webnovel

Pemikiran Pamela Tentang Dark

Beberapa hari kemudian Ratu Marigold mengeluarkan Pamela dari dalam penjara sihirnya.

Namun Pamela harus tinggal di istana Lacuna Dark. Dan dia juga tidak boleh pergi ke kerajaan Violet mulai saat ini.

Dan semua gerak Pamela benar-benar sangat dibatasi. Semua berdasarakan peraturan yang dibuat oleh Ratu Marigold.

Kalau sampai Pamela tidak mau menuruti perintah wanita itu,   makan Ratu Vivian akan dibunuh.

Di sini Pamela dituntut untuk selalu mendampingi Drak dan menjadi istri yang baik bagi Drak.

Ratu Marigold melakukan ini semua tentunya karena ia mengharapkan cucu yang akan lahir dari rahim Pamela. Dan sampai detik ini pun Ratu Marigold masih mengira jika Pamela adalah Ximena.

Sebelum Pamela keluar dari penjara sihir itu, dia  sempat berbisik kepada ibunya. Bahwa dia akan segera mengeluarkan Ratu Vivian dengan cara apapun.

Perlahan, Pamela berjalan di dampingi oleh Drak. Dan sesaat dia melirik ke belakang dengan raut wajah yang prihatin.

Tentu saja dia tidak tega melihat sang Ibu masih berada dalam penjara itu.

"Sudah, ayo ... nanti Ibuku keburu marah," bisik Drak.

Dan Pamela pun mengikuti permintaan  Drak walau dengan setengah hati.

Lalu mereka masuk ke dalam kamar.

Baru membuka pintu kamarnya saja, Pamela sudah dikepung dengan perasaan tidak nyaman.

Keadaan kamar di Lacuna Dark dengan kamarnya di Kerajaan Violet sangatlah berbeda.

Di sana selalu ada aroma bunga lavender yang menenangkan, dan kamar selalu rapi dengan nuansa yang cerah penuh bunga.

Sedang di sini tidak ada aroma, dan kamar di dominasi dengan warna hitam penuh kegelapan. Bahkan baru menginjak lantainya saja, Pamela merasa bulu kuduknya yang langsung merinding.

'Ini kamar atau kuburan, sih?' batin Pamela.

Dan Dark pun menuntun tangan Pamela lalu menggiring Pamela agar mau masuk lebih dalam lagi.

"Dark, kau yakin ini kamar kita?" tanya Pamela pada Dark.

"Tentu saja,"  jawab Dark, "memangnya kenapa?" tanya Drak.

Pamela mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Bibirnya cembetut, dengan kedua alis yang mengernyit.

"Kamarnya sangat ...."

"Sangat apa?" tanya Drak. "Kau tidak menyukainya, ya?"

Pamela pun menggelengkan kepalanay dengan cepat. Karena dia tidak mau Drak akan tersinggung dengan ucapannya.

"Bukan tidak menyukainya. Tapi aku ini seorang wanita, Drak. Dan aku sangat menyukai keindahan, jadi kalau harus tinggal di tempat seperti ini ... sudah pasti aku kaget." Jelas Pamela.

"Ah, begitu, ya. Pantas saja kamarmu di istana Violet hampir mirip taman bunga. Jadi ini alasannya!" ujar Drak, "semua karena kau menyukai keindahan?"

"Ya, begitu lah. Lagi pula semua kamar istana itu, selalu dipenuhi bunga-bunga cantik sebagai hiasannya. Karena negri kami memang memiki jutaan spesies bunga, 'kan?" ucap Pamela.

"Ah, baiklah aku tahu!" Drak pun menarik  tangan Pamela, dan membiarkan agar gadis itu duduk di atas kasur.

"Untuk sementara waktu kau harus menerima keadaan ini, besok aku akan menyuruh para pelayan istana untuk merpikannya kamar yang sesuai kemauanmu," ujar Drak. Dan Pamela pun hanya bisa diam pasrah.

Namun dia masih bersyukur, setidaknya Drak bersikap baik terhadapnya.

"Yasudah, aku tidur dulu, ya. Aku lelah," kata Pamela. Meski kamar ini terasa tidak nyaman, namun Pamela ingin mendapatkan ketenangan walau sejenak. Dan setidaknya dia bisa memejamkan  mata dan mengistirahatkan otaknya. Sehinga ketika dia bangun nanti, maka Pamela akan mendapatkan ide yang bagus untuk mengeluarkan  Ratu Vivian.

