Freislor yang mendengarnya tertawa dengan wajah ragu. "Apa kau pikir aku punya waktu lama untuk hidup, Poresa?" tanya gadis itu sembari tersenyum. Poresa menganggukkan kepala pelan. Ia menyentil kening Freislor untuk kedua kalinya. Setelahnya, ia menaruh kedua tangannya di pinggang sembari melirik ke arah gadis itu.
"Dengar, Freis. Kalo kamu tidak punya pikiran positif, gimana aku percaya kamu bisa menyetujuinya?"
"Oh, iya juga. Hahaha, iya deh aku percaya," ucap gadis itu sembari tertawa pelan. Mereka berdua berjalan dengan wajah penuh keceriaan. Mereka berdua sama sekali tak memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya.
"Freis, kalo kita jalan kaki kayanya nggak seru, deh. Lari aja, yuk. Aku bosen jalan, kelamaan," ajak Poresa. Freislor mengerutkan dahi. "Nggak mau, aku pasti kalah." Gadis itu memanyunkan bibirnya. Remaja yang ada di sampingnya menaikkan salah satu alisnya.
"Kamu yakin, nih? Ya udah, aku tinggal," Poresa berlari meninggalkan Freislor sendirian.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com