webnovel

Chapter 9

POV Safaraz

Seharusnya aku tau, jika sebagai suami yang tidak dianggap, aku tidak boleh berharap lebih dari seorang Mas Daniel. Saat dia memintaku untuk mendatanginya, tentu hal tersebut adalah untuk kepetingannya, bukan untuk kami berdua, apalagi untukku.

Aku masih mencoba menetralkan perasaanku, mengisi kekosongan dalam hati yang datang tiba-tiba. Harusnya aku sudah siap menghadapi hal ini, karena kemarin aku sendiri yang memberikannya lampu hijau, namun, jika naif berkata dia tidak akan berani, aku salah, seorang Daniel Pramudya Bayanaka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang dia punya.

Ku teguk ice milo yang kupesan, rasa pahit manis yang bercampur air es dingin mengalir sempurna melewati kerongkonganku, yang terasa kering kerontang. Mengapa sulit sekali bagiku mengatur emosi ketika berada di dekat Mas Daniel, aura intimidasi yang menguar dari dirinya membuat siapapun merasa segan berurusan dengannya.

"Kamu baik-baik aja, Saf?" suara Adelya seakan menarikku untuk kembali sadar, jika aku harus mengahadapi situasi ini. Tangannya mengusap lembut lenganku.

"Ah, sa-saya baik-baik aja, Mbak"

"Kalau kamu merasa teralalu cepat, kami bisa menundanya sampai kamu siap, gimana?" ucapnya lagi, mengapa dia begitu baik kepadaku? Ah mana ada wanita baik-baik sementara dia menjalin hubungan dengan suami orang?

"Enggak bisa, kita tetap menikah pekan depan, mau Safaraz siap ataupun tidak." Mas Daniel mementahkan jawaban Adelya, menolak untuk menunda pernikahan mereka hingga aku siap.

"Daniel!"

"Del, kita sudah membahasnya, ini yang selama ini kita inginkan, sebelum kehadirannya, rencana pernikahan kita sudah matang, kemudian dia hadir mengacaukan segalanya. Impian kita menikah, Del, kesempatan ini datang kepada kita, buat apa memikirkan yang lain?" Apa suamiku tidak sadar, jika orang yang sedang dia bicarakan adalah suaminya sendiri? Orang yang dianggap mengacaukan segala impian manis mereka ada di sini, di hadapannya.

"Saya tidak keberatan, menikahlah, secepat yang kalian mau, saya tidak akan menghalangi," tandasku akhirnya.

"Saf!"

"Mas Daniel benar, Mbak, kalian sudah lama menunggu moment ini, saya tidak akan mengacaukannya lagi seperti dua tahun lalu,"

"Kamu dengar sendiri kan, Sayang? Dia tidak keberatan." sebegitu sulitnya kah Mas kamu menyebut namaku?

"Kalau sudah tidak ada yang dibicarakanlagi, saya permisi duluan"

"Enggak ada, pergi aja!" sahut Mas Daniel tanpa perasaan.

"Baiklah, permisi, aku baru akan beranjakdari meja yang dipesan Mas Daniel, saat dari arah belakang ada sebuah tangan yang menarikku.

"Dokter Safaraz!" aku terkejut saat ada sebuah pelukan di pinggangku, yang dibarengi suara khas anak kecil.

"Ameera? Kamu di sini sama siapa, Nak?" kataku akhirnya, saat menyadari jika yang memelukku adalah salah satu mantan pasienku di rumah sakit, seorang anak kecil yang saat itu ku tangani, ketika dirinya masuk UGD karena mengalami kecelakaan mobil, bersama kedua orang tuanya.

"Ameera sama papa. Ameera kangen sama Dokter Safaraz." serunya lagi seraya memelukku kembali.

==============::============E=****=*=***=====

POV Author

Di satu sisi Daniel merasa lega karena telah memberitaukan kepada Safaraz perihal rencana pernikahannya dengan Adelya, namun, di satu sisi, hatinya merasa ada yang mengganjal, saat melihat ekspresi tenang yang istrinya tampilkan, dalam hatinya bertanya-tanya, apa Safaraz tidak merasa cemburu kepada Adelya?

"Enggak ada, pergi aja!" ucapnya dengan nada dingin, seolah menguatkan hati untuk tidak merasa iba dengan Safaraz.

"Ameera kangen sama Dokter Saf" lamat-lamat Daniel mendengarkan percakapan suaminya dengan anak kecil tersebut. Hatinya bertanya tanya mengenai siapa anak perempuan kecil ini, mengapa bisa seakrab itu dengan istrinya?

