Suga menemukan teropong di sana dan mengambilnya, lalu membuka pintu balkon apartemen itu dan melihat ke bawah. Banyak sekali zombie yang masih sibuk menggigit dan memakan orang-orang membuatnya tampak memasang wajah jijik.
Sementara Luke menatap sekitar, dia menuju ke dapur dan melihat-lihat. Dia menemukan makanan yang sangat banyak di sana.
"(Sepertinya aku harus berpikir bahwa ini adalah sebuah kiamat dengan banyaknya virus terjadi, aku benar-benar tidak pernah berpikir ini akan sama seperti di film. Padahal film tidak pernah nyata, apalagi zombie di luar sana lebih mengerikan dari yang di film...)" dia berpikir serius.
"(Apa ini akan menjadi kisah bertahan hidup untukku? Jika dipikir-pikir.... Makanan sebanyak ini bisa membuatku tidak kelaparan selama beberapa minggu jika aku menghematnya.... Tapi jika tinggal bersama lelaki itu, apa yang akan terjadi dengan makanan itu....)" dia kembali berpikir lalu keluar dari dapur.
Kebetulan melihat Suga yang menatap kasur di sana dengan dua mayat di sana, darah dan bercak mengotori dan bisa membuat bau menyengat. Dia lalu melipat selimut itu sehingga menutupi dua mayat itu. Dia melipat hingga mayat itu terkatung selimut itu.
Lalu dia kebetulan menoleh ke Luke. "Dari pada diam, bantu aku membuang mereka," kata Suga.
Luke terdiam sebentar lalu dia berjalan mendekat. Mereka mengangkat ujung selimut dan menyeretnya ke balkon. Lalu menjatuhkan selimut berisi dua mayat itu.
Lalu Suga kembali ke kasur, dia menatap kasur itu yang masih ada bercak darah membuatnya berpikir memegang dagunya.
"Apa yang sedang kau pikirkan.... Apa kau pikir kita akan tinggal menetap di sini?" Luke menatap.
Lalu Suga terdiam sebentar dan ingat sesuatu. "Sepertinya tidak bisa... Aku harus ke gedung kekuasaan milik bosku, aku harus ke sana bagaimanapun juga," kata Suga.
". . . Terserah kau kalau begitu.... Nikmati saja trip-mu," Luke tampak tak peduli.
"Kalau begitu, kemarikan pistolmu, biarkan aku membawanya," Suga mengulurkan tangan.
"Idih, ya jangan, ini buat perlindungan diriku, aku pakai apa nantinya," Luke menolak memberikannya membuat Suga tampak kesal.
"Baiklah, terserah," dia berjalan mencari sesuatu, mengotak-atik rak di sana dan ketika membuka sebuah rak yang menempel di dinding, dia menemukan belati hitam sepasang, ada dua di sana.
"Woh, senjata yang bagus," dia mengambilnya dengan kedua tangannya.
Luke yang melihat itu menjadi terkejut. "Ba... Bagaimana bisa?!" Dia tak percaya Suga mendapat senjata yang unik.
"Baiklah, aku akan pergi, apa kau yakin tak mau ikut denganku?" Suga menatap.
"Tidak, di luar sana sangat bahaya.... Aku mungkin harus bertahan hidup di sini saja...." balas Luke.
"Ck, terserah...." Suga tampak tak peduli. Lalu dia menyingkirkan lemari pengganjal pintu dan akan keluar, tapi sebelumnya, dia menatap Luke. "Sebelumnya, aku Suga," tatapnya memperkenalkan namanya.
"Aku tahu itu... Sampai jumpa dan hati-hati... Kau cukup pemberani lebih dari aku yang bahkan polisi," kata Luke.
"Aku bukan warga sipil, aku pengawal pribadi," balasnya lalu berjalan pergi membuat Luke terdiam.
Suga berlari di lorong apartemen hingga ia berhasil keluar. Di sana sudah dihadapkan banyak zombie yang langsung menatapnya.
Suga hanya menatap serius, dengan cepat dia berlari melewati mereka dengan lincah dan tanpa takut. "(Mereka masih virus awal... Pastinya tidak akan bisa dikatakan lebih kuat dari manusia yang masih waras....)" pikirnya dan terus berlari.
