Tawa Alga seketika pecah, tanpa malu dia memukul meja yang ada di warung kopi itu. Untung saja tidak banyak orang di sana, sehingga dia tidak harus menanggung malu. Hanya ada seorang gadis saja anak pemilik warung kopi, nanya Jamilah. Gadis berusia dua puluh tahun yang memiliki wajah cantik bak orang India.
Delapan belas menit berlalu, akhirnya makanan Langit dan Resta sudah habis. Mereka membayar pesanannya terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang. Tidak, mereka bukan pulang melainkan pergi ke bar untuk minum bir atau minuman keras sejenisnya. Langit yang mengusulkan untuk pergi ke sana, padahal sebelumnya mereka tidak pernah pergi ke tempat haram seperti itu.
Entah apa yang ada di pikiran Langit, sesampainya di bar dia langsung masuk ke dalam ruangan yang berisi banyak wanita cantik berpakaian terbuka serta lelaki tampan yang sedang mabuk. Tanpa ragu Langit langsung memesan bir, sementara ketiga sahabatnya tidak berniat untuk ikut mabuk. Mereka berjanji akan menjaga Langit, takut jika Langit akan berbuat sesuatu yang tidak baik di sana.
"Kita lebih baik jagain Langit, takut nanti dia mabuk terus gak sadar hamilin anak orang bisa brabe," perintah Raja.
Resta menganggukkan kepalanya cepat pertanda setuju. "Bener, kita susul dia ke dalam aja. Biar bisa sambil pantau," ajaknya dan dibalas anggukan kepala oleh Raja dan Alga.
***
Matahari sore memancarkan sinarnya menyinari bumi. Vallerie dan Bagas pulang sekolah bersama dengan berjalan kaki menikmati udara sore yang cukup segar. Mereka berjalan beriringan sembari sesekali bersenda gurau. Ketika sedang berjalan, pandangan Bagas tiba-tiba saja tertuju kepada penjual es krim yang ada tak jauh dari posisinya berjalan saat ini.
Sebagai bentuk permintaan untuk mempererat hubungan pertemanan dengan Vallerie, Bagas berencana membelikan Vallerie es krim saja. Tanpa berucap apapun Bagas meninggalkan Vallerie dan langsung berlari menuju Si penjual es krim. Bagas membeli dua buah es krim rasa cokelat untuk dirinya dan untuk Vallerie.
Kening Vallerie berkerut saat Bagas kembali menghampirinya membawa dua buah es krim cone. Vallerie tersenyum paksa ketika melihat es krim itu, ingatannya tentang masa lalu bersama Langit saat makan es krim kembali berputar di kepalanya. Vallerie ingin mengulang masa-masa romantis dengan Langit seperti dahulu, tapi kapan itu bisa terjadi?
"Woy, kenapa bengong ae? Tangan gue pegel nih ambil kek," komentar Bagas.
Vallerie mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. "Eh? I-iya makasih loh, padahal aku lagi diet gula, tapi gapapa sih kan dapat rejeki jadi lumayan deh," ungkapnya.
"Heleh, udah kurus makin kurus lo. Mau jadi patung hidup atau mayat hidup?" ejek Bagas.
Tawa Vallerie pecah, niat awalnya dia ingin menghibur Bagas tapi malah sebaliknya. Ejekan yang Bagas berikan kepada dirinya malah membuat tawa Vallerie pecah. Berbeda dengan lelaki itu, dia malah fokus memakan es krimnya dan tidak berniat untuk tertawa. Vallerie dan Bagas duduk terlebih dahulu di salah satu bangku yang ada di pinggir jalan.
"Heh, kamu makan kayak anak kecil. Bersihin sono noda es krimnya, jorok tahu!" titah Vallerie.
Bagas meraba sudut bibir kanan dan kirinya, lalu berucap, "Dih, lo juga tuh belepotan. Bisanya ngejek orang aja, tahunya sama kayak anak kecil."
Kedua bola mata Vallerie membulat, dia cepat-cepat menghabiskan es krimnya lalu mengeluarkan ponsel kesayangannya dari dalam tas. Vallerie berkaca di ponsel, ternyata benar dia belepotan. Malah lebih parah dari Bagas, wajahnya kelihatan seperti anak kecil yang polos, imut dan menggemaskan.
