webnovel

Korban Baru Lagi

Seluruh desa gempar dengan berita ada pembunuhan lagi dan kali ini pria tua yang jadi korbannya. Semua warga berbondong-bondong untuk ke tempat yang jadi lokasi pembunuhan itu, semua melihat ke sana untuk mengetahui siapa korban baru lagi.

"Kalau seperti ini, desa kita tidak bisa di tinggalin lagi. Desa kita ini sudah membuat suasana mencengkram. Teror itu membuat kita takut kalau keluar malam," ucap warga yang tengah melihat pihak polisi melakukan penyelidikan di lokasi pembunuhan.

"Kita tidak ganggu, jadi buat apa takut. Ya kali saja dia itu jadi korban karena ikut berbuat tidak baik sama arwah itu, kan bisa saja hal itu terjadi. jadi jangan takut lah," jawab salah satu warga itu lagi.

Semua menganggukkan kepala. Benar juga, suaminya pulang kerja malam, tidak apa dan selamat apa lagi ke masjid tidak masalah. Semua warga juga setuju akan hal itu.

Angga dan rekannya menyusuri tempat kejadian. Ambulance sudah membawa jasad itu ke kantong jenazah dan membawa ke rumah sakit. Tentu jasadnya mengenaskan dan menakutkan.

"Ga, lihat tidak, jasadnya sama persis dengan jasad korban itu dan ini lebih mengenaskan sekali, aku saja takut melihat semua itu." Zuki mengikuti Komandannya berjalan ke sana ke mari.

"Kamu benar, tadi malam kita menyaksikan langsung, aku pikir itu Nena, tapi nyatanya tidak. aku tidak tahu kenapa bisa dia menunjukkan pada kita," ucap Angga yang sudah menemukan satu lagi silikon karet.

Silikon yang berwarna coklat seperti kulit manusia itu dia masukkan ke kantong plastik khusus. Dia akan minta tim forensik memeriksanya. Angga meminta anak buahnya memasang garis polisi di tempat kejadian.

"Data dirinya sudah kamu simpankan, kita harus hubungi keluarganya," kata antgga yang berjalan menuju jembatan dan menemui Kades.

"Sudah, sepertinya dia orang terpandang, juragan juga sih Ga," kata Zuki yang mengikuti Angga dari belakang.

Zuki menyerahkan ke pada tim forensik yang datang untuk membawa bukti yang ditemukan oleh Angga. Setelah menyerahkan Zuki bergabung dengan Angga dan pak Kades.

"Jadi, benar yang bunuh itu Darsimah?" tanya pak Kades yang berbisik kepada Angga agar tidak kedengaran oleh warga yang masih melihat peristiwa itu.

Angga menghela nafas panjang. Karena dia tidak tahu mau bicara apa, pantaskah dia menuduh Darsimah? Walaupun dia yang bunuh pria itu tujuannya apa coba.

"Kita bahas di tempat lain, kalian semua ayo ikut. kita kembali lagi, nanti kita ke sini untuk menyelidiki lebih dalam lagi kasus ini," ucap Angga.

Semua yang ikut dengan Angga langsung bergegas pergi, polisi yang dari kota juga sudah pergi mengawal ambulans dan warga sudah membubarkan diri. Zuki membawa mobil ke rumah pak Kades, mereka tidak kembali ke kota karena masih mengurus kasus Darsimah.

"Kira-kira siapa ya?" tanya Bono pada Boni yang duduk di sebelahnya.

"Kejadian tadi malam. Kami melihatnya pak, mungkin Darsimah, dia membunuh pria itu karena pria itu mau melecehkan atau entahlah karena apa, pak Kades lihatkan dia ke rumah pak Kades waktu itu, nah itu setelah dia membunuh pria itu." kata Angga kepada pak Kades.

Pak kades memijit keningnya, jadi semalam dia ke rumahnya habis bunuh pria itu. Jadi benar, dia balas dendam ke pria yang ada tujuannya satu yaitu mencari pembunuhnya.

