ia yakin akan menjadi pengalaman yang sangat-sangat berharga. Lagian mungkin saja nanti menjadi momen pendekatan dengan keluarganya Hasann, kekasihnya.

Sabtu pagi itu jarum jam sudah menunjukan pukul 10.15 Ririe rencana akan berangkat sekitar Jam 10.30 dengan menggunakan taksi . Ia bersiap-siap untuk berangkat menuju alun-alun kota Bandung dengan celana panjang jeans, kemeja atasan, sepatu kets, tidak lupa ia membawa kaos cadangan dan jaket tentunya.

Hm... .

Sesampainya disana, ia melihat ibunya Hasann sudah disana bersama Kartika.

"Pagi Buu..., pagi Kartika," katanya lembut seraya menyalami keduanya.

"Waaah ...beneran nih neng Ririe mau bantuin ibu jualan ? hehehe..."tanyanya sambil memandang wajahnya seakan melihat sesuatu yang aneh.

"Iyaaa...ini buktinya saya sudah datang hehehe...,saya mau belajar dagang Bu."

"Nanti cape lho...!"

"Engga apa-apa Bu, namanya juga orang kerja, ya mungkin capek...ya mba Kartika ?" katanya sambil menyentuh lengannya.

"Kalo lagi sibuk, kerja disini serabutan neng...manggang sate, siapin minum, cuci piring dan antar pesanan orang lhoo ?"ibunya berkata sepertinya menjelaskan detail pekerjaannya.

"Hehehe engga apa-apa Bu...nanti saya cuci piring atau antar pesanan tamu juga engga apa-apa."

"Beneran niiiih ?"kata ibunya sambil terkekeh-kekeh, mengelus pundaknya.

"Hehehe" Ririe menjawab dengan anggukan kepalanya.

Hari Sabtu itu lumayan ramai pembeli.

Benar saja sesuai dengan omongannya, Ririe betul-betul bekerja. Ia memberikan suasana yang lebih ceria dan semangat melayani tamunya. Mereka bertiga pun ngobrol banyak disela-sela pekerjaannya, bercanda dan tertawa-tawa bersama.

Pekerjaan menjadi lebih ringan meski ramai pembeli yang duduk menunggu , juga yang berdiri menunggu pesanannya selesai dibungkus. Tamu-tamu ngobrol sambil menikmati hidangan yang dipesan dan bisa merasakan suasana akrab pedagang sate ini.

Beberapa dari tamu langganan memperhatikan Ririe, dianggapnya sebagai pegawai baru disana. Ririe pun tau ada yang sedang memperhatikannya ketika itu, tapi dia acuhkan.

Hari Sabtu siang itu, mereka melayani banyak tamu dan pesanan. Ketika pekerjaan berhenti untuk sementara karena tidak ada lagi tamu maupun pesanan. Ririe melirik ke jam tangannya , dan ia agak terkejut karena jam sudah menunjukan angka 2. Aduuh dalam hatinya, segitu cepatnya waktu berlalu, sampai-sampai waktu makan siangnya terlewatkan.

Ibunya Hasann rupanya memperhatikan Ririe juga.

"Cepat yaaa...engga terasa sudah jam2 lewat lagi ?"

Ririe pun mengiyakan ," iya, cepet banget udah mau jam 2 hehehe."

"Yaaa beginilah neng Ririe...pekerjaan ibu disini. Kalo lagi ramai begini, engga sempat makan hehehe."

"Mau makan apa neng ? ada mie ayam, siomay dan nasi gudeg, nanti Kartika bisa belikan."

"Ooh ada mie ayam yaa ? saya pilih mie ayam aja bu, tapi nanti saya ikut mba Kartika kesananya ya, ingin tahu juga."

Ririe pun berjalan berdua dengan Kartika ke sebrang jalan. Mereka terlihat akrab, meski sebenarnya dari segi pendidikan tentunya jauh berbeda.

Mba Kartika ini hanya lulusan Sekolah Dasar, sedangkan Ririe seorang sarjana bahasa Inggris. Tapi engga ada jarak diantara mereka, senang aja mereka berdua ngobrol dan bercanda, ketawa-ketawa berdua.

Setelah selesai, Ririe membayar dengan senang hati semua makanan yang dia pesan.

"Neng Ririe bagaimana sih, kok jadi neng yang bayarin semua." Ibunya Hasann jadi malu.

"Iya engga apa-apa bu, engga seberapa juga... hehe."

