webnovel

KEKACAUAN DI FINIAS - BAGIAN 03 (01)

Kesedihan.

Keputusasanaa.

Ketakutan.

Semua itu bergabung menjadi satu. Lebih tepatnya, semua itu telah tumbuh pada setiap penduduk Kerajaan Finias. Ini adalah kejadian yang tidak pernah disangka oleh setiap orang yang menempati kediaman mereka di Kerajaan Finias.

Kemunculan 2 Plantazel telah membungkam semua rasa damai itu.

Di saat yang bersamaan, kekuatan yang dimiliki para prajurit kerajaan sedikit berada di bawah Plantazel. Beberapa dari mereka banyak menjadi korban yang terbunuh. Kehilangan keluarga yang disayang akibat serangan Plantazel itu semakin memperburuk para pengungsi di Wilayah 1.

Rasa sakit yang dialami Hasan tidak jauh berbeda. Dia hanya bisa meratapi tubuh Firtania yang bersimpah darah dan tidak bernapas. Hal ini dikarenakan Firtania melindungi Hasan dari serangan Evil Gamma yang muncul secara tiba-tiba entah dari mana.

Kekuatan yang dimiliki Hasan masih tidak bisa melindungi seseorang di dekatnya. Dengan tubuh yang terluka dan wajahnya tidak berhenti mengeluarkan air mata, Hasan tidak bisa berkata-kata lagi. Wajah tersenyum dari Firtania di akhir hayatnya menyadarkan Hasan bahwa Dunia GHO sangat kejam dan tidak ada belas kasihan.

“Kenapa? Kenapa harus Firtania?”

Hasan tidak berpaling dari tubuh Firtania. Sejujurnya, perasaan kesal dan marah yang ada dalam dirinya membuat Hasan ingin segera menghabisi Evil Gamma. Namun, kekuatan mereka berbeda dari biasanya.

Di balik kesedihannya, masih ada Plantazel yang bangkit dari serangan Hasan. Dengan segenap tenaga yang dimilikinya, Hasan berdiri dan menggenggam erat [Mald Arrow] yang dimilikinya. Hasan menatap tajam ke arah Plantazel itu.

Dia melompat ke rumah yang masih utuh dan mengambil jarak yang cocok untuk mengalahkan Plantazel itu. Hasan mengarahkan kekuatannya pada [Mald Arrow]. Busurnya diarahkan tepat ke kepala monster itu dan panah putih pun muncul.

“Ini adalah......dendam untuk Firtania!”

Teriakan itu membuat Hasan melepas panah putih itu ke arah kepala Plantazel. Bidikannya tepat sasaran dan kepala Plantazel tersebut hancur karena serangan Hasan. Tubuh raksasa itu mulai ambruk dan menghancurkan beberapa rumah penduduk yang sudah keropos. Ini adalah serangan yang membuat Hasan mendapatkan tambahan uang ke dalam penyimpanannya dan berhasil meningkatkan kekuatannya.

Itu semua hanyalah kekuatan yang dianggap Hasan hanyalah kekuatan kosong. Dia tidak bisa menyelamatkan orang terdekat baginya. Hasan hanya menganggap kekuatannya masih jauh dari kata sempurna. Dengan kekuatan yang terkuras, dia tidak sanggup mempertahankan kakinya lebih lama di atas rumah itu.

Hasan melompat dari rumah yang dia pijak dan mendekati tubuh Firtania yang tidak bergerak sama sekali. Hanyalah darah dan senyuman yang diberikannya setelah Firtania terbunuh. Ini salahnya, itu yang dipikirkannya. Hasan membanting [Mald Arrow] ke tanah dan memukulnya berkali-kali.

“Sial! Sial! Sial! Apanya yang [Great Hero Dyne]?! Aku sudah membiarkan Firtania terbunuh!”

Dengan tangisan dan teriakan yang tak berhenti, Hasan hanya meratapi betapa lemahnya dia. Dunia GHO yang memperlihatkan bagaimana kekejaman yang terjadi di sana. Tak berapa lama, dia berhenti memukul [Mald Arrow] walau tangannya sedikit berdarah.

Hujan deras pun turun. Hal itu melengkapi kesedihannya terhadap Firtania. Dengan kata lain, kegagalan Hasan membuat Firtania terbunuh adalah salah besar. Pada dasarnya, Firtania muncul untuk melindunginya. Firtania adalah gadis elf yang kuat.

“Oi! Apa ada orang yang masih selamat?!”

Hasan mendengar teriakan seseorang yang memanggil. Dia menyadarinya. Namun, keberadaan [Mald Arrow] harus tetap disembunyikan. Hasan segera menyimpan busurnya itu ke dalam [Menu Bar] dan lekas berdiri dari tempatnya.

“Ya! Aku ada di sini!” Hasan membalas panggilan itu.

Tak berapa lama kemudian, tiga prajurit kerajaan datang mendekati Hasan. Mereka melihat kondisi dari Hasan dan memeriksa keadaan sekitar.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya salah satu prajurit itu kepada Hasan.

