webnovel

Dokter Hati dan CEO Tampan

นักเขียน: Suci_Fitriani_0839
ไซไฟ
กำลังดำเนินการ · 13.5K จำนวนคนดู
  • 12 ตอน
    เนื้อหา
  • เรตติ้ง
  • N/A
    สนับสนุน
เรื่องย่อ

Abel merupakan seorang dokter bedah jantung kelulusan Oxford University dengan nilai terbaik. Ia baru saja kembali ke Indonesia dan tidak sengaja mengencani seorang CEO kaya raya pemilik yayasan terbesar se-asia, Danish namanya. Sejak kali pertama bertemu, Danish dan Abel saling jatuh cinta satu sama lain dan mulai intens berkomunikasi. Setelah merasa saling mengenal satu sama lain, Danish dan Abel menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Baru saja satu bulan pernikahan, Abel mendapatkan tawaran pekerjaan di rumah sakit Massachusetts General, Boston, Amerika Serikat. Dengan bangganya, Abel memberi tahu Danish dan mengajak suaminya itu untuk pindah ke Boston. Danish tahu bahwa Abel sangat menginginkan pekerjaan tersebut, apalagi saat ini di Indonesia belum bisa melakukan transpalasi jantung seperti di rumah sakit Boston itu. Danish saat ingin menuruti kemauan istrinya, namun ia tidak mungkin meninggalkan yayasannya di Indonesia begitu saja. Akhirnya Danish menolak tawaran istrinya dengan alasan pekerjaannya jauh lebih penting. Suatu hari, Abel bertemu dengan seorang pasien anak-anak yang harus melakukan transpalasi jantung. Dengan uang yang dimiliki oleh suaminya, Abel membeli peralatan medis untuk transpalasi dan menyeludupkan sebuah jantung ke dalam rumah sakit. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Kira-kira bagaimana reaksi Danish mengenai itu semua?

Chapter 16. Genetika

Sudah beberapa hari terakhir ini, Danish tidak berbicara dengan anggota keluarganya. Ia benar-benar kesal karena keluarganya bertingkah seolah mereka tidak menyetujui hubungannya dengan Abel.

Yang lebih membuatnya kesal lagi, Abel tidak dapat ia hubungi sejak kejadian di restoran malam itu. Padahal, Danish tidak peduli mengenai genetik buruk yang dibawa oleh Abel atau pun sejarah mengenai keluarganya.

Mungkin memang benar jika Abel bisa saja menurunkan gen Alzheimer pada keturunan mereka nanti, tapi ia sendiri juga tidak tahu akan memberikan penyakit genetik apa pada keturunannya. Danish berpikir bisa saja penyakit yang ia turunkan pada anaknya nanti lebih parah dari penyakit yang Abel turunkan.

"Kak... aku boleh masuk ya?" Suara ketukan pintu disusul dengan suara Lusi yang meminta izin untuk masuk mengejutkan Danish. Pria itu tengah mengurus surat rumah yang baru saja ia beli kemarin.

Belum saja Danish mempersilakan Lusi masuk ke dalam kamar, gadis itu sudah membuka pintu dan berlari ke arahnya. "Kak, antar aku ke kampus yuk?" ajaknya.

Danish menoleh beberapa saat ke arah Lusi. "Lo kan punya mobil, lo juga punya sopir. Ngapain minta antar gue?" tanya Danish tidak terima.

Lusi melipat kedua tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya ke depan. Tanpa sengaja, Lusi melihat sebuah kertas bertuliskan "Akta Jual Beli Rumah" di hadapan Danish.

"KAKAK BELI RUMAH?!!" teriak Lusi tidak percaya dan mengambil kertas tersebut secara paksa.

"Gak usah teriak Lusi, jangan sampai Mama sama Papa tau. Kakak beli rumah ini buat Abel, dan Kakak beli rumah ini pakai uang tabungan Kakak sendiri," jelas Danish secara singkat.

Lusi kembali mengembalikan kertas yang dipegangnya kepada Danish dan berjalan memutar menuju pintu.

"DON'T TELL ANYTHING!!" teriak Danish pada adiknya.

Mendengar teriakan tersebut, Lusi menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menghadap sang kakak. "Kalau Kakak emang sayang sama Kak Abel, aku bakal dukung Kakak asalkan Kak Abel gak bikin Kakak sakit hati," ucapnya.

