Sayangnya, Jovan salah memilih. Julian justru semakin bersemangat jika targetnya mencoba untuk melawan.
"Kau yang tak tahu malu! Memanggil nama seorang wanita secara langsung bahkan tanpa meminta izinnya, dan memintanya menjadi tunanganmu bahkan di saat kau juga punya tunangan. Sungguh tak punya otak," kekeh Julian merendahkan.
Jovan meneguk ludahnya. Sampai kini pun Julian benar-benar tak bisa dilawan bahkan meski hanya melalui mulut, belum dengan kemampuan bertarungnya.
'Kenapa aku selemah ini di hadapan Julian? Padahal jika tidak ada Julian, aku kuat.' Jovan berpikir agak percaya diri. Ia lupa bahwa sebenarnya tanpa orang tuanya, Jovan tidak punya apa-apa. Jabatan sebagai komandan Kesatria keamanan istana ia peroleh melalui koneksi dan permohonan Ayahnya.
Tak ada satu hal pun yang benar-benar Jovan miliki dengan usahanya sendiri.
"Lebih baik kau pergi sekarang juga sebelum ku tebas lehermu," ancam Julian.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com