"Eh iya, ada tissue gak?" Vallerie panik mencari tissue ke dalam tasnya.
Bagas menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna cokelat yang selalu di bawanya ke mana-mana kepada Vallerie. "Nih, pake ini aja," ucapnya.
"Makasih ya, nanti dicuci kok bapak. Tenang aja aku anak baik."
"Gak usah, buat lo aja. Ambil sebagai tanda bahwa kita berteman, gimana?" Salah satu alis Bagas terangkat ke atas, seolah-olah meminta persetujuan kepada Vallerie.
Mulut Vallerie bungkam, dia bukan tidak mau menerima Bagas sebagai temannya. Tapi dia takut jika orang-orang mendekatinya hanya untuk memanfaatkan kebaikannya saja. Vallerie bukan tidak percaya kepada Bagas, tapi dia masih takut menerima kehadiran orang baru. Dia tidak mudah percaya kepada orang lain, kecuali Nara.
Nara memang sudah sejak kelas sepuluh menjadi teman sekelas Vallerie, bahkan tak jarang dia menemani Vallerie atau membantu gadis itu jika sedang dibully. Tapi saat itu Vallerie selalu menolak bantuan Nara dengan alasan takut dengan orang baru. Akan tetapi lama kelamaan Nara bisa meyakinkan Vallerie bahwa tidak semua orang itu sama atau jahat, sehingga Vallerie mau menerima dirinya sebagai teman baik.
"Gimana Vall?" tanya Bagas tak sabaran.
"Eum, oke boleh. Tapi jangan terlalu dekat, ya? Nanti ada yang cemburu, hehe," jawab Vallerie, diakhiri dengan cengiran khasnya.
"Iye elah, santai aja kali gue bisa jaga perasaan Langit," papar Bagas.
***
Tepat di depan sebuah pagar besar terbuat dari besi bercat cokelat Vallerie berdiri. Dia lupa, ternyata hari ini adalah hari anniversary pernikahan kedua orang tuanya. Vallerie menepuk keningnya pelan lalu mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek online. Rencananya Vallerie akan membelikan hadiah untuk kedua orang tuanya, memang hadiahnya tidak mewah tapi pasti kedua orang tuanya akan menyukainya.
Tidak perlu menunggu waktu lama, akhirnya ojek online yang dipesan oleh Vallerie telah tiba. Toko kue adalah alamat yang terpampang di maps Si pengemudi ojek. Sesampainya di tempat tujuan, Vallerie segera turun tak lupa dia melakukan kewajibannya sebagai seorang penumpang yaitu membayar ongkos. Setelah selesai, Vallerie langsung memasuki toko kue tersebut.
Lonceng yang ada di toko kue itu berbunyi, menandakan ada pembeli yang masuk. Terpampang jelas di etalase tersebut beragam kue, Vallerie melihat terlebih dahulu sisa uang bekalnya. Ternyata hanya ada satu lembar uang berwarna biru saja. Harusnya uang tersebut untuk bekal Vallerie besok, tapi tidak apa. Untuk kedua orang tuanya Vallerie rela mengeluarkan uangnya.
"Selamat sore dek, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan toko, yang berjenis kelamin perempuan itu.
Pandangan Vallerie terfokus kepada kue-kue yang ada di etalase. "Eum, iya mba. Saya mau kue yang rasa cokelat di atasnya buah-buahan ini satu, harganya berapa ya?" tanyanya sembari menunjuk sebuah kue berukuran sedang yang kelihatan cantik.
"Oh itu, lima puluh ribu dek. Mau beli yang itu?"
Vallerie mengangguk, kemudian menjawab, "Iya mba, beli satu ya."
"Baik silahkan ditunggu sebentar."
Tepat sekali, harganya sangat pas dengan sisa uang milik Vallerie yang ada. Kelihatannya kue tersebut sangat menggiurkan, pasti Ragil dan Nasha akan menyukainya. Sembari menunggu pesanan kuenya selesai disiapkan, Vallerie memainkan ponselnya terlebih dahulu. Dia membuka aplikasi tiktok melihat video yang lucu untuk menghibur dirinya sendiri.