webnovel

Pencarian

Ewa Lani akhirnya sampai ke dunia luar, sinar matahari agak membuatnya silau karena dia lama ada di dalam air yang gelap. Gelembungnya pecah begitu menyentuh udara permukaan. Ewa lani terbang dengan sayap transparannya. Dia terbang rendah dan turun di tepi danau.

Ewa Lani duduk karena sepertinya dia lelah karena belum terbiasa dengan kondisi bawah air. Cedrico menghampiri Ewa lani dan keluar dari dalam air. Rambut perak panjangnya yang basah tampak berkilauan terkena cahaya. Ewa Lani melihatnya dan sepertinya mulai setuju kalau peri air yang satu ini memang cukup mempesona.

"Bagaimana perjalanan bawah airnya? Menyenangkan bukan? Aku bisa mengajakmu berpetualang ke samudra jika kau mau?" tawarnya.

"Tidak! Aku rasa aku tak cocok dengan air!" ujar Ewa Lani yang masih agak pusing.

Cedrico tersenyum, pria itu tampaknya benar-benar tertarik dengan sifat acuh Ewa Lani.

"Kau sekarang sudah ada di dunia luar, lalu apa rencanamu sekarang?"

"Aku akan mencari orang, seorang temanku bisa saja dalam bahaya di sini,"

"Teman? Apa peri dari hutan Carmella?" tanyanya.

"Bukan, aku mencari seorang laki-laki yang ku kenal sekitar 2 minggu lalu!" kata Ewa Lani.

"Kau mencari seorang pria? Apa...! Jadi aku bersusah payah mengantarmu kemari hanya untuk menemanimu mencari seorang pria..? Astaga...!" protes Cedrico.

"Dia anak teman lamaku, dia tersesat di Arasely, aku takut ada hal buruk yang menimpanya karena ada beberapa penyihir jahat yang sempat berurusan denganku!" jelasnya.

"Oh jadi kau mencari seorang bocah!" ujar Cedrico lebih tenang.

"Iya sama sepertiku bocah! Tinggiku dan dia sama!" ujar Ewa Lani yang juga merasa masih bocah.

"Iya kau memang bocah makanya butuh ribuan tahun untuk merubahmu menjadi peri dewasa! Sepertinya janji peri yang kau janjikan padaku itu sia-sia!" gerutu Cedrico.

"Kan aku sudah bilang, aku tak bisa menikah bila tanpa cinta. Siapa suruh kau tetap memaksaku!"

"Aku tak peduli, yang pasti mulai hari ini kau adalah gadisku! Kau harus setia! Tak boleh selingkuh! Aku mengawasimu!" ancam Cedrico dengan mata oranyenya yang menyala.

"Astaga! Daripada kau banyak bicara bagaimana kalau kau panggangkan ikan untukku! Aku sangat lapar karena ulahmu!"

Cedrico yang tampak tak ramah ternyata langsung menurut apa yang Ewa Lani katakan. Pria itu benar-benar masuk ke sungai mencari ikan. Ewa Lani tersenyum geli melihat pria garang yang ternyata polos itu.

Tanpa menunggu lagi, Ewa Lani mengeluarkan Mosbeefly, kebetulan dia masih menyimpan salah satu barang Rei yang ternyata adalah sebuah topi penutup rambut yang dititipkan pada Ewa Lani saat Rei ada di Iyork. Topi itu diberikan pada Mosbeefly dan serangga berwarna biru itu langsung mengendusnya.

Ewa Lani heran karena Mosbeefly miliknya tak langsung terbang jauh untuk mencari jejak Rei. Kawanan Mosbeefly itu malah berkeliling di sekitar danau dan karena penasaran Ewa Lani mengikuti serangga itu yang ternyata terbang masuk ke sebuh pondok kayu di hutan itu.

Belum sampai Ewa Lani masuk, gadis cantik itu langsung dihadang oleh macan hitam besar bertaring panjang yang tampak siap bertarung dengannya.

Grrr....grrr....! Suara Scot yang terdengar waspada saat orang asing mau memasuki pondok kayu tuannya.

"Tenanglah kucing besar! Aku hanya sedang mencari orang. Mosbeeflyku melayang berputar-putar di sini. Apa kau pernah tau orang ini?" ujar Ewa Lani yang langsung melepar ikat kepala milik Rei.

