webnovel

RG 5

Derasnya air yang mengucur dari shower tengah mengalir di sekujur tubuh mereka berdua.

Aliran air bersama dengan busa sabun susu itu terlihat tumpah dan meleleh di sekujur tubuh mereka berdua.

Dengan lembut Nizar menggosok dada kekasihnya yang bidang dan berbulu, menggosok lembut belut hitam berurat besarnya Dimas yang berdiri tegak, hingga ke sela-sela bokongnya Dimas yang kencang dan berbulu.

Sekarang giliran Dimas yang sedang menyabuni tubuh langsing kekasinya.

"Dek, bikin enak dan anak ya?"

Pinta Dimas sambil menggosok lembut punggung kekasinya dengan sabun susu menggunakan jari jemarinya.

"Enggak ah, aku lagi gak kepengen bikin enak dan anak. Lagian kamu kan belum tes VCT sayang." Ucap Nizar.

"Yah Dedek, abang kan di Luar Kota tidak ngapa-ngapain."

Ucap Dimas sambil terus menggosok lembut tubuh langsing kekasihnya dengan sabun susu itu. Belut hitam besarnya Dimas tak henti-hentinya berdiri tegak menempel ke sela-sela bokong kekasihnya yang sedikit berumput itu.

"Mana aku tahu kamu di Luar Kota itu tidak ngapa-ngapain sayang? Bisa saja kamu disana bermain lia* bersama dengan perempuan penggoda disana." Sebenarnya Nizar tidak merasa cemburu kalau kekasihnya ini bermain dengan perempuan. Hanya saja Ia merasa takut kalau kekasihnya bermain tanpa alat kontrasepsi.

"Ya sudah iya, tapi setelah tes VCT kita bikin anak ya Dedek sayang?"

Pinta Dimas terlihat kepengen banget. Dimas berkata sambil menyabuni mengobel sela-sela belahan kedua gunung kembar bokongnya Nizar yang sedikit berumput itu.

"Mau bikin berapa sayang?"

"Dua belas cukup kali ya Dek?"

"Ngaco saja kamu. Satu saja belum tentu sperm* kamu itu bisa jadi."

"Ah si Dedek, rahim dedek saja kering, mana bisa aku menghamili rahim Dedek."

"Itu kamu tahu."

"Ya sudah tidak apa-apa kita tidak bikin anak. Tapi boleh ya Dek, lidah ular abang ini menjilati lubang goa gunung kembar dedek yang sempit itu?"

"Lidah ular abang ini sangat rindu dengan lubang goa gunung kembar dedek yang sempit itu. Boleh ya Dek? Please?"

"Jangan sayang, nanti belut hitamku ini akan cepat keluar. Lidah ularku ini juga sangat merindukan belut hitam sama lubang sempit goa gunung kembar kamu yang sempit itu. Tapi jangan sekarang ya sayang?"

"Ya sudah, belut hitam abang ini di jepit sama kedua pah* kamu yang sexy itu ya sayang?"

"Iya sayang."

Dimas merapatkan tubuh kekar gempalnya bersentuhan dengan tubuh langsing kekasihnya, belut hitamnya masuk ke sela-sela pah* kekasihnya. Nizar menjepit belut hitam besar kekasihnya. Tangan kanannya Dimas menahan wajah kekasihnya untuk menengok ke belakang.

Tangan kirinya Dimas menggenggam belut hitamnya Nizar yang tengah berdiri tegak.

Keduanya saling mencium, melum*t, mengenyot lidah sambil memaju mundurkan batang hitam besarnya yang sedang di jepit.

PLOK! PLOK! PLOK! Belut hitam besarnya Dimas tengah maju mundur.

"Dek, jepit sedikit lebih kuat belut hitam abang ini?"

"Segini sayang?"

"Cukup sayang."

Plak! Plak! Plak! Belut hitam panjang besarnya Dimas maju mundur di sela-sela pah* kekasihnya.

"Belut hitam abang mulai berkedut sayang, mau di muntahin dimana sayang?" Ucap Dimas

"Muntahin di luar saja sayang. Lidah ularku sedang tidak ingin menerima lendir kental belut hitammu."

Dimas mengulum dan mengenyot kembali bibir tipis kekasihnya sambil menggenjot memaju mundurkan batang hitam besarnya di barengi tangannya yang sedang memaju mundurkan belut hitam kekasihnya.

Sesekali mereka berdua mebdesah.

("Tangannya sangat enak maju mundur di batang hitamku. Bibir dan lidahnya terasa sangat enak.") Nizar.

("Bibir tipisnya sangat nikmat, lembut dan manis. Lidahnya sangat enak beradu. Aku sangat suka mengenyot bibirnya. Jepitan pahanya sangat kencang, membuat belut hitamku terasa sangat enak.) Dimas. Belut hitam besarnya Dimas tetap maju

PLAK! PLAK! PLAK!

"Ouuuh sayang enak banget.." Dimas terus memaju mundurkan belut hitam kekasihnya sambil memaju mundurkan batang hitam besarnya.