"Ameera! Papa bilang kan jangan lari-lari! Pak Dokter, maafin anak saya, Ya!"

"Pak Yuda, enggak apa-apa, Pak, namanya juga anak-anak,"

"Kebetulan sekali bertemu dokter di sini, sudah seminggu ini Ameera selalu menanyakan dokter, katanya kangen, minta dianterin ke rumah sakit, cuma saya masih sibuk belum sempat ke sana,"

"Oh gitu, Ameera kangen sama Pak Dokter?"

"lya, tapi papa enggak mau anterin Ameera ketemu dokter," ucap Ameera dengan gaya merajuk khas anak-anak, membuat Safaraz gemas dibuatnya.

"Sekarangkan sudah ketemu sama Pak Dokter, terus Ameera mau apa?

"Ameera mau ditemanin makan sama Pak Dokter, boleh, kan?"

"Jangan gitu Ameera, Pak Dokter pasti sibuk, Ameera makan sama papa aja, ya?

"Enggak, Ameera mau ditemanin Pak Dokter baik!" rajuknya.

"Ameera mau makannya ditemanin sama Pak Dokter, nih? Boleh, tapi Ameera harus makan yang banyak, ya!!"

"lya, Pak Dokter, Ameera akan makan yang banyaaak banget!" sahut Ameera yang di sambut senyum manis oleh Safaraz, membuat Yuda merasa tidak enak.

"Apa tidak merepotkan, Dok? Dokter tidak sedang sibuk?"

"Tidak apa-apa, Pak, saya free, kok, yuk!" ucap Safaraz, seraya menuntun Ameera ke meja kosong.

Rasa aneh menjalar di hati Daniel, kala melihat Safaraz begitu akrab dengan pria lain dan juga anaknya, mungkin jika tidak mengetahui siapa Safaraz, pasti semua akan mengira jika mereka adalah satu keluarga yang bahagia. Meja yang Safaraz tempati terletak dua space dari meja tempat Daniel dan Adelya duduk, sehingga membuat Daniel bisa leluasa melihat aktivitas mereka bertiga.

Anehnya, melihat Safaraz tertawa lepas membuatnya merasa tidak nyaman. Konsentrasi Daniel seakan hilang, berulang kali Adelya mengajaknya bicara, namun dia abaikan, fokusnya hanya mengarah ke meja di mana suaminya berada.

"Kamu cemburu, Dan?" pertanyaan Adel yang tiba-tiba membuat Daniel terkejut.

"Hah? Apa?" sahutnya Tergagap, wajahnya pias, namun bukan Daniel namanya, jika dia tidak bisa mengatasi situasi sesulit apapun.

"Kamu, cemburu kan lihat Safaraz bahagia sama orang lain?" tanya Adelya lagi.

"Ngaco kamu, Sayang, mana mungkin aku bisa cemburu sama dia, dirinya terlalu rendah jika harus membuatku cemburu karenanya," ucapnya congkak, membuat Adel tersenyum samar.

"Namanya Yuda Dinata Bagaskara, duda muda beranak satu, yang merupakan seorang pengusaha property. Istrinya meninggal setahun lalu karena kecelakaan mobil, yang mereka alami sekeluarga" ujar Adel, seolah memberitahu siapa pria yang kini tengah duduk berhadapan dengan suaminya.

"Ja-jadi dia Yuda Dinata? Pemilik Dinata Properti? Senior kita di kampus?"

"Yup, benar banget, so?"

"So?" tanya Daniel tidak mengerti maksud dari pertanyaan Adel.

"Masih mau mewujudkan impian kita untuk menikah, atau menyerah dan perbaiki hubunganmu dengan Safaraz? Perlu aku beritahu, Dan, Safaraz bukan Laki-laki biasa, dia tampan, cerdas, karirnya sebagai dokter cemerlang dan akan semakin bersinar ketika gelar spesialisnya sudah dia genggam. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan pria lain jika dia lepas darimu."

"Maksud kamu?"

"Safaraz memiliki segalanya yang diperlukan laki-laki, ayolah Dan, aku sudah kepoin suamimu itu dari kalian belum menikah, rasa sakit hatiku karena gagal menikah denganmu, membuatku terobsesi untuk mengetahui segalanya tentang dia, segalanya, termasuk dirinya yang juga rela memutuskan petunangannya dengan seorang dokter muda kala itu."

"A-apa? Pertunangan?"

