webnovel

Jiro Bergabung

Kieeekk! Kieeekk! Kieeekk!

Suara pekikan Kalueng saling bersahutan. Ada yang terbang di ketinggian tinggi, ada yang sedang dan ada yang rendah hanya di atas manusia berdiri. Semuanya sangat banyak seolah menutupi area pandang manusia ke langit.

Siapapun yang memandang pemandangan itu kini, dia pasti sangat merasa merinding. Darimana makhluk sebanyak itu? Mereka tahunya Kalueng itu hanya beberapa makhluk, di depan mereka kini ada ribuan makhluk.

Dari dalam hutan, ada sosok manusia yang memperhatikan hal itu. Bibirnya bergumam keras dan matanya menyipit, guratan keriput muncul di wajah bersihnya diantara matanya. Itu adalah Jiro. Apa yang dia cari, kini benar-benar muncul di depan matanya. Untuk inilah hidupnya mencari tahu soal bangsanya yang dimusnahkan. Bibirnya bergetar, dia harus segera mengetahui, siapa yang menghancurkan Klannya.

"Sarkus!" Tangannya mengepal dan luapan energi tak bisa lagi ditutupinya. Namun, dia menunggu waktu yang tepat, jumlah Kalueng yang muncul juga tidak bisa diduganya. Awalnya, ketika dia menyelidiki Kalueng selama lebih dari setahun, dia mengira jumlahnya hanya ratusan saja. Ternyata, inilah yang dilakukan Sarkus selama ini di tempat ini.

Kembali ke area para Kalueng yang semakin menggila, ada yang mengepakkan sayapnya beberapa kali dan ada yang memutar kepalanya. Gigi mereka terlihat tajam dan kotor, taringnya sangat panjang. Kieeekkk!

Mereka menciptakan suara yang sangat berisik.

"Kalian berdua mundurlah!" Samo yang merupakan anggota Aflif Rendana melihat Kaja dan Bagas, "Sebaiknya segera tinggalkan tempat ini, Ini bukan pertarungan untuk Kalian!"

Bagas sebenarnya ingin menjawab hal itu namun Kaja memberi isyarat padanya untuk tetap diam.

Dan, sedetik kemudian, para Kelueng itu seolah mendapat sinyal perintah. Semuanya menerjang, menghantam dan menyerang semua anggota Aflif yang berada disana. Kaja dan Bagas masih diam saja, Kakek Kamir hendak ikut maju bersama timnya. Namun, sebelum itu dia melihat ke Kaja.

"Jika Aku selamat, kita bisa meneruskan obrolan kita dan makan bersama."

Kamir tersenyum pada Kaja, Kaja pun mengiyakan hal itu, "Berhati-hatilah Kakek Kamir."

Kakek Kamir segera terbang ke medan perang.

Pertarungan besar ini menjadi pemandangan pertama kali bagi Kaja dan Bagas melihat pertempuran besar dengan banyaknya orang yang bertarung. Pertunjukkan ini juga menunjukkan kepada mereka bahwa pertempuran pasti menyisakan korban. Dan, perang besar itu mengerikan dalam pandangan mereka.

Seseorang pemuda mendekati Kaja dan Bagas. Bagas merasa sedikit kaget melihat pemuda itu, dia adalah Jiro yang bertemu tadi di rumah makan.

"Bukankah kalian sudah kuperingatkan untuk pergi?" Jiro tak menatap mereka, melainkan menatap pertarungan dahsyat di depan mereka.

"Kau ini! Lalu kenapa kau kesini?" Bagas masih saja tak terima kalau diremehkan orang lain.

Kaja dan Bagas menatap Jiro, Jiro seolah menatap para Kalueng dengan pandangan yang berbeda. Dia kini terlihat matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mungkin ada 2000 – 5000 Kalueng beterbangan menyerang para Aflif yang berjumlah sekitar 300 hingga 400 orang.

"Aku tak menyangka, jika Bajingan itu memiliki pasukan sebanyak ini," Ucapannya itu seolah ngelantur, Kaja dan Bagas pun mendengarkan Jiro, "Apa para Aflif itu bisa mengalahkan mereka? Ini semua salahku," Tatapan Jiro masih kosong menatap pertempuran itu.

"Jadi…, Kaulah orang yang menghabiskan uang untuk mengundang semua Aflif ini?" Kaja jadi teringat akan kata-kata Kakek Kamir bahwa ada maksud dari orang tertentu mengundang banyak Aflif untuk misi Kalueng.

Jiro tak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya mengepalkan tangannya dan melangkah ke medan perang, "Kalian pergilan! Ini bukan urusan kalian."

Bagas lagi-lagi marah selalu diremehkan, "Menyebalkan, Kalian semua terus meremehkan Kami. Apa kau pikir kami ini lemah dan hanya beban?"

Jiro menghentikan langkahnya, wajahnya menoleh kearah Bagas dan Kaja, "Ini hanya saran, Ini adalah pertarungan hidup dan mati. Jika kalian masih ingin hidup, sebaiknya pergilah!"

Jiro tak lagi menoleh, dia berjalan ke depan. Udara di sekitarnya meluap-luap, ada aliran energi menghiasi kakinya. Jiro mulai melayang terbang setengah meter, tangan kanannya nampak seperti aliran air yang melingkar-lingkar.

Jiro masuk ke pertempuran, tangan kanan dan kirinya bergerak, gulungan air seolah tangan yang panjang yang dapat meraih Kalueng dan mengikatnya dengan pusaran air dan menghempaskannya kesana dan kemari, dihantamkannya ke Kalueng yang lain yang tengah terbang. Ada yang dibantingnya dengan pusaran air itu ke tanah.

