webnovel

Jurus Enam Pedang dan Golok Bersatu Padu

Seumur hidupnya, keenam orang tersebut merasa baru pertama kali ini melihat gerakan yang aneh seperti itu. Cara menghindar atau menangkis yang diperagakan oleh Li Yong benar-benar berbeda dari para pendekar pada umumnya.

Pemuda itu tidak pernah bergerak secara berlebihan. Semua gerakan yang dia lakukan olehnya tampak sangat sederhana. Sehebat dan serumit apapun serangan yang dilancarkan oleh musuh, Li Yong tidak memerlukan banyak gerakan untuk menghindarinya.

Hanya dengan menggeser kaki atau tubuhnya, maka semua usaha lawan akan dibuat sia-sia.

Pertarungan di antara mereka terus berlangsung sampai puluhan jurus. Berbagai macam jurus dan serangan yang terlihat semakin lama makin bervariasi.

Debu-debu di sekitaran sana sudah mengepul tinggi sampai menutupi pemandangan orang-orang yang ada di tempat itu. Hawa pembunuhan terasa semakin tebal.

Ketika pertarungan mencapai delapan puluh jurus, Li Yong mulai memperlihatkan kemampuannya. Tubuh pemuda itu tiba-tiba lenyap dari pandangan mata. Detik berikutnya, dia sudah berada di belakang enam orang lawannya.

Sebuah hantaman telapak tangan langsung dilayangkan olehnya. Tenaga sakti yang keluar dari telapak tangan pemuda itu seperti deburan ombak yang mengamuk. Datang bergulung-gulung dan menghantam apa saja yang ada di depannya.

Wutt!!! Blarr!!!

Sebuah ledakan keras terdengar ketika dirinya mengeluarkan jurus jarak jauh yang sangat berbahaya. Enam orang pendekar tua tadi terlempar dua tombak ke belakang. Mereka jatuh bergulingan.

Masing-masing telah mengalami luka dalam yang cukup serius.

Jurus yang baru saja dilayangkan oleh Li Yong diberi nama Ombak Menghantam Batu Karang di Pinggir Pantai. Seperti juga namanya, tenaga yang dia keluarkan persis seperti gulungan ombak.

Keenam pendekar tua itu merasakan tubuh mereka dihantam oleh satu tenaga yang sangat dahsyat. Daya kuasa dari jurus tersebut terlampau hebat, sampai-sampai mereka pun tidak mampu menghindarinya.

Untunglah orang-orang itu juga bukan pendekar sembarangan. Sehingga walaupun serangan barusan mengenai tubuhnya dengan telak, hal tersebut masih belum cukup untuk mencabut nyawanya.

Sekarang keenam pendekar itu sudah bangkit berdiri. Hawa amarah yang keluar dari masing-masing tubuhnya semakin besar.

"Hemm, pantas kau berani ikut campur. Ternyata kemampuan yang kau miliki juga lumayan hebat. Tapi sayangnya, kau masih belum cukup hebat untuk menghadapi jurus Enam Pedang dan Golok Bersatu padu," kata pendekar tua yang tadi banyak bicara.

Selesai berkata seperti itu, orang tersebut langsung melirik kepada enam rekannya. Sesaat kemudian, mereka sudah mulai memperagakan jurus Enam Pedang dan Golok Bersatu Padu.

"Lihat serangan!" bentaknya keras.

Wushh!!! Wutt!!! Wutt!!!

Bayangan pedang dan golok seketika memenuhi angkasa raya. Keenam senjata itu langsung menyerang ke arah Li Yong. Kekuatan yang dihasilkan dari serangan itu benar-benar luar biasa.

Cahaya keperakan memancar ke segala penjuru.

Li Yong mengerutkan kening. Baginya, jurus yang saat ini dikeluarkan oleh musuh sangatlah berbahaya. Kalau tidak mempunyai kemampuan yang diandalkan, niscaya dirinya tidak akan sanggup menyelamatkan diri.

"Hujan Jarum di Tengah Malam …"

Wushh!!!

Li Yong membentak keras. Tubuhnya tiba-tiba mencelat ke atas. Bersamaan dengan hal tersebut, kedua tangannya diayunkan ke depan beberapa kali.

Puluhan bayangan hitam tiba-tiba melesat secepat kilat. Benturan nyaring langsung terdengar memekakkan telinga.

Pertarungan di antara mereka kembali berlangsung. Kali ini bahkan jauh lebih hebat daripada sebelumnya.

Trangg!!! Trangg!!!

