Kami semua pun bersama-sama memasak makanan untuk kita nikmati nanti, sambil menikmati suasana hening dan juga suhu yang cukup dingin di Latar Ombo ini.
Aku sangat bahagia, karena aku bisa mencapai di titik ini dan juga bisa membantu teman-teman yang lainnya, dengan satu kelebihan ku semoga saja aku tetap bisa melindungi teman-temanku yang lain untuk sampai bisa ke puncak nanti.
Beberapa menit kemudian makanan kami pun telah matang, mie instan yang kami buat dan juga kopi yang diseduh sudah siap kita nikmati bersama-sama.
Sekarang tiba saatnya kami pun menyantap hasil masakan kami, aku pun memanggil Fajar dan juga Shella yang ada di dalam tenda sedang beristirahat.
"Fajar, Shella ayo kita makan bersama-sama ini mie instan dan kopinya udah siap." ucapku membangunkan mereka yang sedang beristirahat di dalam tenda.
Mereka berdua beristirahat dalam tenda namun terdapat sekat di dalam nya untuk batas pemisah mereka.
"Iya siap sebentar lagi ya, ini masih merapikan dalam tenda tadi aku habis ketiduran sebentar." ucap Fajar kepadaku.
"Oke siap aku tunggu di sana ya, kalian berdua masih kuatkan untuk jalan ke sana." tanya aku kembali.
"Masih kuat kok tenang aja, ya udah kamu duluan aja nanti aku nyusul sama Shella." jawab Fajar dari dalam tenda.
Aku pun bergegas kembali menuju ke teman-temanku, ternyata disana teman-temanku beberapa sudah mulai menyantap makanan mie instan yang kami buat tadi.
"Wah kalian ini, udah duluan aja makan mie instan nya kasihan tuh Fajar sama Shella masak kalian tinggalin." ucapku kepada teman-teman.
"Iya maaf karena udah keburu lapar nih, ya udah ini bagiannya Fajar sama Shella udah aku pisahin kok sama kamu juga itu udah di piring mie instan nya." jawab Risma kepadaku sambil memberikan sepiring mie instan.
"Terima kasih banyak ya Risma, kamu masih perhatian sama aku." ucapkan kepada Risma.
Aku sangat senang sekali, karena harus mau sudah menunjukkan sikap perhatiannya kepadaku semoga saja di pendakian ini sampai ke puncak nanti aku bisa mengungkapkan perasaanku kepadanya bahwa aku aku sudah menyukainya sejak lama.
Memang sepanjang pendakian ini ini selain aku yang menyukai Risma sudah sejak lama, ada juga Siswanto yang menyukai Shella.
Sejak lama Siswanto juga mendekati Shella akan tetapi Shella masih mempunyai perasaan kepada laki-laki lain.
Ternyata selama ini Fajar dan Siswanto bersaing untuk mendapatkan Shella, akan tetapi Fajar sudah terlebih dahulu mundur dan mencari perempuan yang lainnya untuk dijadikan tambatan hatinya.
Alasan kenapaku masih sangat bersemangat sampai sekarang ini karena sesekali aku memandangi wajah Risma yang cukup cantik putih bersinar, sungguh perempuan yang sangat aku idamkan saat ini berada denganku saat ini di malam hari ini dan juga di gunung ini semoga saja doaku terkabul untuk bisa selalu bersama Risma selamanya amin.
Tidak lama Fajar dan juga Shella menyusul kami di dekat api unggun.
"Duduk sini ayo kalian berdua, itu mie instan dan kopi kalian udah aku siapkan buat kalian. Selamat menikmati ya." ucap Risma yang sedang makan mie instan di dekatku.
"Siap terima kasih banyak ya." ucap Fajar dan juga Shella mengambil dua piring mie instan dan 2 gelas kopi untuk mereka berdua.
Setelah mereka mengambil piring dan juga gelas, mereka pun duduk menikmati makanan dan minuman mereka bersama-sama dengan kami.
Tempat duduk mereka pun bersebelahan, Fajar di sebelah utara yang di tengah Shella dan di sebelahnya Shella adalah Siswanto.
Dari kejauhan aku pun hanya bisa tersenyum di dalam hati melihat tingkah laku mereka yang saling menatap, seakan sedang terbakar api cemburu karena Shella pun membagi kebaikan mereka kepada Fajar dan juga Siswanto.