Sementara Luke melihatnya dari balkon dengan teropong membuatnya melihat Suga berlari dengan dikejar banyak zombie.
Dia lalu menurunkan teropongnya. "(Sulit dipercaya, dia benar-benar punya keberanian tinggi....)" pikirnya dengan menggeleng.
---
Suga menoleh ke sekitar dan berlari ke lorong. Dia bersembunyi di sana dengan bernapas cepat. "(Jarak perusahaan sudah hampir dekat, aku harus sampai sana, tapi sebelumnya aku tak boleh menarik perhatian mereka....)" ia menoleh ke sekitar tempatnya, ketika sudah aman dan sepi, dia mulai berlari lagi hingga di seberang jalan adalah perusahaan Tuan Rudi.
Tapi di saat itu juga, dia melihat mobil hitam mewah dan di dalam ada Tuan Rudi yang berjalan pergi dari sana, sepertinya dia pulang menemui istrinya dan pastinya Kachi ada di dalam.
Suga tak bisa basa-basi, dia lebih memilih masuk dari parkiran gedung. Tapi siapa sangka, di sana ada zombie yang beberapa akan menyerangnya dan dari mereka bisa berlari mengejarnya.
"Sial...." dia kesal dan terus berlari hingga menemukan ruangan kaca, ruangan kaca itu adalah pintu masuk ke lift yang ada di dalam. Dia langsung membuka pintu itu yang rupanya pintu kaca geser, lalu menutupnya.
Dia bernapas cepat sambil menatap sekitar. Dia tampak waspada karena di luar tak ada apa-apa, apalagi zombie yang mengejarnya tadi, tak terlihat di sana.
Dia lalu bisa menghela napas lega. Namun tiba-tiba ada orang yang menabrakkan dirinya di kaca tepat di depannya itu membuatnya benar-benar terkejut.
"Tolong aku!!!!" dia menempelkan tangan yang penuh darah itu, tak hanya tangan tapi juga wajah dan seluruh tubuhnya membuat Suga ragu. Dia akan membuka pintunya untuk menolongnya tapi siapa sangka, ada zombie yang menyerang orang itu dan langsung menyerangnya hilang dari pandangan Suga membuat Suga terkejut.
Dia lebih memilih tidak membuka pintu itu dan berjalan ke lift. Ketika lift terbuka, siapa sangka, ada wanita karyawan yang kejang-kejang di sana dengan darah terus muncul dari mulutnya.
Hingga dia menggila dan menyerang Suga yang segera mengeluarkan pisau belatinya menyerang wanita itu dengan menusuknya di bagian kepala membuat wanita itu terdiam dan jatuh mati begitu saja.
"(Itu hampir saja....)" Suga tampak bernapas cepat, dia lalu masuk ke lift dan menekan lantai 1 tempat di mana Kachi berada, dia tahu karena sudah terbiasa tahu Kachi ada di sana.
"(Aku harap rekan kerja ku yang satu itu masih ada...)" dia berpikir sangat khawatir.
Hingga pintu lift terbuka, di sana ruangan lantai satu, benar-benar sungguh berantakan dan ada suara teriakan tiba-tiba membuatnya menoleh ke sekitar mencari teriakan itu hingga rupanya itu dari Kachi yang menahan satu zombie pria yang mencoba untuk menyerang dan menggigitnya.
"Kachi!!!" dia langsung mendekat dan mendadak menusuk kepala zombie itu dari belakang membuat zombie itu terjatuh begitu saja.
"Su.... Suga!! Suga!!" Kachi langsung bangun berdiri dan memeluknya ketakutan.
"Aku di sini, jangan khawatir..... Syukurlah kau baik-baik saja...." Suga juga memeluknya erat. Mereka sama-sama gemetar.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada dunia ini.... Aku benar-benar ketakutan...." tatap Kachi dengan masih ketakutan.
"Entahlah, ini benar benar sangat membingungkan, aku hanya melihat mereka menggila, berlari, menyerang seperti makhluk buas yang berbahaya..."
"Itu mengerikan.... (Bagaimana ini??! Apakah itu memang benar?! Apa penyebab semua ini?!)" Kachi tambah ketakutan mendengar hal itu.
