webnovel

Chapter 69

'Seorang pasifis baru saja menghinaku dan membuatku menundukkan kepalaku kepada seseorang yang jauh lebih lemah dariku!' Luffy menjerit di dalam kepalanya saat dia melompat dari kapal dan mendarat di salju.

Ketika Luffy mendarat, dia mendengar seseorang mendarat tepat di sampingnya dan menyebabkan dia menoleh untuk melihat siapa itu. Ketika dia melihat ke samping, dia melihat Sanji membawa Nami dengan menggendongnya di punggung.

"Tunggu sebentar," kata Luffy sebelum melepas mantelnya dan melemparkannya ke sekitar Nami. "Oke, ayo pergi," katanya ketika mereka mulai mengikuti pria itu sementara krunya yang lain, kecuali Zoro dan duo bounty hunter mengikuti di belakangnya.

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit melalui hutan yang tertutup salju, pria yang memimpin mereka melihat ke arah Luffy dan berbicara.

"Ada satu hal yang kurasa harus kuperingatkan padamu," katanya sambil menatap Luffy. "Satu-satunya dokter yang kita miliki di sini sebenarnya adalah seorang penyihir," katanya menyebabkan Luffy tersandung sedikit sebelum menatap pria itu dengan heran.

"Seorang penyihir?" Luffy bertanya. "Kau pasti bercanda, kukira Kerajaan Drum terkenal dengan para dokternya," katanya mengejutkan pria itu dan warga lokal yang mengikuti mereka.

"Dulu itu memang apa yang dikenal dari tempat ini, namun, sekarang tempat ini hanyalah sebuah pulau tanpa nama," katanya membingungkan Luffy.

"AHHH! BERUANG!" Usopp berteriak sambil menunjuk ke depan menyebabkan mereka semua mengalihkan perhatian mereka dari pria itu, beruang itu berjalan ke arah mereka dengan dua kaki sambil memegang tongkat.

"Seekor beruang hiking," kata pria ber jaket hijau itu dengan tenang. "Dia tidak berbahaya," katanya ketika mereka berjalan dan ber pas-pasan satu sama lain. "Jangan lupa membungkuk, itu adalah sopan santun di sini," katanya menyebabkan semua orang membungkuk sedikit, sementara beruang itu juga membalas membungkuk.

Mereka terus berjalan selama sepuluh menit sebelum kelompok itu akhirnya tiba di sebuah desa. "Ini adalah desa tempat kami tinggal. Namanya Bighorn," kata pria itu. Luffy dan kru melihat ke sekeliling desa kecil itu, dan tidak bisa tidak terkesan dengan keindahannya. Salju yang menutupi semuanya benar-benar menambah tampilan indah di mata orang-orang yang berasal dari tempat yang jarang di turuni salju.

"Tempat ini luar biasa," kata Usopp sambil mengagumi pemandangan. Luffy kemudian memperhatikan pria itu pergi ke sekelompok warga lokal yang bersamanya sebelumnya dan mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka. Saat itulah Luffy menyadari bahwa semua orang itu adalah penduduk biasa yang tinggal di desa ini.

"Rumahku ada di sini, kau bisa membawa gadis itu ke sana," kata pria itu kepada Luffy, yang menyebabkan Luffy mengangguk dan memberi tanda pada Sanji untuk mengikutinya. Ketika mereka berjalan ke rumah pria itu, orang-orang acak terus mendatanginya dan berterima kasih padanya atau berbicara dengannya seolah-olah dia adalah pemimpin mereka atau semacamnya.

"Kau bisa menggunakan ranjang di sana," katanya ketika mereka memasuki rumah. "Aku akan menghangatkan tempat ini," katanya, lalu dia berjalan ke perapian dan meletakkan perisai yang dia bawa di punggungnya. "Kurasa aku harus memperkenalkan diri. Namaku Dalton, aku kapten regu keamanan pulau ini," katanya menyebabkan Luffy mengangkat alisnya. "Tolong maafkan sambutan kasar kami sebelumnya," tambahnya.

"Tak usah dipikirkan," jawab Luffy saat dia berjalan di arah tempat tidur di mana Nami berbaring dan berbicara lagi. "Bisakah kau memberitahu kami lebih banyak tentang dokter atau penyihir ini atau apa pun dia," katanya ketika mengambil termometer dari mulutnya dan melihatnya. "Demamnya sekarang mencapai 107," kata Luffy menyebabkan mata Dalton melebar.

"Berapa lama dia mengalami ini?" Dalton bertanya dengan heran.

"Sudah beberapa hari dan akan semakin tinggi," jawab Vivi.

"Kami membutuhkan dokter, dokter apa pun tidak masalah. Di mana lokasi penyihirmu ini?" Sanji bertanya.

