webnovel

POSSESSIVE - Kumpulan Geng Mobil

Setelah melewati panjangnya jalanan, sekarang Retta dan juga Rey sudah sampai di tempat yang dimaksud. Sudah banyak orang yang ada di tempat ini dan mulai memenuhi area.

Rey dengan santai melajukan mobilnya menuju ke tempat yang ingin dia gunakan sebagai tempat parkir mobilnya, tapi Retta cukup merasa bingung dengan Rey yang sekarang malah melajukan mobilnya memecah kerumunan.

Ngapain jauh-jauh coba? Kenapa gak di sini aja parkirnya?

Mengetahui kalau Rey yang belum memarkirkan mobilnya, membuat Retta tanda tanya, tapi Retta sama sekali tidak ingin mempertanyakan hal ini pada Rey. Biarkan saja di mana Rey ingin menyimpan mobilnya.

Dengan santai dan juga apik, Rey memarkirkan mobilnya di samping beberapa mobil yang sudah berjejer rapi. Rey melangkahkan kaki keluar bersama dengan Retta.

Retta melirik ke arah di mana Rey berada, memperhatikan Rey sejenak dengan tatapan yang tanda tanya. Dirinya sampai saat ini masih belum mengerti kenapa pacarnya mengajak dirinya ke tempat seperti ini.

"Wait, ini kumpulan geng mobil?" tanya Retta setelah memperhatikan kalau semua kendaraan yang ada di sini hanya mobil. Retta juga memperhatikan banyak yang menggunakan jaket dengan logo geng masing-masing.

Dengan begitu santai Rey menganggukkan kepalanya. "Gue sengaja ngajak lo," ujar Rey dengan begitu enteng.

"Emang gak papa gitu?" Retta malah seperti orang yang kebingungan dengan hal ini.

Seseorang yang menggunakan jaket dengan logo geng motor yang terlihat jelas di bagian dadanya melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Rey berada, menyalami Rey dengan begitu santai.

"Ini siapa Rey? Cewek lo?" tanya orang itu dengan begitu enteng.

Rey menganggukkan kepalanya santai. "Ya, dia pacar gue."

Orang itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudian mengangkat kedua tangannya. "Gue gak berani ganggu kalau dia cewek lo, gak jadi deh gue ngedeketin dia."

Kening Retta mengernyit mendengar hal itu, terlebih banyak orang yang menganggukkan kepalanya dengan begitu sopan saat menyapa Rey. Pikiran Retta sekarang tengah bekerja.

Dari banyak orang yang menghampiri dia atau melihat dia, kenapa dia begitu dihormati ya?

"Kenalin, nama gue Erlan." Cowok itu mengulurkan tangannya ke arah Retta sambil mengukirkan senyumannya.

Dengan santai Retta bersalaman dengan orang itu. "Retta."

"Gak usah lama-lama salamannya." Rey berucap menggunakan nada yang begitu datar sampai akhirnya mereka dengan refleks menarik tangan masing-masing.

Bener-bener posesif ya nih orang?

Orang itu tersenyum kecil melihat ekspresi datar yang sekarang tengah Rey pasang, dia tahu apa alasan yang membuat Rey seperti ini. "Keep calm Rey, kalau dia cewek lo—gue gak akan ganggu."

"Gue mau ke dalam."

Erlan menganggukkan kepalanya santai. "Silakan, gue mau nyamperin anak-anak yang lain."

Tidak berucap apa pun lagi, Rey melangkahkan kaki sambil menggandeng tangan Retta santai. Gandengannya tidak begitu erat, mereka hanya bergandeng biasa agar jarak mereka tidak berjauhan.

Retta terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memperhatikan banyak orang yang dia temui dan juga bagaimana sikap orang itu pada Rey.

Kenapa gue makin curiga ya?

"Kalau ada yang ingin ditanyakan, bilang."

Kalimat yang baru saja Rey ucapkan membuat Retta langsung melirik ke arah di mana pacarnya berada, dia merasa begitu kaget saat pacarnya menanyakan hal ini.

Kenapa dia bisa tahu kalau gue ingin menanyakan sesuatu?

Rey mengukirkan senyumannya saat melihat ekspresi Retta yang terlihat seperti orang yang kebingungan mendengar pertanyaan yang baru saja dia keluarkan.

"Mau tanya apa, hm?" Kalimat tanya yang baru saja Rey ucapkan keluar dengan begitu lembut, bahkan dengan tatapan yang begitu dalam.

Cara Rey menatap Retta begitu berbeda dengan tatapan orang umum saat menatap seseorang. Cara Rey menatap Retta begitu dalam, seperti disertai dengan sebuah perasaan yang begitu tulus.

"Kenapa dari sekian banyak orang yang kita temui, cara mereka mandang kamu kayak ... eh—h kayak ngehormatin banget gitu. Nah, itu kenapa?" Retta bertanya sesuai dengan apa yang semula dia pikirkan.

Tanpa sadar kata 'kamu' keluar dengan sendirinya dari mulut Retta.

Melihat ekspresi Retta yang begitu bertanya-tanya akan hal ini, Rey akhirnya mengacak-acak pelan rambut Retta. "Nanti tahu sendiri," ujar Rey tanpa memberikan sebuah penjelasan akan siapa dirinya di sini.

Jadi, apa alasan yang membuat mereka bisa begitu menyambut kedatangan Rey dan menghormatinya?

Next chapter