***

Abel tampil dengan tatanan rambut yang sedikit berbeda hari ini. Ia sengaja mengikat rambutnya dan menyisakan beberapa helai rambut di depannya.

"Dokter Abel," panggil Adinda yang berjalan ke arahnya dengan diikuti oleh seorang pria yang asing di mata Abel.

"Selamat pagi Dokter Adinda," sapa balik Abel dengan senyuman. Tanpa Abel sadari, saat dirinya tersenyum, pria yang ada di belakang Adinda ikut tersenyum kepadanya.

"Dokter Abel, ini ada Dokter Firman. Dia dokter magang baru di sini dan hari ini akan jadi asisten Dokter Abel," jelas Adinda. Begitu namanya diperkenalkan kepada Abel, Firman mengulurkan tangannya dan dengan cepat Abel pun menjabat tangan Firman.

Abel memberikan setumpuk berkas pasien kepada Firman dan meminta pria itu untuk mengikutinya. "Karena pasien kita hari ini anak kecil, tolong dipelajari dengan baik dan jangan terlalu serius saat berbicara dengan pasien," pinta Abel.

"Wow, 23 kali ke rumah sakit dan semua dokter mendiagnosis dia karena asma. Kenapa orang tuanya tetap bawa dia ke rumah sakit ini?" tanya Firman bingung setelah membaca sekilas berkas di tangannya.

Abel mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Itu yang akan kita cari tahu sekarang" jawabnya singkat.

Firman dan juga Abel mempercepat langkahnya menuju kamar pasien nomor 2199.

Begitu masuk ke ruangan tersebut, Abel melihat hasil pindaian tubuh pasien di monitor yang tidak jauh di sisi pasien. Begitu melihat hasil pemindaian tersebut, Abel segera berlari menuju pasien dan memeriksanya.

"Hai Charlie, Dokter Abel mau coba periksa kamu dan dengar suara nafas kamu ya," izin Abel pada pasien itu.

Mengetahui bahwa putranya akan diperiksa, Alisa yang merupakan ibu dari Charlie memundurkan sedikit tubuhnya.

Abel memasang stetoskop dan mulai memeriksa Charlie dengan menutup mata. Kali ini ia mendengarkan suara nafas pasien dengan cukup lama sehingga membuat setiap orang yang ada di dalam ruangan menjadi tegang.

"Dokter Abel..." panggil Firman hati-hati.

Abel membuka matanya dan menoleh ke arah Firman. "Jangan ganggu saya Dokter Firman, saya tengah mencoba untuk berkonsentrasi," larang Abel dengan tersenyum tipis.

Beberapa saat kemudian, Abel meminta Charlie untuk duduk dan kembali memeriksa nafas Charlie dengan menyimpan stetoskopnya di punggung Charlie.

Setelah selesai, Abel kembali mengambil data pasien dan membaca riwayat penyakit yang pernah di deritanya.

"Dokter Firman, tolong pesankan saya ruangan operasi sekarang," pinta Abel.

Firman mengernyit. "Kenapa harus di operasi? Bukankah penyakit asma itu sudah biasa bagi anak-anak?" tanya Firman.

"Kejang yang dialami oleh Charlie itu karena serangan jantung, dia bukan menderita asma pada paru-parunya, melainkan asma jantung. Lihat hasil rongten ini," ucap Abel sambil menunjuk monitor. "Jantung pasien terlihat membengkak. Cepat kamu pesan ruangan operasi, sekarang!" suruhnya kembali.

***

Danish turun dari mobilnya dengan mengantongi sebuah bandana kain berwarna coklat di sakunya. Ia berencana untuk memberikan kejutan pada Abel saat ini juga.

Dengan penuh wibawa, ia berjalan memasuki rumah sakit dan berjalan menuju meja registrasi. "Bisa bertemu dengan Dokter Abel?" tanya Danish dengan sopan.

"Maaf, Pak. Dokter Abel saat ini tengah berada di ruangan operasi. Apa Bapak sudah mempunyai janji dengan beliau?" tanya suster tersebut.

Danish menggeleng pelan. Ia memijat pelipisya dan mencoba untuk berpikir.