Li Yong terus berusaha semaksimal mungkin untuk melumpuhkan musuh-musuhnya. Jarum hitam yang dia keluarkan semakin banyak. Hingga pada akhirnya, setelah puluhan jurus berusaha, usahanya ternyata tidak sia-sia.

Jarum hitam yang dia lemparkan tanpa berhenti ternyata berhasil mengenai tubuh enam pendekar tua itu. Sekarang keenam orang tersebut sedang mengerang keras sambil menahan rasa sakit yang perlahan mendera tubuhnya.

Lewat beberapa kejap kemudian, mereka akhirnya tewas mengenaskan. Hal itu disebabkan karena jarum hitam milik Li Yong telah mebembus titik penting di tubuhnya masing-masing.

Sekarang pertarungan di depan rumah bordil itu benar-benar telah selesai. Semua orang yang menyaksikan pertarungan dibuat terbengong. Antara kagum dan takut, semuanya bertumpuk menjadi satu.

Li Yong masih berdiri di tempatnya. Dia sempat mengawasi mayat keenam lawannya sebelum memutuskan untuk mendekati si pendekar muda yang terluka tadi.

"Bagaimana kondisimu? Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya dengan dingin.

"Aku baik-baik saja. Luka-luka seperti ini tidak akan sanggup untuk membunuhku," jawab pemuda itu sedikit angkuh.

"Bagus. Aku percaya kau bukanlah orang yang lemah," katanya sambil memandangi wajah pendekar muda itu.

Setelah berkata demikian, Li Yong segera membalikkan tubuhnya. Dia langsung pergi dari tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Tunggu sebentar!" kata-kata pemuda itu tiba-tiba.

"Apa lagi?" tanya Li Yong sambil melirik ke arahnya.

"Aku ingin mengundangmu minum,"

"Dengan kondisi tubuhmu yang masih terluka seperti ini?"

"Kenapa tidak? Toh aku masih sanggup berjalan," kata pemuda tersebut sambil berusaha bangkit berdiri.

Setelah dia berdiri, kembali dirinya berkata, "Lihat, aku tidak berbohong, bukan?"

Li Yong menarik muka. Sudut bibirnya tampak mengembang. Walau hanya sedikit, tapi hal tersebut sudah terbilang luar biasa. Sebab orang seperti dirinya sangat susah untuk tersenyum. Dan jika berhasil membuatnya tersenyum, maka meskipun sedikit, hal itu saja sudah terhitung luar biasa.

"Baiklah. Aku menerima undanganmu," tukasnya setelah terdiam beberapa saar.

Si pemuda itu tidak tersenyum. Dia pun tidak berkata apa-apa. Dirinya hanya membalikkan tubuh, lalu mencoba untuk berjalan kembali.

Kedua pemuda dingin yang usianya hampir sebaya, berjalan secara beriringan. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu merasa sedikit heran, mereka tidak percaya akan menyaksikan seaneh ini.

Bagaimana tidak? Seseorang yang telah ditolong nyawanya, ternyata dia tidak mengucapkan kata terimakasih walaupun hanya sedikit. Terlebih lagi, orang yang menolongnya juga seakan tidak perduli dengan hal tersebut.

Padahal pada zaman ini, mengucapkan kata terimakasih termasuk merupakan satu kewajiban yang harus dilakukan oleh siapapun ketika dirinya menerima bantuan dari orang lain.

###

Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya Li Yong dan pendekar muda tadi menemukan juga warung arak yang mereka inginkan.

Saat ini sudah hampir masuk tengah malam, orang-orang biasa, kebanyakan sudah tidur bersama mimpi-mimpinya masing-masing. Hal itu menjadikan suasana di sana semakin sepi. Selain beberapa orang pengunjung yang tersisa, rasanya di tempat itu tidak ada siapa-siapa lagi kecuali hanya pemilik warung arak, Li Yong dan pendekar muda yang telah dia tolong sebelumnya.

Mereka berjalan masuk ke dalam. Keduanya memilih untuk duduk di tengah-tengah. Kebetulan sekali, meja di sana juga masih kosong. Sehingga mereka bisa memilih meja tersebut tanpa ada halangan apapun.

"Pesan dua guci arak dan dua krat daging," ujar si pemuda kepada pemilik warung.

"Tapi kami hanya menyediakan arak keras saja, Tuan Muda. Bagaimana?"

"Tidak masalah. Arak keras malah lebih baik," sela Li Yong menjawab pertanyaan si pemilik warung.

"Ah, baiklah kalau begitu. Silahkan Tuan Muda tunggu sebentar,"

Next chapter