webnovel

BAB 2 Sejarah I

Aku lalu tersentak bangun dari pingsanku, aku melihat langit dari jendela dan itu sudah gelap, lalu aku merasa bahwa tangan kananku terasa berat. Ketika aku menoleh, aku melihat Katherin tersujud dan tertidur di sana, aku bisa melihat bahwa matanya agak bengkak, mungkin habis menangis.

Aku lalu menggerakkan tangan kananku perlahan agar tidak membangunkan Katherine, namun sayangnya itu masih membangunkannya.

"Huh? Franz? Franz, akhirnya kamu bangun!." ucap Katherin terisak , dia langsung memelukku. Aku hanya bisa membalas pelukannya.

Setelah memelukku, Katherine memeriksa tubuhku dengan seksama. "Franz, apakah sekarang kamu baik - baik saja?."

Aku bisa melihat sorot matanya yang khawatir, aku lalu menepuk kepalanya dan tersenyum. "Ya, aku baik - baik saja sekarang."

Aku bisa melihat wajah Katherine memerah. 'apakah karena tepukan kepala anda langsung memerah?.' pikirku tak percaya.

Setelah memerah beberapa saat, Katherine memasang wajah serius. " Franz, setelah kejadian ini.... kamu tidak boleh memegang buku aneh itu lagi!." Perintah Katherine melarangku memegang buku yang ditulis dengan bahasa jerman itu.

"uh.... kenapa?." aku mencoba tidak mengalah, karena aku sendiri masih penasaran dengan isi bab lainnya.

" Tidak ya tidak! Jika kamu ingin membaca buku, kamu bisa keperpustakaan kastil." Katherine bersikeras, dia lalu mengatakan sesuatu yang membuatku penasaran.

" Kita punya?." Tanyaku polos sambil memiringkan kepala.

" Tentu saja, idiot!." "Ouch!." Katherine menjawab dengan kesal sambil memukul kepalaku, diikuti erangan kesakitanku.

"Bisakah kita mengunjunginya, sekarang?." Tanyaku.

" Ti - Dak!. Ini sudah malam, dan juga kamu belum mandi selama seminggu! Iuh!." Jawab Katherine menggelengkan kepalanya lalu mencium tubuhku, dia lalu menutupi hidungnya.

Aku lalu mencium tubuhku sendiri "*mengendus* hrg.... kamu benar. tapi setelah itu aku boleh ke perpustakaankan?." Aku memasang wajah memohon.

"Tidak Franz, kamu baru saja pingsan dua kali." Katherine masih ngotot melarangku.

"Ayolah, ya? ya? ya?." mohonku dengan memelas.

"... kamu tahu Franz, kamu menyusahkanku. Baiklah, tapi hingga jam 10. Ini masih jam setengah tujuh kamu punya waktu tiga setengah jam membaca disana nanti." Katherine akhirnya mau berkompromi denganku, aku lalu memberi hormat ala militer dengan wajah senyumku.

"Oke Dookie bu!." dimana Katherine memalingkan mukanya dengan wajah cemberut namun ada semburat merah muda di pipinya.

...

butuh 10 menit aku mandi, aku harus menahan rasa tegang dan nafsu ketika dimandikan oleh para pelayan wanita itu. Aku awalnya menolak dan ingin mandi sendiri, namun salah satu pelayan bersikeras.

" Yang Mulia Count, ini sudah menjadi tanggung jawab kami! kami sudah menyerahkan jiwa dan raga kami untuk melayani anda dan keluarga anda, Yang Mulia." Oke, itu agak ngeri kurasa. Lalu aku hanya bisa berserah diri dan membiarkan para kakak - kakak ini membersihkanku dari rambut hingga kaki, mereka bahkan juga membersihkan kemaluanku dan memainkannya sedikit.

Dan berkat inilah aku menyadari bahwa wajahku memang cukup tampan, tubuh tinggi dan atletis serta ayam sepanjang 10 inchi, nah mungkin anda akan mengatakan ini kecil? bung, umur 14 tahun dengan ayam sepanjang 10 inchi loh! Lagipula ini masih dalam tahap pertumbuhan, tidak tahu tiga tahun ke depan.

Ketika aku keluar kamar mandi, aku bisa mendengar suara bergosip ketiga kakak cantik bercosplay pelayan itu, seperti mengatakan bahwa burungku lebih panjang dari milik kekasihnya dan apalah.