"Penyihir itu, kau lihat gunung-gunung di luar sana?" Dalton bertanya dengan ekspresi serius di wajahnya. "Gunung-gunung di luar sana dikenal sebagai Drum Rockies. Lihat baik-baik, apakah kalian melihat kastil di sana, di atas gunung yang tertinggi, yang di tengah?" Dalton bertanya menyebabkan Luffy melihat keluar jendela ke pegunungan. "Kastil itu telah kehilangan rajanya," tambah Dalton.

"Ya aku melihatnya," jawab Luffy sambil menatap kastil di gunung tertinggi. "Apa yang begitu penting tentang kastil itu?" Dia bertanya.

"Kastil itu adalah tempat tinggal satu-satunya dokter di pualu kami" kata Dalton. "Dr. Kureha, dia orang yang dipanggil penyihir di sini," tambahnya.

"Dari semua tempat kenapa dia harus hidup sampai di sana !?" Sanji menjerit / bertanya. "Kita harus memanggilnya ke sini sekarang, Nami membutuhkan bantuannya," katanya.

"Aku minta maaf, tapi tidak ada cara untuk menghubunginya," kata Dalton mengejutkan semua orang.

"Kau tidak mungkin serius," kata Luffy sambil bersandar di dinding. "Dokter macam apa dia," tambahnya.

"Keterampilannya sebagai dokter sebenarnya cukup mengesankan, namun, dia adalah seorang wanita tua yang eksentrik. Dia hampir 140 tahun seakrang," kata Dalton, menyebabkan semua mata mereka melebar.

"Jadi, apa yang terjadi ketika orang-orang di sini sakit dan terluka, bukankah dia akan membantu mereka?" Vivi bertanya sambil menatap Dalton.

"Dia turun dari gunung sesekali dan mencari pasien lalu mengobatinya. Sebelum dia pergi, dia akan mengambil apa pun yang dia inginkan dari rumah mereka sebagai pembayaran," kata Dalton menyebabkan Luffy tertawa.

"Kedengarannya seperti bajak laut," katanya pada dirinya sendiri.

"Dr. Kureha adalah satu-satunya dokter yang kita miliki, tetapi dia adalah seorang wanita yang akan aku hindari," Dalton menambahkan ketika dia melihat para kru dengan mata simpatik sebelum dia melanjutkan. "Yang bisa kita lakukan adalah menunggu sampai dia memutuskan untuk turun dari gunung," katanya.

"Itu tidak akan membantu," kata Sanji sambil menggigit rokoknya. "Nami semakin sakit setiap detik, kita tidak bisa menunggu selama itu," katanya dengan frustrasi. Luffy kemudian berhenti bersandar ke dinding dan berjalan menuju tempat tidur Nami. Ketika dia sampai di sana, dia mulai menusuk-nusuk pipinya dengan jari, mencoba membangunkannya.

"Hei Nami, bangun," katanya sambil menusuknya. "Nami, Waktunya bangun,"

"Luffy, apa yang kau lakukan!" Vivi, Sanji, dan Usopp menjerit. Saat itu Nami mulai bergerak dan matanya perlahan mulai terbuka.

"Dia sudah bangun," kata Luffy sebelum dia menatapnya dengan ekspresi serius di wajahnya. "Dengar, kita tidak bisa menunggu di sini untuk dokter turun dari gunung, sehingga kita harus mendaki gunung," kata Luffy menyebabkan mata semua anggota kru melebar.

"Apakah kau gila!?" Vivi menjerit. "Lihatlah, gunung itu terlalu tinggi dan terlalu curam untuk didaki siapa pun!" dia berteriak mencoba membuat Luffy mendengarkan penjelasannya. "Dan nami tidak bisa bertahan dalam kondisinya yang sekarang," tambahnya menyebabkan alis Luffy berkedut sedikit sebelum dia menarik napas dalam-dalam.

"Kau tahu tuan putri, kau terus meragukan kemampuanku dan itu benar-benar mulai membuatku terganggu," kata Luffy sambil memandang Vivi dari balik bahunya. "Ditambah lagi kita tidak bisa menunggu di sini lebih lama, akan membutuhkan waktu lebih, bila aku harus mencari navigator baru," kata Luffy dengan senyum sambil melihat ke arah Nami, menyebabkan dia tersenyum.

"Aku ... di ... tanganmu ... kapten," kata Nami ketika dia menjulurkan tangannya dari bawah selimut yang menyebabkan Luffy tersenyum sebelum dia menepukkan tangannya ke tangan Nami. Luffy kemudian kembali ke krunya dan berbicara dengan nada memerintah serta ekspresi serius di wajahnya.

