webnovel

Chapter 3

"Ukh...Pusing."William bangun perlahan membuka matanya.

"Apa yang terjadi?,kenapa aku bisa disini?"tanyanya melihat sekeliling dan terlihat ruam.merah dikulitnya

"Ah,kenapa ini kulitku merah-merah begini?"kataku melihat tanganku yang terdapat ruam merah.

tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat Zenith masuk membawa seember air dan kain lap ditangannya

"Will!,kamu udah bangun sayang!"teriak Zenith menjatuhkan ember air dan lapnya lalu memelukku dengan senang dan menangis.

"Kamu gak kenapa-kenapa kan Masih ada yang sakit gak?"tanya Zenith dengan cemas memeriksa tubuh aku.

"Kh....aku gak apa-apa dan jangan peluk aku Ibu."ucapku menenangkan Zenith dan melepaskan pelukannya karena rasanya seperti dipeluk tikus got yang besar,basah,dan bau.

"Oh..,maaf ibu lupa."ucap Zenith melepaskanku dan sedikit menundukkan kepalanya dengan tersenyum sedih.

Terdengar suara orang berlari,kemudian Rudeus dan Paul masuk.

"Will-niisan!"

"Will!,apa kamu baik-baik saja!"teriak Rudeus dan Paul dengan cemas dan Paul mencoba memelukku.

"Stop!,jangan memelukku."kataku kepada Paul yang mencoba memelukku.

"Aku baik-baik saja,dan kenapa aku tiba-tiba pingsan?"tanyaku

"Itu karena....."

(Flashback Moment)

"Kyaa!,Will!"

"Will!"

"Will-niisan!"

"William-sama!"

teriak semua orang dengan panik

"Kenapa dia tiba-tiba pingsan begini!"teriak Paul menopang tubuh William

"Wajahnya Pucat dan badannya ada ruam merah,sepertinya ini reaksi alergi Tuan!"kata Lilia memeriksa kondisi tubuh William

"Terus Bagaimana ini?"kata Paul bingung dan panik

"Maaf Sayangnya saya tidak tau Tuan cara mengobatinya,Mungkin Nyonya tau."jawab Lilia menundukkan kepalanya.

"Zenith kamu tau tidak Obatnya?"tanya Paul ke Zenith

"Dokter?,dimana Dokter!?"gumam Zenith dengan Panik berjalan kesana-kemari

{A/N:Lah?bukannya anda sendiri Dokter?😂}

"Zenith! Tenanglah."teriak Paul menepuk pundaknya dan Mengejutkan Zenith

"Ini Alergi Makanan katanya,jadi Kamu tahu tidak Obatnya?"tanya Paul ke Zenith yang sudah mulai tenang.

"Alergi Makanan....Iya benar ini gejalanya sama,dan ini sudah tingkat yang parah!"gumam Zenith dengan tenang memeriksa William.

"Aku tau Obatnya,Obatnya ada di Klinik ku."jelas Zenith

"Letaknya dimana?,aku akan secepatnya kesana."desak Paul dengan tergesa-gesa

"Di Lemari Obat pada Laci bagian bawah paling kanan."jawab Zenith menjelaskan letak obat

"Oke,Aku akan secepatnya mengambilnya!"kata Paul berlari dan tertahan oleh Rudeus.

"Ayah! Aku ikut juga jika ayah sendiri nanti lupa lagi dimana letak obatnya."ucap Rudeus

".....Oh! Ayo Rudeus."kata Paul membawa Rudeus dan langsung berlari ke Klinik Zenith.

Paul berlari menggunakan [Touki] dengan cepat sampai di klinik Zenith.

"Haa..Haa..dimana tadi teh katanya obatnya?"tanya Paul dengan terengah-engah melihat ke lemari obat.

"Dibagian bawah paling kanan."jelas Rudeus menunjuk ke arah itu

Paul kemudian mengambil obatnya yaitu daun tebal berbentuk lidah panjang yaitu Lidah Buaya.

"Ini yah,Ayo Rudy cepat kita Kembali."kata Paul langsung berlari membawa Rudeus Pulang.

Di dalam kamar tidur William tertidur dengan tubuh yang banyak ruam merah dan mukanya pucat.

Disebelahnya terdapat Zenith dan Lilia yang sedang merawatnya.

Lalu Paul dan Rudeus menerobos masuk dalam kamar dengan membawa obatnya.

"Ini Obatnya sudah kubawa!"teriak Paul mendobrak pintu dan menyerahkan obatnya ke Zenith

Kemudian Zenith mengupas bagian luar lidah buaya dan mengambil isinya yang seperti Gel.

Lalu Zenith mengoleskan gel kepada kulit yang terdapat ruam merah.

"Sudah!,tinggal didiamkan agar kulit dingin dan menyerap kandungan dalam lidah buaya."jelas Zenith setelah mengobati William.