"Danish Sinatria ya? Pacar Abel?" tanya Nadya yang kebetulan melewati tempat tersebut.

Danish kembali tersenyum. Ternyata ada orang yang mengenalnya di ruamh sakit tersebut selain Mabellia.

"Abel tadi lagi di ruangan operasi, ayo aku antar ke ruang pengamatan. Oh iya, sebelumnya aku Nadya, teman Abel di sini," ucap Nadya yang mulai berjalan dengan dibuntuti oleh Danish.

Sesampainya di ruang pengamatan, Danish melihat Abel yang tengah menjahit jantung seorang anak laki-laki di atas meja operasi.

Melihat hal itu, Danish hanya terdiam di tempatnya dan memerhatikan dengan saksama. Abel sendiri tidak sadar jika ada Danish yang memerhatikannya dari ruang pengamatan.

Tidak lama kemudian, Abel merasa tenggorokannya sangat kering. "Dokter Firman, bisa tolong buka masker saya dan ambilkan saya minum?" pinta Abel mengangkat tangannya dari tubuh pasien.

Firman mengangguk dan segera mengambilkan minum terlebih dahulu untuk Abel. Saat memegangi minuman tersebut dan meminumkannya ke Abel, Firman tidak sengaja menumpahkannya ke baju Abel.

"Ya ampun, maaf, Dok. Saya minta maaf," ucap Firman panik. Ia pun segera mengambil lap bersih dan mengelap dagu Abel yang sedikit basah.

Melihat kejadian tersebut, Danish membelalakkan matanya terkejut. Tanpa ia sadari, tangannya membentuk kepalan secara perlahan.

Karena merasa tidak nyaman dengan pemandangan tersebut, Danish berjalan keluar dari ruang pengamatan menuju ruangan pribadi Abel dan memilih untuk menunggu Abel di sana.

Sekitar 3 jam kemudian, Abel akhirnya selesai mengoperasi Charles. Ia berencana untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak sebelum melakukan operasi dadakan yang lainnya.

"Danish?" panggil Abel begitu masuk ke dalam ruangannya. Ia benar-benar terkejut begitu melihat Danish yang tengah duduk sambil memainkan laptop di meja kerjanya.

"Hai," sapa balik Danish dengan senyuman."Aku punya hadiah buat kamu, bisa ikut aku sekarang?" pinta Danish kemudian.

Abel menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara itu Danish tersenyum picik. "Apa karena Dokter laki-laki yang ada di ruangan operasi kamu tadi?" tanya Danish kembali.

"Bukan itu, Nish." Kali ini Abel mengeluarkan suaranya. "Kamu gak ingat sama kejadian malam itu?" tanya Abel tidak percaya.

Danish berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Abel. Pria itu mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di pipi Abel. "Aku serius sayang dan cinta sama kamu, Abel. Aku gak peduli sama segala kekurangan kamu," ujar Danish sungguh-sungguh.

"Bagi aku, kekurangan kamu adalah kekuatan bagi diri kamu sendiri."

Abel tetap menggeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang terus berurai. "Aku gak mau punya anak yang menderita Alzheimer, Nish..."

"I don't care!" ucap Danish dengan tegas. "Aku gak peduli sama genetika kamu, aku aja gak peduli sama gen aku. Untuk apa aku peduli sama gen calon istri aku?" tanya Danish yang membuat Abel tersenyum.

Tanpa ragu, Abel memegang kedua tangan Danish dan memindahkannya pada pinggul Abel. Lalu dengan cepat ia memeluk Danish dengan erat. "Aku mau menikah sama kamu," bisik Abel tanpa ragu lagi.

คุณอาจชอบ

Me And Psikopat Boy [DEATH]