Scot mengendusnya, sudah pasti binatang besar itu mengenali bau tuannya. Hanya saja entah kenapa Scot seperti tak ramah dan malah seperti bersiap menerkam Ewa Lani. Gadis itu sudah siap dengan mantra sihir penghancurnya. Begitu Scot menerkam Ewa Lani langsung mengeluarkan sihir kuatnya.

"Hentikan....! Ewa Lani jangan!" teriak Cedrico yang langsung membuat sihir pelindung disekitar tubuh hewan besar itu.

Ewa Lani kaget dan langsung menghentikan serangan sihirnya, Scot yang dalam posisi menerkam tetap melompat ke Ewa Lani dan menimpa badan gadis itu untuk menjilatinya. Rupanya menerkam tamu adalah salah satu hobi Scot.

Slurrp...! Slurrp..! Scot yang jinak mulai terlihat senang dengan keberadaan Ewa Lani. Gadis itu menatap Cedrico, pria itu menyelamatkannya untuk tidak membuat sihir kejam yang bisa melukai macan besar yang ternyata jinak itu.

"Bagaimana kau tau kalau hewan ini jinak? Hampir saja aku melukai hewan lucu ini!" tanya Ewa Lani heran.

"Aku tidak sedang menyelamatkan macan itu, aku sedang menyelamatkanmu. Kau tak tau kalau yang kau hadapi itu makhluk legendaris, dia akan berubah menjadi besar dan sangat ganas saat energi sihir penghancur menyentuhnya," jelas Cedrico.

Ewa Lani terdiam dia melihat makhluk hitam yang tampak lucu dan suka bermanja-manja di kakinya itu. Ewa Lani juga pernah mendengar tentang beberapa makhluk legendaris yang memang akan sangat mengerikan jika terbangun dari wujud jinaknya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau ingin masuk ke rumah pondok orang lain?" tanya Cedrico.

"Mosbeeflyku terbang ke sana, bisa jadi Rei temanku ada di dalam,"

"Pondok kayu ini milik salah satu peri air tua bernama Linco, kalau temanmu pernah kemari sepertinya dia dalam kondisi aman. Linco pria tua yang baik hati. Tak sepertiku dia suka menolong siapa saja!" jelasnya.

"Sangat berbeda dengan seseorang yang mengambil sumpah peri seorang gadis, hanya karena ingin minta tolong diantar ke dunia luar maksudmu?" sindir Ewa Lani.

"Hahaha, bukan aku yang minta, kau saja yang memberikan sumpah perimu, padahal kalung atau gelang yang kau pakai saja sebenarnya juga cukup menarik untuk dijadikan alat tukar!" sanggah Cedrico.

Ewa Lani berpikir pria di depannya memang lebih menyebalkan daripada apa yang dia bayangkan.

"Bagaimana kalau kau ambil gelang dan kalungku sekarang? Lalu kita tukar dengan sumpah periku!" saran Ewa Lani.

"Ups, aku tak suka mengembalikan barang pemberian. Kau sudah janji menjadi pengantinku. Tak mungkin aku menolak sumpah tulus seorang gadis!" ujarnya semakin menyebalkan.

Mosbeefly yang ada di pondok Linco keluar kali ini dia terbang naik ke atas, sepertinya pergi ke tempat yang jauh karena tak berhasil menemukan Rei di sana.

"Ayo kita ikuti binatang itu!" ujar Ewa Lani.

"Kau bilang ingin makan ikan? Makanlah dulu! Susah payah aku memanggangkannya untukmu!" ujar Cedrico.

"Tapi...Hap..!" belum sempat Ewa Lani melanjutkan bicaranya Cedrico sudah memasukkan ikan panggang ke mulutnya.

"Apa yang kau khawatirkan? Mosbeefly akan kembali padamu saat binatang itu berhasil menemukan info tentang orang yang kau cari. Bahkan kurasa temanmu itu sedang bersama Linco, tak akan ada masalah buruk yang bisa menimpanya, tenang saja! Sudah kau makan saja!" ujar Cedrico yang masih saja memberi Ewa Lani cuilan ikan panggang nikmat.

"Baiklah aku akan menunggu para Mosbeefly itu kembali di sini!" ujar Ewa Lani setuju.

ตอนถัดไป