“Baik? Bagaimana mungkin aku bisa baik-baik saja, wahai prajurit?” Hasan membalasnya dengan kepala tertunduk.

“Apa maksudmu?”

“Apa kalian tidak bisa melihat sekeliling kalian?! Banyak korban terbunuh dan bangunan hancur karena serangan Plantazel yang besar! Apa yang kalian lakukan?! Apa kalian hanya mencari-cari korban selamat?!”

“Daripada itu, di mana cincin tanda masukmu?”

“Cincin?! Kau masih mempermasalahkan hal itu dibandingkan nyawa-nyawa orang yang tinggal di Wilayah 1?!”

“Itu adalah tugas kami. Setidaknya, seseorang telah berhasil membunuh Plantazel. Kami hanya ingin memastikan bahwa keberadaan korban selamat jauh lebih penting.”

Hasan semakin kesal. Dia tidak menyangka bahwa prajurit kerajaan bisa semudah itu mengesampingkan permasalahan sekitar. Dia mulai membencinya.

“Kalau begitu, apa yang akan kalian lakukan kepada orang yang membunuh Plantazel itu?” Hasan kembali bertanya.

“Bukankah sudah jelas? Dia akan mendapatkan gelar dan hadiah dari raja. Kami juga bisa menjadi bagian dari orang yang mengalahkan Plantazel itu.”

“Huh? Hanya itu?”

“Apa maksudmu dengan nada seperti itu? Itu adalah sebuah kehormatan dan kami bisa mendapat uang dalam jumlah banyak! Aku tidak sabar menunggunya. Jadi, apa kau tahu?”

“Kalian memikirkan hal konyol seperti itu dibandingkan korban yang berjatuhan?! Apa-apaan pemikiran kalian ini?!”

“Jangan membentak kami seenaknya!”

“Guuaahh?!”

Hasan menerima hantaman dari salah satu prajurit kerajaan itu. Dia terjatuh dan merasakan sakit yang tak terduga. Ini adalah hal tak terduga dari seorang bawahan raja yang memukul warga sendiri karena hal sepele.

“Dengar, ya?! Kalau kau tidak mau bekerjasama dengan kami menemukan orang itu, kau akan dianggap membangkang Kerajaan Finias! Aku bisa tahu bahwa kau adalah seorang pendatang dan tinggal di tempat seperti ini. Apa kau iri kepada kami karena kami bisa mendapat hal-hal hebat?! Hahahaha!”

“Aku tidak mengira....dunia ini penuh dengan sampah....”

“Sampah?!”

“Ya, itu benar. Kalian itu sampah. Apa kalian tidak memikirkan bagaimana jika keluarga kalian terbunuh karena Plantazel atau mati karena serangan musuh? Apa kalian berpikiran bahwa hal itu bisa dianggap sepele?”

Hasan mengatakan hal itu dengan tubuhnya mencoba bangkit dan menatap para prajurit itu dengan tatapan tajam. Dia tidak ingin adanya hal bodoh kembali membawa bencana pada Kerajaan Finias. Ini sebuah penghinaan bagi Hasan.

“Huh?! Kami tidak peduli dengan apa yang kau katakan! Kau tidak bisa menyingkir dari sini sebelum mengatakan keberadaan orang yang mengalahkan Plantazel itu!”

“Baiklah. Aku tidak akan mencari masalah besar kepada kerajaan itu. Memang benar, aku melihat orang yang mengalahkannya, tapi dia sudah pergi.”

“Kenapa kau harus bertele-tele seperti tadi?! Cepat katakan!”

“Yah, dia pergi ke arah di mana kalian datang. Mungkin dia ingin identitasnya terbongkar.”

“Apa kau tidak berbohong?”

“Untuk apa aku berbohong? Aku adalah orang yang jujur, loh.”

“Hahahaha! Itu luar biasa! Aku akan melupakan cincin masuk yang tidak kau miliki. Kau sudah membuka jalan bagi kami untuk menemukan orang itu.”

“Ya, terimakasih....”

“Ayo kita ke sana! Cih! Dasar mayat sialan!”

Prajurit itu berbalik dan menendang tubuh Firtania di depan Hasan. Di tengah hujan yang deras itu, mereka tidak memedulikan korban sekitar. Hasan pun marah.

“Oi, prajurit sialan!”

“Huh?”

Hasan dengan cepat sudah siap mengarahkan beberapa panah dan busurnya ke arah para prajurit tak berhati itu. Wajah Hasan yang menangis ditutupi oleh hujan yang tak berhenti. Tatapan amarah Hasan terlihat jelas ingin membunuh para prajurit itu.

“Selamat tinggal...”

“Akh?!”

Ketiga prajurit itu tertusuk langsung oleh panah yang diarahkan oleh Hasan. Mereka pun mati seketika dan membuat hati Hasan sedikit lega. Hal itu dikarenakan mereka seenaknya mempermainkan korban berjatuhan. Hasan sudah selesai dengan mereka, tapi kesedihannya masih ada untuk Firtania.

Next chapter