webnovel

Tetap Bertahan

Ia melihat Asmodeus sedang berusaha merebut bola kristal milik Raja Akhirat di tubuh Alicia. "Aku akan menghalangi semua niat jelekmu itu!" ujar Rail.

"Elu lagi, Riel!" Asmodeus mengurungkan niatnya. Ia berdiri sambil memincingkan matanya, tanda ia tidak suka dengan kehadiran Riel. "Kenapa elu selalu saja mengganggu urusan gue, Riel?" katanya sedikit menggeram.

"Selama elu menginginkan bola kristal itu, gue akan menghalangi elu!"

Asmodeus memeluk pinggang Alicia, lalu menghilang dengan kekuatan sihirnya. "Rupanya dia ingin main-main denganku!" ujar Riel, ia pun mengejar Asmodeus.

Iblis itu muncul di depan rumah Alicia. "Orthus, kau tidak apa-apa?" tanya Asmodeus. Ia mengeluarkan sihir apinya, bola api cukup besar pun muncul dari telapak tangannya. Ia arahkan ke bola pelindung itu, seketika Orthus menjadi anjing kecil. Ia ketakutan saat Asmodeus menembakkan bola apinya ke arahnya.

Namun, tak semudah itu Asmodeus memecahkan bola pelindung milik Riel itu. Butuh berjam-jam dan membutuhkan banyak tenaga untuk memecahkannya. Asmodeus menengok ke belakang, Riel sudah berada di belakangnya. "Sial, ia berhasil mengejarku!" gerutunya. Ia kembali mengeluarkan bola api yang besar untuk menghancurkan bola pelindung itu dengan perasaan was-was, Riel sudah semakin dekat dengannya.

"Lepaskan dia, Asmodeus!" teriak Riel.

Admodeus tak mendengarkan, ia berkonsentrasi membebaskan Orthus. Bola api itu meluncur dengan sangat cepat, dan ...

Wuuush.

Prang.

Ia berhasil memecahkan bola pelindung yang sangat kuat itu. "Ayo Orthus, kita pergi dari sini!" Ajak Asmodeus. Sayapnya sudah melebar sangat besar. Sayap berwarna hitam seperti kalelawar itu pun mengepak, siap untuk terbang.

Riel bergegas mengeluarkan tongkat Screamnya. Dan melemparkan ke arah Asmodeus. Tongkat Riel itu berubah menjadi sangat kecil, lalu berputar-putar. Asmodeus menambah kecepatan kepakan sayapnya.

Breet.

Tongkat Scream Riel berhasil melukai sayap Asmodeus. Darah menetes cukup banyak dari luka sayat yang cukup lebar.

"Aaargh!" pekik Asmodeus, ia terjatuh ke tanah. Riel berlari dan mengepakkan sayapnya dan menangkap Alicia yang terjatuh.

"Sial!" teriak Asmodeus sangat marah. Ia melihat Riel berhasil mendapatkan Alicia kembali dari tangannya. "Brengsek! Ia selalu mengacaukan rencanaku lagi!" kata Asmodeus geram. Riel menyandarkan Alicia di dekat pohon besar di tepi jalan.

"Lebih baik elu pergi dari sini sekarang juga, Asmodeus!" perintah Riel.

Asmodeus mengerutkan dahinya, menatap tajam. "Pergi dari sini? Elu pikir akan semudah itu, Lucifer?" Riel memincingkan matanya, ia sangat tidak suka di panggil dengan sebutan Lucifer.

"Jangan panggil nama itu Asmodeus!"

"Apa peduli elu, hah? Bukankah itu nama elu sebenarnya?" sergah Asmodeus. "Gue sangat membenci nama malaikat elu itu. Dan elu tau, karena pengkhianatan elu, semua kemarahan Raja Mammon dilampiaskan pada gue!"

"..."

Tidak berkata apapun. Hanya sebuah kerutan dahi sebagai jawaban atas kekesalan Asmodeus.

"Jadi, buat apa elu membebaskan gue dari penjara itu, kalau elu sendiri lari sebagai iblis dan meninggalkan gue bersama bajingan itu!" beber Asmodeus mengutarakan kekesalannya itu pada Lucifer.

"Udah bicaranya?"

"Apa?" Asmodeus mengernyitkan dahinya.

"Gue, meminta Raja Mammon untuk mengangkat elu sebagai anak, agar elu bisa menjadi raja setelah Raja Mammon pensiun. Jadi, gak ada salahnya kan kalau gue kabur dari neraka, karena gue mau memberikan kesempatan buat elu menjadi Raja," bantahnya.

"A-apa?" Asmodeus tidak mengerti dengan jalan pikirannya. "Itu sama saja elu ingin menjebak gue dalam situasi yang sangat sulit. Padahal elu tau, Raja Mammon tidak pernah menyukai gue sama sekali, Lucifer!" ujar Asmodeus, tidak ada yang mau ia sembunyikan dari Riel.

"Tidak mungkin ..."