"Jepit lebih kuat Dedek sayang, mau keluar.." Nada berbisik Dimas.

"Segini?"

"Belut hitam abang sudah berkedut sangat cepat sayang.." Dimas memaju mundurkan tangannya lebih cepat sambil terus memaju mundurkan belut hitam besarnya lebih cepat.

"Aaargh.. a, a, aahhh.." Cairan lendir kental telah menyembur di antara keduanya.

Dimas melepaskan bibirnya. Nizar melemahkan jepitannya lalu membalikkan tubuh langsingnya berhadapan dengan Dimas. Kedua tangan Nizat memeluk lehernya.

Kedua belut hitam mereka masih berdiri tegak dan saling bersentuhan.

"Mmmmmuach, makasih ya sayang?" Dimas memeluk dan menggesekkan batang hitamnya yang saling bersentuhan.

"Sama-sama sayang."

Nizar melepaskan pelukannya. Nizar menyabuni belut hitam besar kekasihnya yang masih mengeras berdiri lalu menggosok lembut seluruh tubuhnya yang kekar, gempal dan gagah.

Dimas pun menyabuni dan menggosok lembut seluruh tubuh langsing kekasihnya dengan tangannya yang sedikit kasar. Dimas suka lebih lama menyabuni di bagian belut hitam dan belahan gunung kembar kekasihnya yang sedikit berumput.

Srrr.. Mereka berdua saling membilas dan menggosok tubuh.

Kini tubuh mereka berdua telah bersih dan wangi.

Nizar maupun Dimas segera mengambil handuk lalu saling mengelap. Mereka berdua mengambil mantel lalu saling memakai dan juga saling menalikannya.

"Sini?" Dimas menyuruh Nizar untuk mendekatinya lebih dekat.

Nizar pun menurutinya.

Dimas langsung mengangkat tubuh langsing kekasihnya lalu membawanya berjalan keluar dari kamar mandi.

"A, aah.." Dimas merebahkan tubuh langsing kekasihnya diatas Double Bed.

Dimas menarik selimut menutupi tubuh langsingnya Nizar, karena Nizar tidak kuat terlalu lama terkena angin AC.

Dimas menumpukkan dua bantal menjadi satu lalu setelahnya Ia merebahkan tubuh kekarnya di atas springbed dengan posisi kepalanya menyender ke dua bantal yang ditumpuk.

Nizar menaikkan kepalanya di dadanya Dimas yang bidang dan berbulu.

Dimas mengambil rokok Marlboro lalu membakarnya.

"Adakah cinta yang sejati abangku sayang?" Nizar berkata sambil memainkan putin* dadanya Dimas.

"Ada donk sayang. Buktinya aku, yang selalu setia ķepada kamu." Ucap Dimas sambil mengelus kepalanya Nizar dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang rokok Marlboro yang sedang di rokoknya.

"Mana aku tahu kamu ke depannya akan bagaimana ke aku."

"Ngomong apa sih kamu?" Ucap Dimas sambil mengelus kepalanya Nizar dan juga sambil menghembuskan rokoknya.

"Aduh sakit dedek." Ucap Dimas yang merasakan bulu puti*ng dad*-nya ditarik oleh Nizar.

"Biarin." Ucap Nizar.

"Sudah, jangan berfikir yang macem-macem ah sayang. Selama ini aku selalu setia, bermain dan juga hanya berhubungan dengan kamu saja."

Ucap Dimas sambil terus mengelus kepalanya Nizar dengan lembut.

"Aku sangat nyaman bersama dengan kamu. Hidupku selalu bahagia dan ceria bersama dengan kamu." Ucap Dimas kembali.

"Benarkah?"

Nizar berkata sambil menatap wajahnya Dimas mendekati bibir tipisnya Dimas yang sedang merokok.

"Mmmmmmuach.." Dimas langsung menyambar dan memasukkan lid*hnya ke dalam mulut kekasihnya.

"Kita bobok sekarang ya Dek?" Ucap Dimas.

"Ok." Ucap Nizar.

Sejenak Dimas mematikan rokoknya lalu meluruskan tubuh kekarnya. Sementara kepalanya Nizar tetap berada di dada-nya Dimas sambil tetap memainkan putin* dadanya.

Sesekali Dimas mencium kepala kekasihnya dibarengi mengelus kepalanya Nizar hingga terlelap tidur.

("Aku bagaikan kucing jinak yang di sayangi dan di pelihara olehnya. Aku sangat sayang kepadanya karena rasa perhatian dan juga kedewasaannya kepadaku. Begitupun dirinya yang menyukai kepadaku karena aku pengertian kepadanya.")

("Jikalau kekasihku (Dimas) sedang tertidur, aku suka terbangun lalu aku menatap ke wajahnya yang sedang tertidur, begitu kalemnya wajah kekasihku disaat Ia sedang tertidur. Terkadang aku melum*t bibir tipis sedikit tebalnya lalu memcium pipinya disaat Ia sedang tertidur. Sementara Ia memeluk tubuh langsingku dengan sangat erat.")

Next chapter