"Apanya yang sulit?" tanya orang itu sambil membentak nyaring.
"Kami sulit mengambil pilihan," kata si Elang Merah menegaskan lagi.
"Kenapa sulit? Bukankah kalian hanya tinggal memilih saja?"
Orang tua yang mengenakan pakaian serba hitam itu agaknya sudah tidak sabar. Dia ingin mendengar jawaban si Elang Merah secepatnya. Baik atau buruk, ia ingin segera mendengarnya.
Orang tua itu kemudian melepaskan hawa pembunuhan. Di halaman depan Perguruan Lembah Pualam langsung sesak oleh hawa pembunuh tersebut.
Si Elang Merah berusaha untuk tetap tenang. Ia mengatur nafas dan menyalurkan hawa murni ke seluruh tubuh untuk melindungi dirinya.
"Baiklah, baiklah," katanya seraya menganggukkan kepala beberapa kali.
"Kami memilih ..."
Ia mendadak berhenti. Ucapannya tidak diteruskan lagi. Seolah-olah orang tua tersebut memang sengaja ingin membuat musuhnya merasa penasaran.
"Cepat katakan!"
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com