webnovel

bab 22

"Dok apa yang terjadi dengan Anak saya?" tanya Mamah.

"Kami belum menemukan apa penyebab Pasien koma," jawab Dokter.

"Terus saya harus bagaimana?" tanya Mamah.

"Ibu jangan khawatir biar kami yang menanganinya, sementara ini Ibu bersabar saja dulu," jawab Dokter.

"Baiklah," ujar Mamah.

"Kalau begitu saya permisi," ujar Dokter.

Sudah sebulan lebih Adikku terbaring koma tapi belum diketahui juga apa penyebab dia koma, hingga akhirnya Mamah memutuskan untuk tuk merawat Adik di rumah saja agar tidak perlu bulak-balik ke Rumah sakit. Mamah meminta agar Dokter memeriksa rutin Adikku di rumah, dan dengan semua pertimbangan akhirnya Dokter menyetujuinya. Saat Adikku sampai di rumah dia menempati kamar tamu.

"Setiap hari Pasien harus si bersihkan ya Bu," ujar Dokter.

"Baik Bu Dokter, kapan Dokter akan memeriksa Anak saya lagi?" tanya Mamah.

"Saya akan usahakan untuk sering ke sini memeriksa Pasien, ini saya kasih apa yang harus di cek setiap hari kalau terjadi sesuatu segera hubungi saya atau Rumah sakit," jawab Dokter.

"Iya sekali lagi terima kasih atas bantuannya," ujar Mamah.

"Iya sama-sama saya permisi dulu karena harus ke Rumah sakit," ujar Dokter.

"Iya Bu Dokter mari saya antar ke depan," ujar Mamah.

Setelah Adik di bawa pulang aku merasa lega karena kami bisa lebih ketat menjaganya dan tidak perlu lagi bulak-balik ke rumah sakit. Tapi aku merasa aneh semenjak Adikku pulang suasana rumah terasa berbeda atau mungkin hanya perasaanku. Besok hari minggu Mamah akan pergi ke pasar untuk membeli keperluan rumah jadi aku yang mengurus Adik karena libur sekolah, saat aku hendak membersihkan badannya aku mencium bau busuk aku mencari sumber bau itu, ternyata bau itu berasal dari badan Adikku saat aku membalikkan badanya, punggungnya borok dan penuh belatung karena kaget aku langsung terjatuh. Saat aku memeriksa kembali borok dan belatung itu sudah menghilang, saat Mamah pulang aku menceritakannya kepada Mamah.

"Mah tadi saat aku membersihkan Adik punggungnya borok saat aku lihat lagi tiba-tiba menghilang," ujarku.

"Mungkin kamu melamun," ujar Mamah.

"Enggak Mah aku melihatnya dengan jelas," ujarku.

"Sudahlah Nin Mamah pusing kamu jangan menambah beban pikiran Mamah," ujar Mamah.

"Aku enggak bermaksud membuat Mamah pusing tapi aku khawatir keadaan Adin," ujarku.

"Sudah jangan membicarakan ini lagi kamu bantu Mamah saja membereskan ini," ujar Mamah.

Aku membantu memasukkan sayuran ke kulkas setelah selesai aku pergi ke rumah Nenek. Saat sedang berjalan warga sedang membicarakan perihal Makhluk yang meneror kampung ini, ternyata Makhluk itu belum pergi bahkan dia semakin menjadi ternak warga banyak yang di mangsa sehingga banyak yang mengalami kerugian sedangkan Tante Lidia masih belum di temukan semua warga panik dan tidak bisa berbuat apa-apa kami hanya bisa berdoa dan meminta perlindungan kepada Tuhan.

"Tok! Tok! Tok Nek." Aku mengetuk pintu.

"Iya tunggu sebentar," jawab Nenek.

"Nek ini Mamah masak makanan untuk Nenek," ujarku.

"Wah kebetulan sekali Nenek belum masak, sini kamu masuk dulu," ujar Nenek.

"Iya Nek," aku masuk.

"Bagaimana keadaan Adikmu?" tanyanya.

"Belum ada perkembangan Nek tapi aku mengalami hal aneh," jawabku.

"Hal aneh bagaimana?" tanyanya.

"Semenjak Adik pulang ke rumah suasana rumah terasa aneh, dan tadi saat aku membersihkan punggungnya penuh dengan borok dan belatung," jawabku.

