webnovel

Tak ada yang memperdulikannya

Mereka semua terlihat sedang meributkan sesuatu. Setiap orang terlihat tidak memiliki ekspresi senang di wajahnya.

" Kau gila ya?! Dia tetap saja putra dari patriarc! Kalau kita membunuh dia, kita sama saja mengabaikan patriarc! Bukankah begitu, patriak?!"

Ketika semua orang sedang ribut, ada satu orang yang hanya diam saja. Dia adalah kepala keluarga Li , Li Yuzong. Dia juga ayah dari Li Yuwen. Dengan ekspresi dingin diwajahnya, dia hanya duduk dengan tenang.

".... Ini kesalahan ku. Tak ku sangka, perjanjian pertunangan dengan sekte itu malah akan berakhir seperti ini... Ku pikir waktu itu akan sangat bagus kalau mempunyai hubungan dengan sekte itu, tapi... Bocah itu malah dikutuk oleh surga..."

" Bagaimana kalau kita gantikan saja dengan putra anda yang kedua? Dia sangat berbakat dan akan sangat cocok dengan gadis itu!"

"...tidak. yuheng'er sudah punya tunangan. Kalau kita menjodohkannya lagi, kita malah akan menyinggung keluarga itu..."

" Jadi... Apa yang harus kita lakukan...??"

Semua orang berpikir keras untuk upaya menangani masalah yang di hadapinya itu. Mereka kehabisan akal, karena semua solusi yang di sarankan menjadi buntu.

" .... Ini memang salah ku. Jadi, kalian tidak perlu khawatir. Tenang saja, aku sudah memikirkan masalah ini sejak dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi."

Mendengar perkataan itu, mereka yang memiliki wajah kusam, sekarang menjadi lebih berekspresi cerah. Mereka akhirnya menemukan cahaya harapan. Tapi meskipun begitu, mereka penasaran dengan apa yang akan di lakukan Li Yuzong.

" Memangnya apa yang akan kita lakukan, patriarc..?"

" .... Kalian cukup buat sebuah makam palsu dari Yuwen. Dan sebarkan rumor tentang dirinya mati karena terlalu banyak memakan Pill penyembuhan. Buatlah orang lain untuk berpikir kalau dia, mencoba untuk menyembuhkan penyakitnya.... Jangan banyak tanya, dan turuti perintah ku ini."

Para tetua itu sedikit bingung dengan apa yang ingin dilakukan oleh Yuzong. Tapi meskipun begitu, karena itu adalah perintahnya mereka langsung menurutinya.

***

Langit sudah mulai gelap dan Li Yuwen masih terbaring di tempat yang sama.

Setelah beberapa saat, dia akhirnya tersadar kembali. Saat tersadar, dia masih merasa rasa sakit di wajahnya.

Lalu dia mencoba untuk duduk. Dia sesekali melihat sekelilingnya. Dia melihat kalau dirinya masih berada di posisi yang sama dan tempat yang sama.

Itu benar-benar membuatnya bingung. Kenapa tidak ada orang yang mencoba untuk memindahkannya. Setidaknya dia berpikir kalau dia akan dipindahkan ke rumahnya. Tapi nyatanya tidak ada seorang pun yang menyentuh dirinya.

Meskipun semua orang menjauhinya, tapi bukankah perlakuan yang didapatkannya itu terlalu berlebihan? Tapi yah, Li Yuwen sudah tidak aneh dengan itu. Bagaimanapun juga, dia memang tidak akan pernah di dekati oleh seseorang.

Nasib sebagai aib keluarga memang membuat semua orang enggan mendekatinya.

Tapi meskipun begitu, Li Yuwen tidak merasa sedih. Dia tak mau repot memikirkannya. Seperti biasa, dia tak menunjukkan ekspresi apapun.

Tak mau hanya diam saja di sana, Li Yuwen mulai berdiri dan membersihkan beberapa debu yang menempel di bajunya. Setelah itu, dia mulai berjalan untuk kembali ke rumahnya.

Li Yuwen melangkahkan kakinya dijalan yang sama yang selalu di lewatinya. Itu adalah sebuah jalan di belakang kediaman keluarga Li.

Ketika dia sedang berjalan, dia mendengar suatu keributan di halaman depan kediaman keluarga Li.

Telinganya sedikit bergerak, karena dia mendengar sesuatu yang sangat ramai. Dia berpikir sejenak tentang itu dan menebak-nebak untuk apa yang terjadi di sana.

Dia mengingatnya, kalau tidak jauh di halaman depan kediaman keluarga Li adalah sebuah jalanan yang selalu ramai di lewati orang. Jadi, dia berpikir kalau itu sangat normal walaupun suara keramaian itu terlalu dekat dan lebih bising dari biasanya.

Li Yuwen tak mau memikirkannya, dia melanjutkan langkahnya untuk ke rumahnya.

Setelah beberapa saat, dia sudah berada di dalam rumahnya. Di sana, dia hanya hidup sendirian. Walaupun rumahnya sedikit besar, tetapi tidak ada siapapun selain dirinya.

Li Yuwen mengambil air untuk membersihkan dirinya. Dia berpikir untuk istirahat walaupun tadi baru saja bangun dari pingsannya.

Setelah membersihkan dirinya, seperti biasa dia akan selalu menuju jendela untuk melihat pemandangan malam hari. Karena rumahnya berada di bukit serta kamarnya berada di lantai atas, dia bisa menikmati pemandangan malam yang indah.

Ya, begitulah yang biasanya terjadi. Tapi pemandangan kali ini malah membuatnya terdiam dan tak bisa berkata-kata.

Li Yuwen membuka jendelanya, dan dia melihat pemandangan kota yang dipenuhi oleh cahaya di setiap rumahnya. Tapi pandangannya tiba-tiba tertuju ke arah halaman depan kediaman keluarga Li.

Dia sedikit terdiam ketika pandangannya melihat itu, bahkan mulutnya tidak sepenuhnya tertutup.

Apa yang dilihatnya di halaman itu adalah sebuah pesta yang meriah. Setiap orang di sana sangat menikmati pesta itu. Berbagai jenis Makanan dan minuman tersedia di setiap meja yang ada. Dari berbagai kalangan umur anggota keluarga Li mereka semua terlihat sangat senang dengan itu dan sangat menikmati pestanya. Setiap wajah dari orang-orang di sana menunjukkan ekspresi bahagia yang luar biasa.

Melihat itu, Li Yuwen sangat kebingungan. Dia tidak pernah tau ada sebuah pesta terlebih dia juga tidak pernah di beritahu tentang adanya pesta.

Posisi Li Yuwen dengan halaman itu tidak terlalu jauh, jadi dia bisa melihat dengan jelas setiap wajah dari orang di sana. Kemudian pandangannya tiba-tiba berhenti di salah satu meja di sana.

Next chapter