Kartika cepat menambahkan , "Iya tadi aku mau bayarin, engga boleh . Ditolak, dikembalikan lagi uangnya" kata Kartika bilang ke ibunya.

Sekitar jam 4 sore Hasann datang dengan motornya. Dia melihat mereka bertiga sedang duduk-duduk ngobrol.

"Mau langsung pulang Rie atau bagaimana ?"

"Hehehe...iya sebentar yaa, Ini lagi ramai ngobrol. Ramai rupanya pembeli hari ini San, sampai-sampai aku baru makan tadi jam setengah tiga hehe...,"katanya sambil senyum memalingkan mukanya ke ibunya Hasann.

"Iya lumayan rame hari ini, mungkin karena ada neng Ririe hehehe," candanya. Ririe tersenyum manis.

Ririe dan Hasann pun duduk berhadap-hadapan, ngobrol sebentar.

"Kita jalan-jalan aja dulu yuuuk seputar alun-alun sini atau ke pertokoan disebrang sana,usul Ririe. Malam minggu ini." Ririe ingin mengisi liburannya.

Sore itu kebetulan cuaca agak cerah , tidak turun hujan. Akhirnya mereka memutuskan untuk jalan-jalan seputar alun-alun kota, arah jalan Cikapundung, tempat banyak orang jualan buku-buku bekas di trotoar jalan, gedung Asia-Afrika, pemandangan gedung Hotel Homann yang bersejarah juga. Dan berhenti di Jalan Braga.

"Kok kamu jadi bengong kayak gitu...?tanya Ririe yang sedikit terkejut melihat Hasann yang tiba-tiba saja berhenti ketika baru saja melewati tikungan jalan itu. Mukanya terlihat agak tegang . Hasann sebenarnya langsung teringat masa lalunya disana, tapi cepat menepisnya.

"Oh...engga apa-apa, hanya agak kejauhan kalau kita kesana sih, sebaiknya kita nyebrang aja Rie kembali ke Jalan Asia-Afrika, lewatin gedung itu."

Hasann mempererat pegangan tangannya, merasa bersyukur sekali dengan keadaan sekarang. Ririe agak heran dengan sikapnya, tapi engga sempat mempertanyakan.

"Kamu serius engga sih sama aku Rie? tanya Hasann tiba-tiba."

"Kalo kamu ?" malah balik nanya sambil menatap wajahnya.

"Heehehe...seriuslaaah." Hasann menjawab.

"Yaaa aku juga seriuslaaah," balasnya engga mau kalah dengan nada yang sama.

"Hmm...kalo aku engga serius?" tanya Hasann lagi candain dia.

"Hahahaa ..."

Ririe berjalan, ia menundukan kepalanya seakan-akan ada beban berat menimpanya, seketika teringat akan Ardi di Semarang.

"Memangnya kamu punya cewe lain?" tanyanya tiba-tiba dengan nada dan muka engga enak.

Hasann engga menjawab. Sebenarnya dia hanya ingin men-test saja reaksi kekasihnya seperti apa, bagaimana karakternya.

Mereka terus berjalan berpegangan tangan, tapi Ririe mulai merasa gerah ingin melepaskan pegangannya. Pas sampai didepan gedung Asia-Afrika, ia melepaskan pegangan tangannya.

"Lepasin deh tangannya, panaas...,"katanya seraya menepis tangannya agak kasar.

Hasann pun kaget ,tapi diam dan terus memperhatikan Ririe.

Sebenarnya dia sih engga ada masalah dengan Ririe ini, dia pun cinta sepenuh hatinya, dan engga ada wanita lain dihatinya. Dia pun salut dengan usaha Ririe hari ini, meluangkan waktunya bersama ibu dan Kartika berdagang.

Tapi tetap ada masalah dikepalanya, yang seakan menggelayuti terus tanpa ada jawaban .

Apakah ia harus terang-terangan mengajak kekasihnya ini diskusi seputar keuangannya, atau tetap membiarkan masalahnya ada dikepalanya.

Soal uang untuk pernikahannya, soal uang untuk rumah tinggalnya nanti. Tabungannya hanya sedikit. Malu rasanya untuk berterus terang , atau bagaimana sebaiknya? Jika saja bapaknya masih hidup, tentu ia bisa dimintai pendapatnya. Sayang ia sudah tiada.