Avellyn Deidenbell, seorang wanita berumur 23 tahun. Anak dari pemimpin organisasi aliran sesat, Sixcross. Malam setelah pemujaan di ruang bawah tanah, Avellyn melarikan diri dari kejaran anak buah ayahnya. Kedua sahabatnya dibunuh, bahkan nyawanya juga terancam. Avellyn yang lari tanpa arah dan tujuan akhirnya masuk ke The Venetian, sebuah kasino besar dan ternama di Las Vegas. Wanita itu menyembunyikan dirinya di salah satu kamar, tanpa sengaja bertemu dengan Xavier, pria pemilik The Venetian. Xavier dengan senang hati menolong Avellyn, dia menyukai wanita itu dan menganggapnya seperti boneka baru. Keadaan Avellyn yang saat itu terluka parah membuatnya mau tak mau menerima bantuan Xavier. Avellyn dibawa ke mansion milik Xavier, dikenalkan kepada wanita-wanita lain yang tinggal di tempat itu. Avellyn yang sudah menjadi budak kesayangan Xavier mulai berulah, dia membunuh Jhon, salah satu mafioso Mafia Roulette dengan sadis. Sejak saat itu, Xavier mulai membenci Avellyn. Pria itu memberikan tugas kepada Avellyn, mengirim wanita itu ke Texas. Misi yang Avellyn dan Rose jalankan berhasil, mereka membunuh seorang pria yang menjadi incaran Mafia Roulette. Keduanya kembali, tetapi Avellyn terlihat aneh. Wanita itu memegang kepalanya dan mendengar bisikan-bisikan ayahnya. Chip 666, salah satu teknologi dunia yang sangat mengerikan tertanam di tubuh Avellyn. Bukan hanya satu atau dua chip, tetapi ada delapan buah chip. Chip itu tak bisa dilepas, dan Nero menjadi kalut akan hal itu. Avellyn selama ini dikendalikan oleh ayahnya, Avellyn juga sudah menjadi eksperimen Tuan Bill sejak berumur satu tahun. Merasa tak sanggup menangani Avellyn sendiri, Nero segera menghubungi dua orang sahabatnya. Ia mengundang keduanya ke Amerika. Yishuka Nanami dan Kim Chaeri, dua orang gila yang Nero jadikan sahabat sejak remaja. Setelah mendapatkan kabar dari Nero, Chaeri dan Yishuka segera menemui sahabat mereka itu. Mereka tentu saja datang dengan cepat dan tak sabar melihat Avellyn, wadah chip 666 pertama di dunia. Chaeri dan Yishuka mulai membantu Nero, mereka berusaha membebaskan Avellyn dari chip itu dan melawan kehendak Tuan Bill. Selama Avellyn menjalani pengobatan, sudah puluhan kali Mansion Nero mendapat serangan dari Sixcross dan Salvador. Mereka menginginkan Avellyn, dan membuat masalah baru. Namun, masalah kembali menghampiri, Avellyn harus dibawa ke Jepang dan menjalani pemulihan yang lebih baik lagi. Chaeri dan White sepakat akan hal itu, sedangkan Xavier juga memberi izin asal Avellyn segera kembali dalam waktu satu tahun. Tetapi naas, setelah Avellyn kembali Rose sudah tidak ada di Mansion milik Xavier. Avellyn akhirnya kembali dan menjadi budak yang baik. Ia masih mencintai Xavier, dan selalu melayani pria itu dengan baik. Entah itu siang maupun malam, Avellyn selalu melakukan banyak hal untuk sang tuan. Hubungan Avellyn dan Eve juga baik-baik saja, mereka berteman dengan baik dan terbuka kepada satu dan yang lainnya. Tiga tahun di lalui dengan ketenangan, tetapi lagi dan lagi masalah datang. Avellyn dinyatakan hamil dan itu adalah anak Xavier, ia begitu senang tetapi juga ketakutan. Nyawa Avellyn kembali dipertaruhkan, Xavier begitu marah dan menyiksa Avellyn. Pria itu tak menerima kabar kehamilan Avellyn, dia memberi dua pilihan kepada wanita itu. Mati, atau menggugurkan kandungan dan tetap hidup dengan baik. Avellyn yang selamat akhirnya menikahi Ken, sedangkan Xavier terus mencari Avellyn, berambisi untuk membunuh wanita itu dengan tangannya sendiri. Avellyn mengganti namanya menjadi Liliana, seorang putri bangsawan dari Inggris yang menikah dengan pangeran Ken. Ia hidup tenang disana, melahirkan anaknya, dan menghapus bayangan Xavier dengan sempurna. Walaupun berat, tetapi Avellyn berhasil. Ken juga dengan senang hati menerima wanita itu beserta kedua anak yang ada di kandungan Avellyn.

Kinara_Shen_Liem · ไซไฟ
เรตติ้งไม่พอ
5 Chs