"Hu'um, kalau selama ini kamu merasa, cuma kamu yang menderita karena batal menikah denganku dan tersiksa, dengan perjodohan kalian, hal yang sama juga Safaraz rasakan, Mas, dia rela membatalkan rencana pernikahannya dengan seorang dokter bernama Adrian Essa, karena ingin membalas budi dengan bapakmu yang memintanya menikah denganmu,"

Fakta yang Adelya beberkan mengenai Safaraz, sungguh membuat seorang Daniel terkejut, dirinya tidak menyangka jika selama ini Safaraz pun merasakan hal yang sama seperti dia rasakan.

"Kamu masih punya waktu untuk memikirkannya, Dan, aku tidak masalah jika kamu mundur." lanjut Adelya lagi, membuat hati

Daniel menjadi semakin gamang

"A-aku."

"Jika aku jadi kamu, aku tidak akan pernah melepaskan seorang Safaraz, Mas, satu fakta lagi yang haru kamu ketahui,"

"Apa lagi, Del, apa lagi yang kamu ketahui tentang dirinya?" kesal Daniel tidak sabaran.

"Sejak tiga hari lalu, mantan tunangannya Safaraz, bekerja di rumah sakit yang sama dengannya, secara tidak sengaja takdir mempertemukan mereka kembali, jadi, tidak menutup kemungkinan jika Adrian Essa akan berjuang lagi untuk mendapatkan suamimu, Dan. Apa kamu siap bersaing dengannya dan juga mungkin, Yuda Dinata?"

"Del, kita tidak usah membicarakan dia lagi, cukup, aku akan tetap menikah denganmu."

"Dan melepaskan Safaraz?"

"Dia tidak akan pernah mau lepas dariku, Del, entahlah, mengapa dia begitu kokoh untuk berada di sisiku, padahal berulang kali aku memintanya untuk menggugat ceraiku,"

"Mengapa bukan kamu saja yang menggugat cerai?"

Degh! Pertanyaan Aadelya seperti peluru yang menembak tepat mengenai jantungnya.

"Aku tidak mungkin menceraikannya, Del, kamu tau itu, kan?"

"Kenapa? Karena namamu akan dihapuskan dari daftar ahli waris, jika bercerai dengannya?"

"Del, ayolah, kita pernah membahas ini, aku tidak akan bertahan dengannya jika bukan karena wasiat bapak, aku bisa mendapatkan semuanya jika menikah dengannya, kalaupun berpisah, bukan aku yang menggugat, tapi dia, itu aturan mainnya, aku tidak akan rela melepaskan semuanya untuk dia, Del, selama hidupnya, bapakku sudah terlalu banyak perhatian dan pemberian untuknya, aku tidak ingin, harta peninggalannya pun sampai jatuh ketangannya, ini hak ku, hak ibuku, tidak ada hak nya di sana,"

"Kamu tidak pernah penasaran kenapa Safaraz sampai enggan berpisah darimu?" Daniel menghela nafas sebelum menjawabnya.

"Pernah, dan dia selalu bilang jika ini karena bapak, dia tidak akan mengecewakan bapak, bapak sudah berpesan kepadanya untuk tidak pernah bercerai denganku,"

"Lalu kamu tau kenapa dia bisa begitu nurut sama bapakmu?"

"Ya karena dia merasa berhutang budi sama bapakku, atau mungkin karena dia sudah menjadi simpanan bapak bertahun-tahun, entahlah,"

"Hmm, tapi kamu enggak coba cari tau kenapa bapak kamu begitu perhatian dan memberikannya fasilitas yang menurutmu dan keluargamu berlebihan?"

"Karena dia menyerahkan tubuhnya kepada bapak, Del!" sahutnya kesal karena terus-terusan diinterogasi oleh Adelya.

"Kenapa kamu berfikir kayak gitu? Apa almarhum bapak kamu seburuk itu, sepanjang aku mengenalnya, beliau pribadi yang baik dan sopan, tidak pernah aku berfikir jika dia memiliki simpanan yang bahkan usianya lebih muda dari anaknya sendiri"

"Kamu kenapa sih, Del? Sebenarnya kamu juga maukan menikah denganku?"

"Aku tidak akan bertahan sejauh ini jika tidak ingin menika denganmu, Mas, tapi aku ingin kamu tidak menyesali langkah yang kamu ambil dengan menikahiku,"

"Kesalahanku adalah menerima perjodohan sial4n ini, Del!! Aku tidak akan pernah menyesal menikah denganmu," tandasnya mengakhiri percakapan.

Bersambung

ตอนถัดไป