Beberapa Aflif melihat Jiro yang ikut masuk ke pertempuran. Mereka kagum pada kekuatan Jiro yang mampu mengendalikan kekuatan air dengan baik. Jiro pun menolong beberapa Aflif yang kewalahan karena dikeroyok Kalueng, dengan perbandingan itu pertarungan ini setidaknya satu orang melawan 5 hingga 10 Kalueng. Satu Kalueng berkisar kekuatan rank perak, sedangkan para Aflif ada pada rank emas dan perak.

Pertarungan ini tak imbang karena jumlah Kalueng sangat banyak, apalagi mereka makhluk yang tak memiliki rasa sakit dan pikiran, mereka dikendalikan.

Jiro berupaya masuk lebih dalam ke pertempuran, dia melihat di ujung sana. Sarkus yang nampak berdiri dengan tongkatnya, dia tersenyum dan memperhatikan pertarungan itu. Sarkus masih saja tersenyum. Jiro paham kenapa Sarkus tersenyum sinis, Sarkus sedang mengumpulkan semacam energi baik itu manusia maupun hewan, entah apa tujuannya, dia menyerap sisa-sisa energi lalu….

Jiro mencoba menelaah, apakah mungkin semua korban itu adalah untuk menghidupkan para Kalueng dan menciptakan pasukan besar? Itulah yang ada di benak Jiro saat ini. Dia harus dihentikan segera mungkin, Jiro juga punya urusan pada Sarkus yang dicarinya selama ini. Rahasia dibalik pembantaian keluarga dan Bangsanya.

Jiro berusaha mendekati Sarkus sekuat tenaga. Puluhan Kalueng menghadangnya dan menyerangnya. Pertarungan tak terelakkan lagi, Jiro mengerahkan segenap kemampuannya. Sesekali serangannya mengenai Kalueng, namun Kalueng yang lain menyergapnya. Jiro menangkisnya, tendangannya berputar di udara. Kelueng terkena tendangannya dan langsung terpental ke bawah. Boomm! Merangsek ke tanah dan jatuh diantara pertempuran para manusia dan Kalueng yang berada di bawah.

Jiro masih melayang di udara dan mulai kesulitan menghadapi Kalueng yang demikian banyak. Beberapa anggota Aflif juga ada yang bertarung di udara di antara Jiro, mereka kurang memperhatikan pertarungan yang lain karena masing-masing disibukkan dengan Kelueng yang jumlahnya benar-benar membuat mereka harus fokus menghindari serangan-serangan bertubi-tubi mereka.

Dua pasang Kelueng menyerang Jiro dari kanan dan kiri, Jiro berputar keatas, tangannya sigap dengan cepat membuat spear besar dari gumpalan air di udara dan menghantam kedua Kelueng itu. Dua Kalueng jatuh, satu lagi menyerang dari belakangnya, dari atas, dari bawah, empat lagi dari arah selatan. Jiro harus habis-habisan menggunakan kekuatannya. Jiro menggunakan barier air yang menggumpal-gumpal menyelimutinya. Serangan para Kelueng hanya mengenai dinding air yang menyelimuti Jiro.

Jiro bersiap lagi, dia meledakkan pusaran air yang menyelimutinya dan mendapatkan dua Kelueng dan menghantamnya dengan kedua tangannya yang diselimuti energi air yang menggulung-gulung.

Datang lagi, dua dari atasnya. Jiro salto di udara dan melemparkan panah air dengan cepat dari kedua tangannya, anak panah air itu menancap di dada dua Kelueng itu yang langsung terpental jauh ke belakang.

Jiro terus merangsek berusaha mendekati kearah Sarkus. Namun sangat sulit, Dia mulai kesulitan. Bahkan, Kalueng yang dihantamnya kembali menyerangnya. Semakin banyak yang mengeruminya, Jiro benar-benar kewalahan. Ada celah setelah menghantam dan menyingkirkan lima Kalueng, satu Kelueng berupaya menyerangnya dengan sayapnya yang tajam di ujungnya dan mendekati tubuh Jiro.

Blaaammm!!!

Jiro merasa sedikit silau, Kelueng yang akan menyerangnya barusan terpental jauh ke kiri. Seorang penyihir dengan tongkat pendeknya menolongnya dari bawah dengan menghantamkan energi api dan melindungi Jiro. Lelaki tua itu tersenyum kepada Jiro, Jiro pun mengucapkan terimakasih dengan mengangguk dan segera bertarung kembali dan lebih berhati-hati.

Lelaki tua itu adalah Kakek Kamir, dia merasa familiar dengan kekuatan Jiro, apakah Jiro dari bangsa yang telah musnah, Klan Arahan?

Pertarungan benar-benar mencekam, mungkin…, sudah ratusan Kelueng yang tumbang dan tak bisa bangkit lagi. Namun, di sisi para pendekar Aflif ada puluhan yang terluka dan diantaranya ada yang gugur. Beberapa penyembuh berupaya keras menggunakan sihirnya untuk segera menyembuhkan rekannya yang terluka, namun ada yang terlambat ketika ada yang sudah tak tertolong karena serangan fatal.

Ledakan dimana-mana, asap mengepul dan benturan energi benar-benar saling bertabrakan. Para Pendekar melindungi diri sekaligus berusaha menolong orang lain yang butuh pertolongan.

Pertarungan besar ini tentu saja akan dikenang oleh banyak orang di kemudian hari.

Next chapter