Contoh saja disaat Shella membantu Fajar berjalan ke sini, Siswanto tidak mau melihat mereka berdua langsung saja Siswanto membuang wajah seolah dia terbakar api cemburu.
Sedangkan disaat Siswanto mencoba membantu Shella, Fajar pun juga diam saja hanya melirik dengan penuh tanda tanya apakah in yang dinamakan cemburu.
Aku pun sedikit bercanda kepada mereka dengan berkata "sudah Fajar dan Siswanto jangan saling menatap, nanti saling suka loh kalau ingin menatap itu ya menatap Shella aja nanti biar salah satu dari kalian ada yang suka sama Shella.
"Bisa aja, aku tadi hanya melihat sekeliling pemandangan di sini karena aku merasa seikit melihat beberapa anak kecil berlarian." ucap Siswanto.
"Nah betul tuh aku juga gitu, tadi aku melihat anak kecil pakainya kotor berlarian sambil tertawa tawa, makanya aku saling bertatap sama Siswanto apakah kami mengalami hal yang sama." ucap Fajar.
"Lah kalian saling tatap-tatapan aja jadi tambah takut aku disini, lebih baik ada yang menatapku, nanti kalian berdua bisa kesurapan kalo melamun memikirkan apa yang kalian lihat lho." jawab Shella sambil sedikit ketakutan.
"Tapi emang bener sih, apa yang orang lain katakan tentang Shella kalo kamu itu cantik." ucap Putri.
"Ah kamu bisa aja sih, tapi emang bener sih kamu juga memang wanita yang cukup cantik." ucap Shella memuji balik Putri.
"Dihhh, bener apa yang kamu katakan Put, selain memang cukup cantik makanya aku dari dulu mendekatinya tapi sampai sekarang aku tidak bisa mendapatkannya."ucap Fajar pada Putri sambil tertunduk malu.
"Makanya kamu tuh usaha yang lebih keras dan lebih besar lagi supaya bisa dapetin aku aku kamu sih usahanya yang setengah-setengah aja ditambah lagi wajahmu itu wajah buaya seperti banyak perempuan yang gampang nempel sana nempel sini." ucap Shella kepada Fajar.
"Betul tuh, jangan mau sama yang kayak muka muka buaya kayak gini." ucap Siswanto sambil menepuk pundak Fajar.
"Ah kamu ini Sis, bisa aja kayak kamu nggak aja." balas Fajar.
"Sudah, sudah kita lanjut makanya saja keburu larut malam nanti malah kita camping disini tidak bisa sampai puncak." ucap Mas Simon.
Kami pun melanjutkan makan kami semua, ya memang kami semua remaja – remaja yang takut mati karena kelaparan hehehe.
Momen yang sulit untuk di ungkapkan, karena bisa berkumpul dengan teman teman di masa SMA merupakan momen terindah dalam cerita kehidupan.
Bukan hanya kisah bahagia saja yang kami rasakan di pendakian ini, tetapi bagaimana aku dan teman teman mengukur rasa kesetiaan dan rasa menurun egois masing masing.
Makan bersama dan berbincang di depan api bercerita tentang kisah hidup masing – masing dengan latar belakang yang berbeda.
Ada yang mengenai percintaan, ada juga masalah mistis dan ada juga masalah prestasi atau harta benda.
Memang ajang buat saling pamer kalo masa masa SMA sepertiku dan teman teman ku ini.
Tapi untung saja di gunung ini mereka tidak ada yang pamer masalah harta benda wkwk, mungkin karena takut setelah apa yang kami alami selama pendakian sampai di pos 3 ini.
Gunung Panderman ini terbagi menjadi beberapa pos per istirahatan. Yang sekarang sudah aku capai bersama teman teman adalah pos 3, jadi kurang pos 4 dan sampailah aku ke puncak Gunung Panderman ini yang di beri nama Puncak Basundara dengan ketinggian 2045 meter di atas permukaan air laut.
Akan beta indahnya ceritaku dan teman teman bisa sampai ke puncak dengan keadaan lengkap tanpa kurang satu hal apapun dan selamat sampai kembali kerumah. Itulah memang tujuan pendakian ku dan teman teman.