"Ini dendam dia dan juga kutukan buat pria kalau akan dihabisi oleh Darsimah, jika di antara korban mau mengakui dialah pembunuhnya maka dia mungkin.Tidak akan membunuh pria mana pun," ucap pak Mahmud selaku kepala desa di desa kemuning ini.

"Pak kades bilang kalau ini semuanya karena dendam dan membuat dia mengatakan akan mengutuk semua pria sampai dia mendapatkan pria yang membunuh dia begitu?" tanya Zuki yang duduk di bangku supir.

Pak Kades mengangguk pelan, itu yang selalu dia katakan dan tadi malam pun dia berkata hal yang sama. Angga diam, dia memikirkan mimpi itu dan Darsimah memang berkata seperti itu, tapi pembunuhnya siapa? Mana mungkin mantan dia yang pesta itu dan kenapa Nena yang di umpan untuk menjebak pria yang akan dia bunuh.

"Apa tidak ada jalan lain pak, misalnya kita doakan dia agar dia tenang?" tanya Bobo pada pak Kades.

"Nah benar itu. Kalau kita doakan dia bersama, mungkin dia tidak seganas itu." Boni menyetujui apa yang temannya katakan.

"Tidak semudah itu, dia sudah bersumpah akan mengutuk semua pria, itu sebagai cara balas dendam dia pada pria yang membunuhnya," kata Angga.

Zuki diam saja mendengar apa yang dikatakan oleh angga. "tapi nak Angga, kalau memang dia berkata seperti itu, biarkan kalian yang mencarinya, bukan membunuh semua pria," kata pak Kades.

"Pak Kades kan tidak masuk dalam daftar yang akan dibunuh oleh dia," sambung Zuki.

Pak Kades membolakan matanya. dia mana mungkin masuk daftarnya. "jadi, kamu mau aku ikut jadi daftar dalam pembunuhan dia ya?" tanya Pak Kades.

Zuki terkekeh geli, pak Kades takut juga. "pak kades kan pria, bisa saja kan pak kades masuk daftar dia juga, kita kan tidak tahu. Tergoda dengan dia dan srettt, selesai hidup pak Kades," ucap Zuki.

Pak Kades mendengus kesal karena Zuki mendoakan dirinya. Angga masih memikirkan apa yang dia mimpikan dan mengingat apakah benar yang dikatakan pak Kades kutukan dan dendam yang membuat pria jadi korban. Dia juga mengingat mata pembunuh itu. Seperti tidak asing baginya dan pernah dia lihat tapi di mana pikirnya.

"Kita sudah sampai. Kita tunggu rekan kita yang lain saja, mereka akan mengungkap pembunuhan hari ini," ucap Zuki yang membuyarkan lamunan Angga.

Angga keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah, tapi langkahnya terhenti saat melihat pria memperhatikan dia dari jauh. Angga berpura-pura tidak melihatnya, tapi dia melirik dengan sudut matanya.

"Ternyata ada yang mau mencoba mengawasi kami, tapi siapa dia?" tanya Angga yang masuk ke dalam rumah.

Zuki yang melihat Angga masih melirik ke luar melihat ke arah luar juga, dia tidak melihat siapapun di sana. Zuki menyenggol lengan Angga dan mengangkat alisnya. Angga membisikkan ke telinga Zuki.

"Ka-kau biar betul Ga? Nanti kau salah orang lagi," jawab Zuki dengan wajah yang masih tidak percaya dengan apa yang angga katakan.

Ketiga anak buah angga saling memberikan kode. Zuki membisikkan ke mereka dan tentu mereka juga melirik ke luar, tidak ada yang mencurigai sama sekali. Angga yakin itu orang yang takut kalau kasusnya terbongkar. Aku harus menangkap basah dia nanti aku tidak akan melepaskan dia, akan aku cari dan menghentikan kutukan nyai Darsimah itu dan dendamnya pada pria.

Next chapter