"Apakah Mamah kamu tahu?" tanya Mamah.

"Aku memberitahunya tapi Mamah tidak percaya," jawabku.

"Kamu jangan dulu memberitahu apa pun kepada Orang tuamu karena pikiran mereka sedang kacau, besok Nenek ke rumah untuk melihat keadaan Adikmu," ujar Nenek.

Aku pamit pulang karena hari sudah semakin sore, saat sampai di rumah aku bermaksud untuk pergi ke kamarku tapi saat aku melewati kamar yang di tempati Adikku aku melihat seperti ada Orang di samping ranjang Adikku. Saat aku buka pintu tidak ada siapa pun selain Adikku, aku memeriksa ke dalam kamar aku mengecek semua sudut kamar saat aku memeriksa lemari aku meraba-raba semua pakaian yang tergantung aku kaget karena seperti meraba tangan seseorang. Aku mengecek lagi mengibas-ngibaskan pakaian yang tergantung Mamah tiba-tiba datang.

"Kamu sedang apa Nin?" tanya Mamah.

"Tadi ada kecoak di lemari Mah," jawabku karena tidak mau memberitahunya.

"Oh kira ada apa, ayo kita makan malam," ujar Mamah.

"Iya aku mau ke kamar dulu sebentar," ujarku.

"Ya sudah Mamah tunggu di meja makan ya," ujar Mamah.

" Iya Mah," jawabku.

"Nanti pintu kamar Adik jangan di tutup rapat ya," ujar Mamah.

"Iya," jawabku.

Aku menutup pintunya agak terbuka dan langsung pergi ke kamarku setelah itu aku pergi ke ruang makan dan makan dengan Orang tuaku. Suasana di meja makan sangat dingin kami tidak berbicara hanya terdengar suara sendok dan piring yang beradu saat makan, setelah kami selesai makan aku membantu Mamah membereskan meja makan. Saat aku hendak mencuci piring Mamah menyuruhku segera tidur dan Mamah yang akan melanjutkan mencuci piring, aku langsung menuju kamarku namun saat melewati kamar Adikku lagi-lagi ada seseorang di sana, saat aku buka pintu ternyata itu Ayahku.

"Ayah," ucapku.

"Iya Nin ada apa?" tanya Ayah.

"Enggak aku kira siapa," jawabku.

"Kamu kenapa belum tidur?" tanya Ayah.

"Iya ini juga mau tidur, Ayah sedang apa di sini?" tanyaku.

"Ayah hanya mengecek Adikmu, Ayah sedih kenapa Adik kamu belum sembuh juga," jawab Ayah.

"Sabar Adik pasti sembuh, Dokter juga sedang berusaha menemukan penyebabnya kita harus kuat," ujarku.

"Iya kamu cepat tidur besok kan sekolah," ujar Ayah.

"Iya," jawabku.

Saat aku tidur aku terbangun jam 1 pagi aku ingin pipis, aku terburu-buru pergi ke kamar mandi setelah selesai aku melihat kamar Adikku tertutup rapat. Aku membukanya lalu aku melihat ada seseorang di balik tirai jendela aku menghampirinya namun tiba-tiba seseorang itu menghilang, saat aku hendak keluar aku di tabrak dari belakan oleh seseorang sehingga aku terjatuh. Saat aku mencoba bangun badanku terasa sangat berat aku lihat di cermin lemari badanku di duduki Makhluk besar itu aku teriak karena takut.

"Ada apa ini?" tanya Mamah panik.

"Tadi ada Makhluk itu Mah," jawabku.

"Ke mana sekarang Makhluknya?" tanya Mamah.

"Dia keluar jendela," jawabku.

"Ayah coba periksa jendela," pinta Mamah.

"Tidak ada apa-apa Mah," ujar Ayah.

"Kamu yakin?" tanya Mamah.

"Iya Mah aku melihatnya jelas," jawabku.

Orang tuaku membawaku ke kamar dan coba menenangkanku, sepertinya mereka tidak percaya dan menganggap kalau selama ini aku mencari perhatian karena mereka lebih memperhatikan Adikku yang belum tersadar, hanya Nenek yang percaya kepadaku dan aku merasa kalau kondisi Adikku ada kaitannya dengan Makhluk itu.

Next chapter