"Sudah cukup basa basinya, Lucifer! Malam ini aku akan menghabisi kamu dan merebut gadis itu!" ujar Asmodeus mengeluarkan tongkat trisula miliknya itu. Dan tanpa basa-basi ia mengayunkan tongkat trisulanya. Riel menghindar cepat, sayangnya, bagian pipi Riel tergores tongkat trisula Asmodeus.

Setetes darah keluar dari luka itu. Ia melihat darah itu di telapak tangannya. Asmodeus cukup senang bisa melukai Riel. Ia tersenyum dan mengayunkan kembali tongkat trisulanya. Merasa dirinya berada di atas angin dan menang melawan Riel sebab ia sudah berhasil melukai wajah Riel itu.

Asmodeus mengarahkan trisulanya ke Riel. Ia berharap Riel mati untuk selamanya agar tidak ada lagi pengganggu dirinya untuk mendapatkan bola kristal itu dari tubuh Alicia.

Traaang.

Tongkat Screamer milik Asmodeus mengayun kearah Riel. Ia benar-benar berniat untuk menghabisi Riel malam ini juga. Namun, Malaikat maut itu juga tidak ingin menyerah begitu saja untuk merebut kembali Alicia dari tangan Asmodeus.

Mereka berdua bertarung cukup sengit, tidak ada yang mau mengalah satu sama-lain. Sama-sama keras kepala dan saling memamerkan kekuatan. Tongkat mereka saling beradu, suaranya cukup nyaring terdengar. Mungkin saja, para warga akan merasa sangat terganggu dengan suara bising senjata mereka yang saling beradu keras.

Asmodeus terus menyerang secara membabi buta dengan tongkat trisulanya. Ia tidak ingin bermain-main lagi melawan Riel yang notabane-nya sangat hebat dan didik menjadi seorang Iblis yang kuat dan mempunyai sihir yang tak terkalahkan. Sedangkan Asmodeus, Raja Mammon tidak menyukai permintaan Asmodeus yang ingin seperti Riel. Ia hanya bisa belajar secara sembunyi-sembunyi mengikuti gerakan Riel saat para pengawal hebat kerajaan mengajarkannya dan juga Raja Mammon.

"Aku akan menghabisi kamu, Kak!" sumpahnya tak henti-hentinya menggerakan dan mengayunkan tongkat trisulanya itu hingga Riel terpojok. Sekali lagi Asmodeus mengayunkan tongkatnya, dan bisa saja itu yang terakhir untuk mengakhiri hidup Riel.

"Gawat!" Riel bergegas berguling sesuai dengan kecepatan tangan Asmodeus menggerakan tombak trisulanya. Riel berhasil menghindar walau lengan atasnya harus tergores sedikit oleh tongkat trisula Asmodeus. Luka goresan panjang itu membuat darah sedikit demi sedikit mengeluarkan darah dan rasa perih. Senjata Asmodeus berhasil membuat bajunya robek. "Aagh!" Ringis Riel kesakitan. Ia menekan luka itu agar darah segera berhenti dengan kekuatan sihir penyembuh miliknya.

Namun, "Sial! Luka ini tidak juga kunjung membaik," gerutu Riel. Lukanya justru menjadi lebih parah.

Asmodeus tertawa senang. "Tidak semudah itu elu menyembuhkan luka yang sudah ku beri racun dari neraka dengan kekuatan sihir elu itu, Lucifer!" kata Iblis itu, masih saja memanggil Riel dengan nama iblisnya.

"Racun neraka?"

"Ya, di hutan neraka tumbuh pohon yang sangat beracun untuk bisa melukai Malaikat seperti elu itu, Lucifer!" beber Asmodeus cukup senang membuat Riel kesakitan seperti saat ini.

Reaksi racun itu cukup cepat, tubuh Riel berkeringat sangat banyak. Tubuhnya sedikit mengejang dan bergemetaran. Kepalanya pun menjadi sangat pusing, pandangannya berbayang. Berkunang-kunang. "Gak ... aku harus kuat. Aku harus bisa membuat racun dalam tubuhku keluar dan bisa menyelamatkan gadis itu sesuai perintah Raja Akhirat!" pikir Riel mencoba bertahan. Ia berdiri dengan memegang pohon di sampingnya.

"Menyerah saja Lucifer, kau bisa cepat mati bila terus menahannya seperti itu," kata Asmodeus. Namun Riel tetap keras kepala dan terus bertahan dengan dua kakinya walau racun itu semakin menyiksa tubuhnya. "Ayolah Riel, buat apa kamu bersusah payah sepetti ini, sudahlah elu jangan terlalu memaksakan diri untuk menyelamatkan gadis yang tidak pernah kau kenal sebelumnya, Lucifer!"

"Gue gak akan menyerah sebelum Raja Akhirat benar-benar mencabut nyawa gue. Jadi, bersiaplah untuk menerima serangan gue ini, Asmodeus!!" kata Riel, ia lalu berlari sekencang mungkin disisa-sisa tenaganya.

****

Bersambung.

Next chapter