Aku lalu berjalan menuju perpustakaan sendirian, mungkin akan terasa bolak - balik jika aku harus menemui Katherine. Ketika aku ingin bertanya pada seseorang, aku tidak menemukan siapapun. hingga suatu saat aku melihat Fritz sedang berbicara dengan bawahannya.

" Hei, Fritz! Kemari!."

Dia menunjuk dirinya sendiri dan aku mengangguk sambil melambaikan tangan menyuruhnya ke arahku.

Dia lalu memberhentikan bawahannya lalu bergegas ke arahku. " Yang Mulia? Apa yang kamu lakukan berjalan - jalan di malam hari? tubuhmu belum sepenuhnya pulih." Tanyanya lalu mengkhawatirkan diriku, aku sedikit tersentuh.

" Yah, aku ingin ke perpustakaan. Bisakah kamu membawaku kesana?." Setelah berpikir beberapa detik, Fritz lalu mengangguk dan menyuruhku mengikutinya. "Silahkan ikuti saya, Yang Mulia."

Pov Franz berakhir.

...

Pov Katherine, Kamar Franz.

Aku menunggu Franz selesai mandi yang harusnya memakan 10 sampai 20 menit, tapi ini memakan waktu hampir satu jam!, otakku lalu mulai lari kemana - mana, seperti Franz yang pingsan lagi di kamar mandi.

Aku lalu berdiri dan meninggalkan Kamar Franz, dan menuju kamar mandi. Di depan kamar mandi aku biaa melihat tiga orang pelayan yang sedang bersenda gurau.

Aku lalu mendatangi mereka " Kalian bertiga, apa kalian melihat Franz?." Tanyaku.

" Yang Mulia Count? bukankah dia harusnya kembali ke kamar?." Tanya balik salah seorang pelayan dengan bingung.

" Tidak, dia tidak kembali." Jawabku menggelengkan kepala.

Lalu ketiga pelayan itu menggelengkan kepalanya, setahu mereka, seharusnya Franz kembali ke kamarnya.

" Baiklah, terima kasih." aku lalu bergegas menyusuri lorong hingga aku bertemu dengan Fritz, Ksatria Pribadi dan Komandan Tentara Count milik Franz.

"Fritz! Apakah kamu melihat Franz?." aku menghampirinya dan bertanya keberadaan Franz.

" Nona muda! Yang Mulia ada di perpustakaan, saya baru saja mengantarkannya kesana." Jawab Fritz memberi hormat.

" Begitu, Terima kasih Fritz!." Setelah mengetahui dimana Franz , aku lalu bergegas ke perpustakaan yang berada di kastil barat.

Setelah berjalan 30 menit karena kerumitan jalan, aku akhirnya mencapai pintu perpustakaan. Lalu aku membuka pintu dan melihat tumpukan buku setidaknya ada 100 buku lebih.

"Apaan sih yang kamu lakukan?!." Tanyaku heran dengan Franz , dia sepertinya agak berbeda setelah gegar otak itu.

Pov Katherine berakhir.

...

Pov umum

satu jam setengah sebelumnya.

Franz diantar oleh Fritz menuju perpustakaan, mereka melewati beberapa lorong yang panjang dan rumit yang membuat Franz pusing.

" Aku berjanji, jika aku punya uang.... aku akan merombak kastil ini, apa - apaan lorong rumit ini." Gumam Franz yang bisa di dengan Fritz.

"Ahahaha...." Fritz tertawa canggung, dia sendiri pernah mengalami hal ini, seperti tersesat di kastil.

" Sebenarnya Yang Mulia, adanya banyak lorong ini sebenarnya untuk membingungkan musuh yang menyerang. dulu nenek moyang anda membangun ini terinspirasi dari sebuah labirin yang diciptakan oleh Raja Lich ribuan tahun yang lalu." Jelas Fritz dengan alasan masuk akal, namun Franz masih menganggap agak konyol, namun dia tidak berbicara.

setengah jam kemudian, Franz yang diantar Fritz akhirnya sampai di depan perpustakaan. Fritz lalu membukanya, Franz dapat mendengar suara gemrincing logam seperti rantai.

Setelah pintu terbuka, Franz terdiam takjub melihat isi dari perpustakaan. Ini pertama kalinya dia melihat perpustakaan pribadi sebesar perpustakaan umum.

"Wow... Ini sangat besar!." Seru Franz masih takjub.

"Tentu saja Yang Mulia, perpustakaan ini dibangun dibangun bersamaan dengan kastil yang dibangun seribu ribu tahun silam." Jelas Fritz yang membuat Franz penasaran terhadap asal - usul keluarganya. Dia lalu menoleh ke Fritz yang ada disampingnya.