"Sepertinya kita harus menyegel lantai satu ini dulu, apa ada orang lain?" Suga menatap.
"Tidak ada, mereka sudah mati dan sebagian lagi keluar, Tuan Rudi juga sudah pergi meninggalkan kita...." balas Kachi.
Lalu Suga menoleh ke sekitar dan berjalan menyegel seluruh lantai dua dan seterusnya. Dia juga menutup akses lift dan yang lainnya, semua itu dibantu oleh Kachi. Mereka bekerja sama dan memutuskan untuk tinggal di sana.
"Bagus, itu sudah cukup, sekarang kita harus mencari persediaan makanan," kata Suga.
"Di dapur karyawan, ada barang-barang dan di gudang juga akan ada makanan yang cukup untuk beberapa minggu," kata Kachi.
Suga menjadi terdiam, dia lega itu semua tercukupi tapi tempat itu sekarang benar-benar gelap karena semuanya tertutup.
"(Aku harus berpikir bagaimana caranya agar kita bisa bertahan hidup jika ada makhluk itu tak sengaja masuk,)" dia berpikir sangat keras dan serius.
Tapi mendadak mendengar suara Kachi menangis membuatnya menoleh dan terkejut. "Kachi, ada apa?!" dia memegang kedua pipi Kachi menatap tak percaya.
"Adik ku.... Adik ku.... Dimana..... Dia pasti sedang ketakutan sendirian..... Tak ada orang yang membantunya.... Bagaimana ini..." dia mendadak memang teringat pada Uminoke.
Dan Suga pastinya tahu kondisi yang seperti itu. Lalu dia menghela napas panjang, dia kembali memeluk Kachi membuat Kachi terdiam kaku tak percaya.
"Aku yakin, dia baik-baik saja, dia bisa menjaga dirinya sendiri ataupun seseorang akan membantunya, jadi jangan khawatir.... Ketika kita sudah merasa aman dan terbiasa, kita bisa mencari adikmu," kata Suga.
Lalu Kachi mengangkat tangannya dan memeluknya juga. "Terima kasih...."
Mereka kemudian mulai mencari barang-barang di lantai satu itu. Hingga ketika sudah selesai, Suga mencoba berpikir untuk menambah lantai, paling tidak, lantai aman pasti ada di lantai dua karena lantai satu ada pintu masuk dari luar, bisa saja ada zombie masuk melalui pintu lantai satu.
"Aku akan ke lantai dua untuk mencari tempat," kata Suga.
"Aku akan ikut denganmu," Kachi menatap.
Suga terdiam mendengar itu, lalu dia menghela napas panjang dan mengulurkan tangan membuat Kachi terdiam menatap itu.
"Peganglah, tetap bersama ku, karena di sini, hanya ada kau dan aku yang selamat," kata Suga, lalu Kachi menerima uluran tangannya.
Kemudian mereka mulai berjalan menaiki tangga di sana.
Kachi tampak ketakutan, dia bahkan memegang erat genggaman Suga yang berjalan ke depan.
Hingga sampai di lantai dua, ada zombie yang berjalan membelakangi mereka membuat mereka terdiam kaku. Suga menoleh ke Kachi dengan mengisyaratkan untuk tetap diam.
Kachi mengangguk dengan cepat lalu dia mengeluarkan belatinya dan melepas genggaman Suga untuk Kachi menunggunya. Suga berjalan perlahan mendekati zombie itu dengan belati yang ia pegang bersiap untuk menyerang, mencoba untuk tidak memunculkan suara hingga zombie itu kebetulan menoleh dan Suga langsung menyerangnya.
Tak lama kemudian, mereka berdua terlihat menatap api unggun di lantai dua, di lantai bawah duduk saling menghadap.
Suga berdiri mengambil sesuatu dan mendekat ke Kachi, dia menyelimuti Kachi dengan selimut yang ia temukan membuat Kachi nyaman.
"Asisten pribadi memang harus bisa bertarung ya," Kachi menatap.
Suga terdiam dan menghela napas panjang. "Kedepannya, kita akan begini terus menerus."
[End Suga Flashback]