webnovel

Serangan Tidak Terduga 3

Renee dilahirkan dengan rasa kepercayaan diri yang sangat tinggi.

Sejak kecil ia percaya dirinya lebih dari orang lain, itu tidak buruk sebenarnya, tapi saat kepercayaan diri menghancurkan dirimu sendiri, Renee mulai berpikir, apakah yang selama ini ia percayai salah?

Kehancuran dirinya dimulai dengan datangnya saudari tirinya di panggung teater.

Renee tidak pernah tinggal di keluarganya dalam waktu yang lama, begitu Ayahnya menikah dengan janda beranak satu, ia meninggalkan rumah dan ikut pertunjukkan ke Ibukota, ia menggapai semua mimpi-mimpinya.

Renee tidak pernah peduli dengan kehidupan keluarganya, baginya saat ia menginjakkan kaki keluar, ia sudah memutus semua hubungan keluarga dengan Ayahnya. Hingga saudari tiri datang, menggeser posisinya menjadi aktris paling favorit.

Wanita itu masih memiliki kepercayaan diri dan ingin memulai lagi, tapi ia sadar kalau sekeras apa pun ia berusaha kembali ke atas panggung, tidak ada yang ingin melihatnya.

Renee tidak akan bisa melupakan tatapan orang yang menatapnya dengan enggan, ia tidak mempunyai kesempatan tampil lebih bnayak lagi, oang-orang menyukai saudarinya dan mau tak mau ia harus mundur.

Untungnya Ratu menemuinya, menawarkan pekerjaan padanya, tapi ia tahu kalau ini bukan sembarangan hal yang bisa ia tangani dengan mudah.

Tapi mengapa … Ratu memilihnya?

Apa karena kepercayaan dirinya yang begitu kuat?

"Persetan, aku tidak akan kalah dari wanita jadi-jadian sepertimu!" teriak Renee, ia tersentak dan punggungnya menghantam dinding, Renee bisa melihat kalau tangan Ivana memanjang, ingin mencekiknya lebih kuat lagi.

"Kalau begitu cobalah, siapa yang sedang terjerat sekarang?"

Ivana terkekeh, Renee menahan napas, tanpa Ivana ketahui Renee mencabut salah satu hiasan di dinding berbentuk burung yang akan terbang, ia mengangkat tangannya dan memukul wanita itu.

PLAK!

Ivana mundur, jeratan di leher Ivana mengendur tanpa di sadari, Renee langsung melompat, menaiki tangga dengan langkah yang terseok-seok.

Ular yang keluar dari rok Ivana langsung mendesis saat mangsanya terlepas, tubuhnya yang panjang itu meluncur, mengejar Renee, Ivana berteriak dengan marah, matanya berdarah terkena hiasan yang Renee lemparkan.

"Renee! Kalau kau tidak berhenti, aku bersumpah kau tidak akan bisa keluar dari rumah ini!"

Renee menggertakkan gigi, ia tidak mendengarkan ancaman Ivana, kakinya menapak ke anak tangga terakhir dan melihat sebuah lonceng besar yang menggantung di atas.

"Leo, kau berhutang banyak padaku."

Ular yang mengejar Renee mendesis, membuka mulutnya ingin menggigit, Renee melompat menangkap tali yang menggantung, tubuhnya langsung berayun diikuti dengan lonceng yang mulai bergerak.

DONG!

Renee memejamkan mata, berusaha menahan bunyi dengungan lonceng yang bergema di atas kepalanya, ular yang mengikutinya itu mendesis nyaring, berputar-putar di sekitar lonceng.

Ivana muncul dengan para monster yang berada di sekitarnya, ia langsung melotot dan berteriak murka.

"Sepertinya ini kelemahan kalian, ya?"

Renee menyeringai lebar, ia menarik tali dan lonceng di atas kepalanya kembali berdentang.

DONG!

Para monster yang mendekat tiba-tiba saja berlutut, memegangi kepala mereka dan berteriak dengan suara melengking.

Renee mengggertakkan gigi, tangannya tidak berhenti menarik tali lonceng, suara berdentang bergema dari rumah sang Marquis, beberapa orang langsung berjatuhan di atas tanah sambil memegangi kepala mereka dan beberapa orang lagi menatap mansion yang berdiri di kaki bukit dengan pandangan rumit.

Dylan memakai jubah hitam di punggungnya, ia mendengkus pelan dan memengangi pedang di tangannya.

