webnovel

Tak Menentu 2

Tak dapat dipersalahkan jika mengenai cinta pasti membuat semua orang akan menjadi serba tak menentu.

Kejadian itu telah dialami oleh Eleora yang jelas-jelas malah diserang gugup.

Laki-laki yang akan kembali menuju ke UKS itu belum juga muncul dan membuat gadis polos semakin larut bertanya-tanya hatinya.

"(Ah, sebenarnya apa sih yang membuat kak Gerry bisa mencintai aku? Tapi, jelas ini tidak bisa sembarang aku jawab.)

Tidak seberapa dalam menunggu telah membuat terkejut disaat Gerry memberikan sebuah kotak kecil.

Tumbuh perasaan yang cukup lama namun diketahui masih muda telah dipilihkan kotak hanya berisikan cepit rambut.

"Maaf aku baru bisa belikan ini buat kamu, ya jangan dilihat dari harganya ya. Sebentar aku pakaikan."

Posisi Eleora yang duduk di ranjang UKS membuat rambutnya diurai oleh Gerry dan tak seberapa lama cepit rambut disematkan.

Membiarkan rambutnya dielus semakin menjadikan Eleora cukup sulit berkata tidak dan seketika itu hendak ingin menjawabnya.

"Kak."

"Iya, ada apa Eleora? Apa cepit rambutnya jelek?"

"Bukan itu, tapi aku ingin menjawabnya."

"Sekarang? Boleh, boleh. Aku menantinya."

Sekecap perkataan ingin dikeluarkan malah menjadi terganggu ketika salah satu anggota geng RATU datang.

Niat hati hanya ingin mengetahui kondisi Eleora malah menjadi salah arti bagi laki-laki di dalam UKS.

Gerry telah mengusirnya dan bahkan juga mengancam jika Sonya CS melakukan hal kasar akan dibawa ke jalur serius.

"Kamu komplotan Sonya CS, kan? Lihat gara-gara ketuamu semua jadi begini?"

"Sorry kalau itu bukan urusan gue, tapi yang jelas hanya ingin Eleora tahu semuanya belum selesai."

"Hey, dengar baik-baik. Asalkan kalian tahu jika kalian masih melakukan hal begini, aku tak akan membiarkan kalian lolos!"

Mendengarkan penjelasan yang dikata oleh Gerry membuat anak buah Sonya pergi tanpa permisi.

Kembali meminta jawaban malah yang ada diurungkan.

"Apa kamu tidak jadi menjawab?"

"Menjawab, menjawab apa?"

Kembali berpura bahwa mengenai jawaban telah menjadikan diurungkan semua.

Menganggap semuanya kembali dipikir menjadikan Gerry malah seketika geleng-geleng kepala.

Terpanah akan sebuah cinta malah membuat Eleora enggan berada di UKS semakin larut.

Gadis polos itu pun meminta Gerry untuk mengantarkan Eleora bertemu dengan sang guru.

Niat hati dia begitu ingin kembali menghubungi orang tua dan satu-satunya jalan meminta tolong laki-laki di dekatnya.

"Kak, boleh aku minta tolong?"

"Tentu, mau minta tolong apa?"

"Aku ingin kembali ke kelas, ya aku sudah cukup enakkan. Minta tolong buat antarkan ke ruang guru."

"Loh kok begitu? Udah aku enggak mau kamu pingsan lagi."

"Aku mohon kak, coba bilang dulu boleh enggak sama bu guru."

"Baik, baik. Tapi kalau bu gurunya tidak boleh, ya kamu juga harus nurut."

"Baik, kak. Ya aku janji akan menurut kok."

Kesempatan pun datang. Eleora yang sendirian langsung mencoba menghubungi papa Argadana maupun mama Merry.

Dengan berusaha semaksimal mungkin maupun bersusah payah semua malah menjadi buah sia-sia.

Merasa lelah akan kedua orang tua ingin rasa pada sesak di dadanya diamuk saja, tetapi ia masih memiliki hati untuk menghormati.

"Aaah, sebenarnya kalian berdua sibuk apa sih? Anak lagi sakit malah dibeginikan, jujur saja ini membuatku kecewa berlebih."

Sungguh ini berbeda seratus delapan puluh derajat perilaku orang tuanya, sementara ditambahkan bumbu Sonya malah semakin kesal.