"Oke, Sanji dan Nojiko ikut bersamaku," katanya menyebabkan mereka berdua menganggukkan kepala. "Kalian yang lain tetap berada di desa ini," katanya sebelum dia meraih mantelnya dan mengeluarkan sekantong kecil uang dan melemparkannya ke Usopp. "Dan carilah makanan untuk kalian makan," kata Luffy menyebabkan mereka semua mengangguk. Sanji kemudian berjalan ke arah Nami dan mengangkatnya, kemudian semua orang berjalan menuju ke luar. Ketika mereka semua di luar, Luffy melihat ke arah langit dan memanggil awan besar untuk turun dari langit. Semua orang di desa terkejut melihat awan turun dari langit dan dengan cepat bergegas ke arah rumah Dalton untuk melihat apa yang terjadi. Ketika awan turun, Luffy melompat dan memberi tanda pada Sanji untuk menyerahkan Nami kepadanya.

Sanji berjalan ke awan sambil menggendong Nami seperti pengantin dan menyerahkannya pada Luffy yang dengan hati-hati mengangkatnya dan membaringkannya di atas awan. Ketika dia membaringkannya di awan, tubuhnya mulai tenggelam di awan sedikit sebelum berhenti. Luffy kemudian mengkehendaki awannya untuk menutupi tubuh Nami sedikit dan hanya menyisakan kepalanya untuk tidak tertutupi, dengan begitu Nami tidak akan kedinginan.

"Oke, naiklah," kata Luffy pada Sanji dan Nojiko yang melompat ke awan dan duduk di kursi yang terbuat dari awan, yang dibuat Luffy. Luffy kemudian berjalan melewati bagian belakang awan dan berbalik menghadap ke depan dan hal berikutnya yang dilihat semua orang adalah bagian belakang awan itu mulai naik dan membentuk singgasana untuk Luffy duduk dan di belakang singgasananya ada Jolly rogernya. Terbuat dari cahaya biru listrik yang bersinar, sehingga bisa dilihat semua orang. Luffy kemudian duduk dan menoleh ke krunya yang tersisa di desa dan berbicara.

"Oke meskipun orang-orang ini tidak memberikan salam hangat di awal, aku tidak ingin kalian membuat masalah di sini," katanya dengan nada memerintah yang menyebabkan semua krunya menganggukkan kepala. "Dan jika seseorang datang ke sini dan mencoba menimbulkan masalah saat aku pergi, lindungi orang-orang ini dan bereskan ancaman itu," katanya menyebabkan mereka semua menganggukkan kepala sekali lagi, sementara penduduk desa terkejut melihat fakta bahwa Bajak Laut ini akan melindungi mereka jika mereka membutuhkannya.

'Dengan harapan pidato ini akan cukup untuk membantuku meyakinkan mereka untuk menjadikan pulau ini sebagai salah satu wilayahku,' pikir Luffy sambil memperhatikan reaksi para penduduk desa. Luffy kemudian berbalik ke Vivi dan berbicara dengan seringai di wajahnya.

"Lihat putri," kata Luffy, mendapatkan perhatiannya dan menyebabkan Dalton menatap Vivi dengan ekspresi terkejut ketika dia mendengar Luffy memanggil Vivi putri. "Aku bisa pergi ke gunung itu dengan mudah," katanya, menyebabkan Vivi terlihat sedikit malu. Luffy kemudian mengeluarkan ekpresi serius sebelum dia menatap lurus ke depan. Dia kemudian menaikkan kaki kirinya di atas kaki kanan dan sikunya di sandaran tangan sebelum merapatkan jari-jarinya di depan wajahnya. Dua detik kemudian awan itu mulai naik semakin tinggi dari tanah sampai sekitar 20 kaki di atas tanah dan melebihi tinggi semua rumah. Awan kemudian melesat maju ke arah Drum Rockies sekitar 60 kmph.

"Dia memiliki kekuatan buah iblis, bukan?" Dalton bertanya sambil melihat kru Luffy.

"Benar, dia memakan buah Goro-Goro no mi dan menjadi manusia petir," Usopp menjawab dengan bangga ketika dia berbicara tentang kaptennya. "Ngomong-ngomong, apakah ada tempat di sekitar sini untuk kami membeli makanan?" dia bertanya sambil memandang Dalton dan memegang tas uang yang diberikan Luffy padanya.

"Aku memiliki sebuah restoran di ujung jalan ini," seorang lelaki dari kerumunan berteriak menyebabkan semua orang melihat ke asal suara dan melihat seorang lelaki pendek yang terlihat berusia pertengahan 40-an mengenakan celemek melangkah keluar dari kerumunan dengan senyum di wajahnya. "Aku pembuat makanan terbaik di seluruh Bighorn!" katanya dengan bangga sementara semua orang di sekitar desa mengangguk setuju.

"Baiklah kalau begitu, tolong tunjukkan jalannya," kata Usopp sebelum dia kembali menatap Dalton. "Mau bergabung dengan kami?" katanya pada Dalton.

"Aku tidak ingin mengganggu," jawab Dalton menyebabkan Usopp melambaikan tangannya dengan acuh.

"Omong kosong, ayo ikut saja," kata Usopp sebelum dia mulai mengikuti pemilik restoran dengan kru lainnya dan Dalton di belakangnya.

ตอนถัดไป