"Leo, hari ini datang juga rupanya."

***

Sementara itu, Leo yang masih ada di ruang kerja berusaha keras menghalau para monster yang ingin menyerangnya, pedangnya sudah berlumuran dengan darah yang menetes ke atas lantai, kemeja putih yang Leo pakai sudah koyak, memperlihatkan luka memanjang akibat cakaran sang monster.

"Maaf, karena aku kalian harus menanggung semua ini." Leo menarik napas panjang, ketika ia akan mengayunkan pedangnya, lonceng yang selama ini tidak pernah bergerak di Mansion sang Marquis berdentang.

DONG!

Para monster langsung memegang kepala mereka masing-masing, jatuh berlutut ke atas lantai dengan erangan yang samar, Leo mengerutkan keningnya, ia langsung berlari dengan langkah tertatih-tatih menerobos monster yang kesakitan.

DONG!

Lonceng berdentang tanpa ampun dari lantai atas, lantai terasa bergetar dengan hebat, Leo terjatuh ke atas lantai dan memegangi telinganya.

"Renee …." Leo berkata dengan suara tertahan, darah menetes kedua telinganya, ia mengatupkan mulutnya rapat-rapat, tangannya yang memegang pedang itu terkepal dengan erat.

"Argh! Hentika! Hentikan!"

Ivana menggerakkan tangannya ingin mendekati Renee yang memegang tali, tapi begitu ia mendekat, Renee menggerakkan tali dan lonceng kembali berdentang, Ivana terjatuh ke atas lantai dengan telinga yang berdengung, rasa sakit yang amat sangat semakin mengoyak telinganya begitu suara lonceng itu terus berdentang.

Ivana menatap Renee penuh kebencian, seakan-akan ia bisa menghancurkan wanita itu kapan pun ia mau.

"Lihat?" Renee mendengkus, ia menjilat sudut bibirnya yang terasa kering. "Aku tidak selemah yang kau pikirkan, aku bisa pergi darimu."

Mata Ivana yang melotot itu memerah mendengar perkataan Renee, seakan perkataan itu tengah menampar wajahnya, membuat ia mau tak mau menelan ludah dengan kasar.

Renee terkekeh, bukannya bermaksud menantang Ivana, tapi dengan segala keanehan yang terjadi, ia tidak bisa lagi untuk bersikap lunak pada orang lain.

"Aku akan membalasmu, lihat saja … aku akan membalasmu!" Ivana menghentakkan tangannya di atas lantai, entah mendapat kekuatan dari mana para monster yang tadinya masih kesakitan itu melompat ke arah Renee. "Ingat ini Renee, sampai ke ujung dunia pun, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

"Kalau begitu coba saja … lakukanlah."

DONG!

Lonceng berdentang lagi, tapi sepertinya tidak memberikan pengaruh yang banyak, salah satu tangan monster menggores tangan Renee, membuat tali yang ia pegang itu terlepas.

"Ah!" Renee jatuh, ia memengangi bahunya, dua monster dengan gigi yang terbuka lebar berlari ke arah Renee, ingin mengigigtnya.

ZRATS!

Renee terhenyak, seseorang berjubah hitam datang mengayunkan pedang untuk melindunginya, dengan mudah ia menggerakkan pedang memutar dan langsung menebas dua monster yang hendak menggigit Renee.

BRUKH!

Tubuh monster itu terbelah menjadi dua, laki-laki itu menarik jubahnya dan memperlihatkan wajah yang baru-baru ini Renee temui di mansion keluarga Fern. Laki-laki itu masih memiliki rambut yang acak-acakan dan kulit yang eksotis, ia melemparkan senyuman tipis pada Renee.

"Dylan?" Renee bergumam, menatap laki-laki itu dengan lekat.

"Ya, ini aku."

Dylan tersenyum, ketika ia memutar pedangnya, sosok Ivana dan monster yang lainnya sudah menghilang dari pandangan, laki-laki itu memutar pedangnya lagi untuk menghilangkan noda darah yang menempel di sana.

"Kau baik-baik saja?"

Renee menghela napas, ia mengangguk tanpa kata.

"Bagus, kalau begitu kau bisa berdiri dan berlari, kan?" Dylan menyeringai lebar, Renee yang bingung menyadari kalau para monster yang tadinya sempat menjauh kini mulai berdatangan lagi. "Kita harus menjemput Tuanmu dan lari dari sini segera."

ตอนถัดไป