" Fritz, bisakah kamu membantuku?." Franz lalu berjalan dan mulai duduk di kuris baca tidak jauh dari sana.

" Ya? Yang Mulia?." Tanya Fritz.

" Bisakah kamu mengambilkanku buku sejarah benua, keluarga dan teknologi?." Franz bertanya pada Fritz.

" Dengan senang hati, Yang Mulia." Fritz memberi hormat, lalu segera mencari di rak - rak buku.

Butuh waktu 15 menit bagi Fritz untuk menemukannya, setelah itu dia mendatangi Franz lagi dan membawa tiga buku. "Ini yang Mulia."

*Bam* suara buku yang cukup berat berbenturan di meja baca.

" Oh... Terima kasih. Kamu boleh minggalkanku sendiri." Franz mengangkat alisnya kaget, lalu kembali normal.

"Baik." Fritz memberi hormat lalu berbalik dan meninggalkan Franz membaca tiga buku tersebut.

"Baiklah! mari kita cari tahu." Ucap Franz dengan menggosok telapak tangannya, dia lalu mengambil buku yang paling tebal yang ditulis dengan Bahasa Gothska, menurut ingatannya.

Butuh 1 jam baginya untuk membaca penuh buku itu dan untungnya memori fotografinya cukup bagus, jadi setelah dia membaca, dia mengingat semuanya dalam satu waktu.

Di buku itu menjelaskan hal yang sama seperti buku yang Berbahasa Jerman yang dia baca sebelumnya, hanya saja lebih merinci.

Dibuku itu juga dijelaskan bahwa Sang Pahlawan saat invasi Bangsa Iblis, menciptakan terntara paling elit yang berasal dari berbagai ras, mereka memakai seragam hitam, berhelm baja aneh, dan menggunakan senapan sihir yang dulu diproduksi oleh Bangsa Dwarf.

" Entah kenapa aku memiliki getaran Nazi disini...." Gumam Franz hingga dia mendengar langkah kaki dan suara seekor singa betina yang keheranan.

"Apaan sih yang kamu lakukan?!." Tanya heran gadis itu.

"Bukankah dengan jelas aku sedang membaca buku?." Tanya Franz heran dengan pandangan 'kamu buta?'.

"Maksudku , kenapa kamu tidak memberitahuku?! Aku panik, sialan!." Jerit singa betina itu mulai marah.

" Baik baik, aku minta maaf Katherine. Kupikir jika aku kembali ke kamar, itu akan bolak - balik." Ucap Franz dengan senyum canggung, dia sepertinya membuat marah singa betina yang merupakan Katherine.

"Aku tidak mau tahu, aku akan memberitahu Kakek Friedrich akan tingkah lakumu." Ucap Katherin mengancam sambil menyipitkan matanya, dia lalu berbalik untuk melaporkannya.

"Hei! Jangan- Woah *Chu*." Franz panik, dia lalu berlari ke Katherine , dimana diwaktu bersamaan Katherin berbalik dan mengecup bibir Franz dan memluknya erat.

"Apaan?!." Setelah melepas kecupan Katherine, Franz bertanya dengan tidak percaya.

"Aku tidak akan memberitahu Kakek Freiderich, tapi kamu harus berhubungan seks denganku." Ucap Katherine mengancam dan memeras Franz.

'Jadi anda memeras saya Nona?!.' Franz mengangkat alisnya tidak percaya, dia lalu melihat wajah Katherine yang tersenyum kemenangan.

"Tapi kita masih muda..." Ucap Franz mencoba menghindari pemerasan ini.

" Bahkan Ayah dan Ibuku melakukan hubungan seks pertama mereka di usia kita." Bantah Katherine, dia masih bersikeras.

Setelah berpikir bahwa ini adalah budaya lazim di Euralia menurut ingatannya, terutama berhubungan seks di usia muda sekitar 13 hingga 17 tahun. Dan juga seks dengan orang dari keluarga sendiri disini cukup lazim terutama di kalangan bangsawan, dan anehnya anak dari hubungan inses ini tidak menjadi cacat fisik maupun mental, namun malah bertambah kuat secara fisik maupun mental. itu menurut ingatannya ketika membaca buku tentang budaya.

Franz lalu menghela nafas menyerah. " Baik, tapi setelah aku membaca buku - buku ini."

"Oke~ *terkikik*." Katherine terkikik riang lalu ikut membaca buku, dia mengambil buku berjudul "Rune dan Kegunaannya".

ตอนถัดไป