"Tapi Bu,Will-niisan Alergi apa Bu?"tanya Rudeus melihat William

"Sepertinya Alergi Daging Babi,karena bahan yang dimasak pernah dimakan semua sama William-sama kecuali Daging Babi,yang didapat dari hasil berburu Tuan."jawab Lilia

{A/N:Stay Halal👍🏻}

(Flashback Moment END)

"Haah....Jadi begitu aku Alergi daging babi."desah nya dengan lesu karena sudah terbiasa dan lelah dengan kejadian yang tidak terduga.

'Ini semua pasti benar kutukan,dari gak bisa nyentuh manusia dan daging babi ini.sepertinya ini untuk pencegahan aku melakukan dosa.'pikirnya mengingat semua kejadian selama ini.

"Gak apa Will-niisan masih banyak daging lainnya,seperti daging ayam dan daging sapi,jadi tidak usah sedih karena tidak bisa makan daging babi."kata Rudeus yang tersenyum mencoba menghiburku

"Ya benar Will,masih ada daging yang lainnya,nanti ibu dan Lilia akan masak yang banyak jika kamu sembuh."ucap Zenith yang ikut menghibur

"Benar Will!,daging rusa juga enak."kata Paul dengan mengacungkan jempolnya.

"Apa?"tanyaku dengan muka bingung.

"Siapa yang sedih karena gak bisa makan daging babi?,aku juga gak suka daging babi,kalau aku tau itu daging babi, aku juga tidak mau memakannya."jelasku menjelaskan kesalahan pahaman aku sedih karena gak bisa makan daging babi.

"Permisi,sudah waktunya untuk mengoleskan obat pada William-sama."kata Lilia tiba-tiba masuk membawa obat

"Oh baik,Semua Keluar dulu sebentar."ucapku sambil membuka baju lalu semua orang keluar kecuali Lilia.

kemudian Lilia memakai sarung tangan lalu mengoleskan obatnya ke bagian tubuhku yang ruam.

"Terimakasih Lilia."kataku sambil memakai baju yang baru dibawa Lilia.

Lilia menganggukan kepalanya kemudian pergi dari ruangan.

'Haahh,badan mulusku sekarang begini.....,kapan sembuhnya.'pikirku dengan sedih melihat kondisi badanku.

***

Sudah 2 Minggu berlalu

William yang baru selesai mandi berada di kamarnya dengan hanya memakai atasan lalu dia merentangkan tangannya kemudian melantunkan [Water Mirror].

Kemudian Muncul Cermin yang terbuat dari air di depan William.

Di Cermin terlihat William yang sangat cantik dengan bulu mata yang panjang dan mata yang biru seperti permata di laut dan kulit yang sangat halus dan putih seperti bayi.

"Bagus,Aku sudah sembuh dan kulit ku sudah tidak ada ruam merah lagi."kata William memeriksa tubuhnya di cermin.

"Tapi kenapa aku malah makin cantik?"tanyanya dengan bingung melihat kulitnya yang makin halus dan lembut.

Kemudian William membatalkan sihirnya dan menghela nafas

"Haah....,Sihirku tidak ada kemajuan lagi."gumamnya dengan lesu

"Selama ini proses latihanku sama saja,yaitu hanya mengeluarkan mana dan memulihkan mana.memang kapasitas manaku meningkat sedikit,tapi hanya itu saja dan akunya tidak bertambah kuat."ucap William sambil mengeluarkan sihir api dan air dari jari tangan kirinya.

"Aku butuh metode latihan baru untuk bertambah kuat lagi."kata William menjetikkan jari membatalkan sihir api dan airnya

"Saat berpikir seperti ini enaknya minum teh."kata William dengan tersenyum memakai bajuku dan menuju ke dapur.

Dalam dapur terdapat Lilia yang sedang membersihkan dapur.

William lalu memanggil Lilia,"Lilia maaf aku ingin teh,tolong buatkan teh untuk aku."lalu William duduk di meja menunggu.

"Baik,William-sama."jawab Lilia kemudian dia memanaskan air dan mengambil daun teh.

Ketika air sudah mendidih Lilia memasukkan daun tehnya.

Setelah beberapa menit Lilia lalu mengambil teko,saringan,dan gelas.

Lilia lalu menaruh saringan diatas teko kemudian Lilia menuangkan tehnya dan daun tehnya tersaring menyisah air tehnya saja.

Lilia kemudian menuangkan tehnya ke gelas dan menaruh gelas teh nya di depanku.

"Terimakasih Lilia."ucapku lalu meminum tehnya

Lilia mengangguk kepalanya lalu dia melanjutkan tugasnya.

'Hm,emang teh yang disaring lebih enak dari teh seduh.kenapa ya? apa karena disaring...'

"HAH!?,benar disaring,kenapa yah selama ini gak pernah kepikiran!?"teriak William tiba-tiba.

"William-sama,Ada apa?"tanya Lilia mendengar William teriak tiba-tiba.

"Gak apa-apa,hanya tehnya masih panas saja."ucap William dengan tersenyum

"Oh,Baik hati-hati William-sama."ucap Lilia kemudian dia melanjutkan tugasnya.

'Hahahaha,akhirnya aku menemukan metode latihan baru untuk menjadi lebih kuat'pikir William tersenyum dan meminum tehnya.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

FantasyseKaicreators' thoughts
ตอนถัดไป