Kaori membuka matanya perlahan, menatap Misaki yang duduk di sampingnya. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma rumput dan tanah hangat yang tersinari matahari. “Kenapa kau tidak pernah menyampaikannya padaku?”
“Karena aku selalu melihat Onee-chan murung dan sedih saat hari itu tiba. Aku hanya tidak ingin menambah luka di hatimu.”
Hening. Angin sore bertiup lebih perlahan, seolah turut menyimak.
“Jadi... Kau menceritakan hal ini kepada Urano-san?” tanya Kaori lirih.
Misaki mengangguk. “Hanya dia yang merayakan ulang tahunku. Setiap tahun, dia selalu mengingatnya. Diam-diam membawa kue kecil. Terkadang hanya roti tawar dengan lilin mainan. Namun itu sudah cukup bagiku.”
Air mata mengalir di pipi Kaori. Terlebih lagi dia mengingat ucapan Kei kemarin, tentang Misaki.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com