"Makian? Apa yang kamu maksud dengan makian, Breckson?" tanya Freislor, gadis itu menaikkan salah satu alisnya. Ia kebingungan dengan sikap Breckson.
"Dengar, siapa pun yang tahu bakatku tentang ini. Dia akan menghinaku, Freis. Termasuk Ayahku sendiri. Hahaha, dia selalu meremehkanku untuk ini. Itulah sebabnya aku selalu menyembunyikannya. Aku tidak ingin mendapatkan hinaan itu kembali," jawab Breckson dengan suara lirih. Freislor yang mendengar hal itu menundukkan kepala.
"Maaf, Breckson. Seharusnya aku tidak membuatmu sedih." Freislor tersenyum lebar.
"Tidak, itu bukan salahmu. Aku hanya ingin mengatakannya saja. Lagian, itu hanya masa lalu, Freis. Jadi santai saja," ucap Breckson pelan. Freislor menggelengkan kepalanya pelan. Ia menoleh ke arah Breckson sembari berkata, "Aku juga mengalami hal yang sama denganmu, Breckson."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com