Pamela yakin, jika ide bagus akan muncul pada otak yang sedang berpikir tanpa beban berat. Oleh karena itu dia ingin kepalanya tidak setres untuk beberapa saat.

"Baiklah," sahut Drak.

Dan Pamela pun merebahkan tubuhnya membelakangi Drak.

Sejujurnya Drak sangat kesal melihat Pamela membelakanginya. Karena  baginya hal ini, seperti penghinaan.

Namun untuk kali ini Drak tidak mau berdebat dengam  Pamela, karena dia tahu perasaan Pamela sedang tidak baik.

Semua  karena ulah ibunya.  Dan Drak tidak bisa berbuat apa-apa selain bersikap baik terhadap Pamela

Dan mengenai rasa pedulinya ini, Dark juga masih belum tahu. Apakah dia sedang jatuh cinta kepada Pamela, atau memang hanya sekedar kagum.

Karena dulu dia adalah pria acuh yang sama sekali tak memperdulikan orang lain.

Jangankan memiki niat untuk menghibur, melihat orang dalam kesusahan saja dia tidak peduli. Namun setelah berteny dengan bambu

***

Malam pun semakin larut, lalu Drak mulai mendengar isak tangis.

Perlahan Drak membuka matanya, dan dia menengok ke samping.

Dari sini terasa jelas, jika suara tangisan itu berasal dari Pamela.

'Aku pikir dia sedang tertidur, tapi kenapa dia malah menangis?" bicara Drak di dalam hati.

Lalu Drak berbalik kearah Pamela, dan dia pun seperti ragu-ragu untuk memeluk gadis itu.

'Kalau seandainya aku peluk dia dari belakang, apa dia akan merasa nyaman dan berhenti menangis?'

'Ah, sebaiknya jangan! Nanti yang ada dia kaget dan akan marah kepadaku!'

'Jujur aku takut jika Pamela akan berpikiran jika aku memiliki niat cabul terhadapnya!'

'Karena aku bukan pria seperti itu. Tapi kalau soal niat cabul?'

'Eh, padahalkan memang iya, hehe! Aku ingin sesuatu dari Pamela.'

'Lagi pula dia istriku. Eh, tapi dia lagi sedih?'

'Ah, sebaiknya aku peluk saja, tapi niatku kali ini niatku murni tulus untuk membuatnya nayman?' batin Drak.

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, akhinya Drak pun memeluk Pamela dari belakang.

Tentu saja hal itu membuat Pamela tersentak.

'Drak memeluku? Apa dia akan—'

"Pamela, aku tahu jika kamu sedang sedih. Makanya aku memelumu," tukas Drak.

Pamela seketika merasa sedikit tenang, setidaknya Drak tidak berbuat aneh-aneh kepadanya.

"Pamela, bagaimana?" tanya Drak.

"Bagaimana apanya?" sahut Pamela.

"Bagaimana, apa kau sudah merasa nyaman saat kupeluk?" tanya Drak.

"Emm ...." Pamela terdiam sesaat, dalam hatinya berkata, 'aku malah deg-degan,'

"Hei, kenapa kau diam saja?" tanya Drak pada Pamela.

"Me-mangnya harus dijawab, ya." tanya balik Pamela.

"Ya, tantu saja!" jawab Drak dengan nada tinggi, bahkan secara reflek dia sampai berdiri, saking semangatnya.

"Ke-ke-na-pa, begitu?" tanya Pamela seraya menatap Drak keheranan.

"Apa hubungannya pelukanmu dengan kenyamannanku?" tanya Pamela lagi.

"Pamela, kenapa bertanya begitu?" Drak. Pun juga kembali menghampiri Pamela. "Bukankah kau sendiri yang bilang kalau kau menyukaiku?"

"Setahuku orang akan merasa bahagia, bila dipeluk atau disentuh oleh orang yang ia cintai." Pungkas Drak.

Pamela menundukkan kepalanya. Dia sendiri juga bingung kenapa bisa merasa risih saat dipeluk Drak. Padahal dia, 'kan sangat menyukai Drak.

Kemudian Pamela pun teringat dengan mimpi pada malam itu, malam di mana dia dan Drak sedang bermesraan.

Saat itu Pamela merasa begitu nyaman. Dan dari ingatan tentang mimpi itu Pamela mulai berpikir, jika dia bisa merasa nyaman dengan Drak. Apa bila tidak membayangkan siap Drak, dan bagaimana latar belakang Drak.

Bersambung ....

ตอนถัดไป