Asap mengepul keluar mengudara di balik celah jendela pintu mobil. Tak segera kembali ke sarangnya, singa jantan ini lebih memilih menepikan mobil di sisi ruas jalanan. Jauh dari keramaian, jalan sedikit longgar, tak sempit seperti di gang pojokan sana.
Dia keras kepala, meskipun si supir berulang kali bilang padanya bahwa kembali ke markas setelah pergi jauh adalah hal yang paling tepat. Di sana Mr. Tonny bisa beristirahat dengan nyaman. Namun, pria itu keras kepala. Memilih untuk diam di sini.
"Anda terlalu lelah, Mr. Tonny. Jadi sebaiknya Anda pulang ke rumah." Hwang yang berbicara. Dia mengawal bosnya selepas kembali dari Hawtorn pagi ini. Perjalanan yang singkat, nyatanya dia harus bolak balik dalam satu minggu terakhir. Ini itu diurus seorang diri.
"Hawtorn kacau," katanya tiba-tiba. Hwang adalah salah satu agen D.I.O yang dipercaya olehnya. Ayahnya adalah mantan penembak terbaik, sahabat dekat Mr. Tonny sebelum dia tewas dalam sebuah misi tanpa identitas.
"Ayahku sakit dan penyakitnya semakin parah." Dia mengimbuhkan. Kembali menyesap ujung puntung rokok di sela apitan jari jemarinya. "Dia tidak bisa bertahan lebih lama."
"Anda khawatir keadaan itu juga berimbas pada Hawtorn dan Black Wolf?" Hwang bertanya, pada pria di jok belakang mobil, matanya menatap lewat pantulan kaca cermin di depannya.
Mr. Tonny nampak gusar selepas kembali dari kandang besar utama yang mendidiknya menjadi singa besar dengan kekuatan yang tiada tandingnya. Dia adalah raja 'rimba' yang sesungguhnya.
"Aku berharap dia mati dengan lebih cepat." Mr. Tonny tersenyum aneh. Jawaban yang tidak asing untuk Hwang. Dia pernah mendapat kisah horor dari ayahnya semasa kecil. Katanya, selain dengan perputaran kursi yang sah dan adil, organisasi ini mengangkat bosnya dengan cara yang unik. Membiarkan pendiri sebelumnya mati tanpa mau memberi obat atau merawatnya.
Mereka manusia, tetapi di dalam Hawtorn, hukum rimba ditetapkan. Singa tua tak lagi pantas untuk menguasai rimba. Mati adalah anugerah terbaik yang pantas didapatkan.
"Namun, aku juga berharap dia meninggalkan kabar baik dengan mengatakan bahwa aku pasti punya penerus utama untuk kelangsungan Hawtorn."
Hwang mengendus kekhawatiran yang begitu besar. "Anda khawatir setelah melihat Rumi dan pemuda tadi, Mr. Tonny?"
Mr. Tonny menjauhkan rokok dari sudut bibirnya. Melirik Hwang. Kesimpulan yang sedikit benar. Dia mengawasi Rumi sejak kepulangannya ke sini. Mengejutkan, sebab dia bisa akrab dengan orang asing begitu cepat.
"Rumi hanya anak remaja. Jatuh cinta adalah bagian dari masa pubertas yang dia alami." Hwang mencoba untuk meluruskan. "Namun, Anda tidak perlu khawatir. Hanya Anda yang bisa menikahinya."
Tawa ringan muncul. Kalau berbicara pasal keyakinan, Hwang mirip dengan ayahnya. Pandai mengotak-atik kata menjadi serangkaian kalimat yang begitu indah dan mampu membangkitkan kembali kepercayaan yang ada di dalam dirinya.
"Aku menghargai motivasi itu, Hwang." Mr. Tonny menarik tubuhnya. Condong ke depan, menepuk ringan pundak pria muda di depannya.
Hwang tersenyum tipis. Dia mengenal pak tua ini hampir di sepanjang hidupnya. Dari kecil, dia sudah melihat Mr. Tonny wira-wiri bersama ayahnya.
"Bagaimana dengan Pitter?" tanyanya. "Kau menghantarkan dia pulang kemarin setelah memberikan surat dan dokumen pada Rumi untuk mengubah identitasnya."
Hwang menganggukkan kepala. "Semuanya berjalan dengan lancar. Namun, sampai sekarang, saya belum mendengar Rumi datang dan menemuinya. Pitter terlalu bekerja dengan lamban."
Tawa renyah menyela. "Kau masih membencinya rupanya." Pria itu kembali menepuk-nepuk ringan pundak Hwang. "Ingatlah, jika bukan karenanya, matamu pasti sudah hilang satu."
Hwang mengerutkan keningnya. "Itu salah, Mr. Tonny!" Dia memprotes. Namun, tak berani meninggikan nada bicaranya layaknya orang marah sungguhan. Hanya berani memberi penekanan. "Aku menyelamatkan diriku sendiri." Hwang berucap dengan begitu mantap. Membuat pria tua di belakangnya hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis.
"Aku punya tugas baru untukmu," katanya tiba-tiba. Hwang hanya diam, menunggu tugas apa yang diberikan oleh pria itu padanya.
"Awasi Genta, pemuda yang bersama Rumi tadi dan laporkan apapun itu yang kau dapatkan."
Hwang memutar tubuhnya. Dia adalah mata-mata terbaik dari agen D.I.O, memata-matai pejabat korup, polisi antar negara, penjahat lainnya, bandar narkoba, dan segala macam bentuk organisasi di pasar gelap tanpa meninggalkan jejak yang berarti adalah tugas yang pernah diberikan oleh Mr. Tonny. Semuanya tuntas! Tak ada yang gagal. Bahkan dia rela mengorbankan nyawanya hanya demi mengemban tugasnya. Namun, apa ini? Levelnya seakan turun begitu saja.
"Aku adalah serigala hitam, Mr. Tonny ...."
Mr. Tonny mengangguk. "Aku yang memberi nama itu padamu, why? Kau ingin menggantinya sebagai Red Fox? Yellow Fox? Atau Rainbow?" Pria itu terkekeh. Dia punya selera humor rupanya. Meksipun itu sangat tipis dan minim.
"Black Fox adalah mata-mata terbaik dan profesional dalam organisasi Hawtorn yang berkerja di bawah naungan D.I.O. Memata-matai anak remaja?" Hwang menghela nafasnya. "Mr. Tonny ...."
"Aku belum selesai berucap." Mr. Tonny menyela. Memandang Hwang dengan penuh keseriusan. "Mata-matai dan cari alasan untuk kita bisa membunuhnya. Aku akan membunuhnya."
... To be continued ...