Kabar mengenai perselingkuhan telah diketaui oleh Sonya, sedangkan dia sendiri belum mendapat bukti yang cukup kuat.

Sejenak melamun telah membawakan terkejut lagi. Gerry telah berada bersama guru.

"Kamu menghubungi siapa? Oh iya, apa kamu benar sudah enakkan? Ibu lihat kamu masih sakit, sekarang yang jelas pulang saja."

"Pulang, benarkah bu?"

"Iya, benar. Kamu sangat pucat dan sebaiknya kamu pulang saja. Ya ibu serahkan dengan Gerry."

Mengetahui akan ini mungkin saja Eleora bisa memanfaatkan untuk menyelidiki, tapi dia juga tak ingin jika Gerry.

Tidak bisa menolak akan siapa diantar dia pun memiliki cara tersendiri lagi.

"Sekarang kamu balik, tapi pastikan benar-benar pulang. Oh iya Gerry, besok kamu sudah bisa masuk."

"Terus hukumannya itu, bu?"

"Saya sudah bicarakan ini dengan pak kepala sekolah, ya jadi kamu bisa sekolah besok."

"(Syukurlah, ya setidaknya aku sembari menunggu jawaban dari Eleora dan melihatnya.)"

"Malah melamun ini anak."

"Eh. Iya, bu. Terima kasih, baik kita balik dulu dan sekali lagi terima kasih."

Dalam hal ini Eleora telah berusaha semaksimal mungkin untuk menerima.

Di samping mengenai kejadian hal ini dia mengharapkan jika bisa mengambil kesempatan.

"Kak."

"Iya, ada apa?"

"Bukan apa sih. Tapi, emm bisa antarkan aku ke tempat mama aku?"

"Tentu, memang di mana?"

"Ya nanti aku kasih tunjuk ke kakak."

"Baiklah."

Kendaraan Gerry telah datang namun semua terantarkan tidak menyegerakan di tempat mama Merry.

Dengan alih-alih Eleora ingin menuju ke apartement malah justru menjadikan bertemu dengan seorang mirip Om Oje.

Pria perawakan tinggi dengan kulit sawo matang telah berada di rumahnya.

"Siapa dia, apa kamu mengenalnya? Ya kali jika kamu tidak mengenalnya akan aku hampiri."

"Sudah enggak usah, ya itu sopir mama aku. Terima kasih ya kakak sudah mengantarkan aku."

"Iya, sama-sama. Tapi ingat baik-baik, ya kalau kamu ada apa-apa berikan sebuah kabar."

"Iya, kakak Gerry. Terima kasih banyak."

Turun dari mobil telah menjadikan Eleora langsung dihampiri.

Om Oje sama sekali tidak berkutik kali ini, tetapi yang ada sekantong plastik ia berikan.

"Apa ini, om?"

"Baju dan celana buat kamu, ya pesanan mama kamu."

"Baik, terima kasih."

"Tapi boleh jika saya meminta minum, ya saya sedikit haus."

"Boleh, silakan masuk."

Mereka berdua telah masuk ke dalam dan bahkan juga diantaranya dipersilakan untuk duduk di dalam.

Eleora yang berada di dapur itu pun mencoba untuk lebih memastikan jika apa yang dikatakan oleh Om Oje benar tanpa rekayasa.

"Pokoknya semua yang bersangkutan dengan mama maupun papa sekarang aku harus lebih berhati-hati. Ya termasuk akan hal ini juga tentunya."

Dia pun mencoba memastikan lebih lagi, akan tetapi yang ada Eleora dihubungi oleh Gerry.

Laki-laki itu lebih memastikan jika mengenai pria yang datang ke rumah tidak bermaksud jahat.

"Halo, ada apa kak? Iya aku tidak apa-apa kok lagian dia sama sekali tak berbahaya. Ya sudah kak, em aku mau istirahat. Terima kasih."

Telepon telah berakhir namun yang ada Eleora sama sekali belum memulai membuat minuman.

Om Oje yang berada di ruang tamu telah memanggilnya dan bahkan juga diantaranya menagih minuman.

"Eleora, Eleora. Mana minumannya?" Teriak om Oje.

"Astaga, kenapa aku bisa lupa begini sih? Aduh, ya lebih baik aku buatkan dulu saja deh."

Next chapter