Ririe yang sedang peka perasaannya pun ikut-ikutan pusing terkena dampaknya dengan sikap kekasihnya ini yang tampak plin-plan, dan memberikan kesan engga mantap hatinya bersanding dengan dia.

"Ayo kita pulang aja !" katanya malas.

"Lhoo kok buru-buru Rie , katanya mau malam mingguan?"

"Engga laah aku mau pulang ke kosan saja, capek ,mau tidur! " Ia menjawab dengan muka kecewa yang engga bisa disembunyikan.

"Kalau kamu engga bisa antar aku, aku bisa pulang sendiri!" tegasnya....

"Iyaa...iyaa bisa aku antar, tapi kan harus ambil motornya dulu disana. Lagian kenapa sih kok tiba-tiba jadi cemberut gitu?" Hasann berusaha meraih tangannya,tapi Ririe menolaknya dan menepisnya.

"Sudah...sudah lah , sebel aku sama kamu tau, bego !"

"Lhoo kok bicaranya jadi kasar gitu sih? aku kan cuma bercanda Rie. Kamu kok jadi serius begitu?" Hasann mulai naik darah, engga terima disebut bego.

"Sudah...sudah...aku mau pulang ke kosan titik!!" Ririe engga mau ribut dijalan seperti itu. Beberapa pengendara motor sudah nampak perhatikan mereka yang berbicara keras.

Engga banyak ngomong lagi merekapun berjalan sendiri-sendiri kearah semula. Ririe berjalan cepat didepannya Hasann. Seakan sudah tidak memperdulikannya lagi. Ngambek dia dengan sikapnya Hasann yang engga jelas. Waktu menyebrang jalanpun Ririe menolak untuk dipegang tangannya .

Di tempat jualan, ia berusaha bersikap seperti biasanya. Ia pun pamit hendak pulang ke kosannya.

Tapi tentu ibunya dan Kartika merasakan perubahannya, tampak Ririe mukanya agak tegang dan tawanya pun agak terpaksa, engga lepas seperti tadi waktu bertiga disana.

Hasann pun mengantarkan Ririe ketempat kosannya. Diam. Ririe diam seribu bahasa selama perjalanan.

Sesampainya di halaman depan kosannya,

"Hei...kenapa sih kamu jadi begitu ? Hasann berusaha memegang lengannya, tapi Ririe menepisnya.

"Ngomong dong jadi aku ngerti. Kalo gini kan jadi engga jelas kenapa." Lagi-lagi Ririe menolak tangannya dipegang oleh Hasann. Rasa jengkelnya makin memuncak.

"AKU YANG HARUSNYA BERTANYA SAMA KAMU TAU ! KENAPA JADI ORANG TUH PLIN-PLAN SEPERTI ITU, ENGGA PUNYA PENDIRIAN ! BENCI AKU SAMA KAMU SAN ! katanya sambil melotot... KAMU ENGGA MENGERTI APA ?? KENAPA MASIH TANYA JUGA, APA AKU SERIUS SAMA KAMU ...!?? HARUSNYA AKU YANG TANYA SAMA KAMU, PIKIR AJA !!

KALAU KAMU ENGGA SERIUS SAMA AKU, ENGGA APA-APA !

Ia pergi bergegas meninggalkan Hasann yang masih melongo hanya bisa memandang punggungnya yang berjalan ke area kosannya dan menghilang dibalik pintu gerbang besi.

Kena deh ! dalam hati Ririe, yang seketika itu juga sadar, ia sudah menjadi gila !

Menghadapi amarahnya, Hasann engga berani mendekat. Dia langsung memutar motornya dan pulang dengan pikiran berkecamuk.

Tahu rasa dalam hati Ririe, cowo bego ! engga tahu diuntung, resiko putuspun dia siap menghadapinya daripada terus-terusan dipertanyakan hal itu lagi, itu lagi. Kesel banget dia meski ada sedikit rasa sesal telah menumpahkan amarah dan kata kasarnya. Apa mungkin karena terlalu capek, apa karena gejala pms atau memang menjadi lebih sensitif sekarang? Hm... .

Memikirkan besok hari Minggu yang rencana akan membantu ibunya Hasann jualan. Ingin sebenarnya , sekali ini memperlihatkan sisi tegas dari seorang Ririe.

Sejenak kemudian, setelah ritual doa malamnya ,Ia mematikan lampu kamarnya untuk tidur lebih cepat. Inginnya sih ia cepat melupakan harinya.

Kali ini Hasann K.O dibuatnya !

ตอนถัดไป