webnovel

Bukti Kebusukan Moza

"Memang Moza bicara apa sama Mama?" tanya Lionel dengan nada malas.

"Moza bilang kalau kau mau putus dengannya terus kau tinggalkan dia di tampat joging tadi pagi," jawab Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.

"Lio ralat dulu Ma, bukan Lio yang minta putus tapi Moza nya sendiri," ucap Lionel dengan jelas.

"Laki-laki mana sih Ma yang tak capek di ajak bertengkar terus," sambung Lionel.

Mama Farah terdiam sembari terus memandangi putra semata wayangnya itu.

"Mama tahu Lio, sebenarnya akhir-akhir ini kau merasa lelah di hubungan mu," ucap Mama Farah dalam hatinya.

"Heran, kenapa Moza tiba-tiba terus mendesak Lio untuk menikahi nya. Apa karena dia tak mau kehilangan Lio atau ada hal lain," ucap Mama Farah dalam hatinya mulai bertanya-tanya.

"Aku harus selidiki ini," ucap Mama Farah kembali dalam hatinya.

"Mama mau masalah ini cepat selesai, entah kau kembali sama Moza atau tetap putus itu terserah mu Lio. Mama tak pernah mempermasalahkan hal seperti ini pada mu, segala pilihan mu Mama terima kalau itu memang terbaik untuk mu," ucap Mama Farah dengan tenang dan jelas.

"Iya Ma, Lio akan selesaikan masalah ini dengan cepat," sahut Lionel.

"Ya sudah," ucap Mama Farah mulai lega.

"Kau sudah makan belum?" tanya Mama Farah.

"Sudah," jawab Lionel dengan cepat.

"Kalau gitu Mama turun ke bawah dulu ya, mau tidurin Tasya dulu," ucap Mama Farah mulai beranjak dari ranjang Lionel.

"Iya Ma," sahut Lionel.

Mama Farah mulai keluar dari kamar putranya itu, tak lama Ayumi malah datang.

"Maaf pak, saya kesini mau berikan ponsel pak Lio yang tadi Bapak lempar di mobil," ucap Ayumi yang masih berada di tengah-tengah pintu yang masih terbuka lebar.

"Letakkan di meja," sahut Lionel dengan nada ketus.

Dengan cepat Ayumi mulai meletakkan ponsel Lionel itu ke atas meja yang ada di samping ranjang Lionel itu, setelah selesai meletakkan ponsel itu ke atas meja dengan cepat Ayumi keluar dari kamar Lio tak lupa Ayumi menutup kembali pintu kamar bos nya itu.

Sementara itu Lionel kini mulai memejamkan kedua matanya, namun baru saja terpejam tiba-tiba ponsel Lionel berdering.

"Ting ting ting," dering ponsel Lionel.

"Awas saja kalau bukan duit," ucap Lionel dengan nada kesal, kini ia mulai mengambil ponselnya yang ada di meja samping ranjangnya.

"Raymond," ucap Lionel mulai membaca nama panggilan telepon itu, dengan cepat ia mengangkat panggilan telepon dari tangan kanannya juga sahabatnya itu.

"Hah apa?" tanya Lionel dengan nada malas.

"Sudah buka pesan ku belum?" tanya balik Raymond.

"Pesan apa?" tanya Lionel mulai menegerutkan keningnya, ia kebingungan dengan apa yang di tanyakan Raymond padanya itu.

"Coba kau buka, pasti kau belum buka pesan ku," jawab Raymond.

"Tinggal bicara, pakai kirim-kirim pesan segala," gerutu Lionel, kini ia mulai membuka pesan dari Raymon dengan telfon yang masih tersambung.

"Gimana sudah?" tanya Raymond.

Terkihat Raymond mengirimkan beberapa foto Moza dan laki-laki lain berada di tempat hiburan malam juga video Moza dan laki-laki yang sama masuk ke dalam hotel, seketika kedua mata Lionel mulai membesar.

"Kambing," umpat Lionel dengan nada kesal.

Lionel kembali mendekatkan ponselnya itu ke telinganya.

"Dapat dari mana kau?" tanya Lionel masih terkejut dengan foto-foto itu.

"Dapat dari Dion, dia kan yang punya tempat hiburan malam itu," jawab Raymond langsung terbuka dengan Lionel.

"Hah, gila," ucap Lionel makin kesal.

"Bertahun-tahun aku dengannya, tapi tak sekalipun masuk hotel sedangkan laki-laki itu," ucap Lionel terhenti karena sangking tak kuatnya menahan kekesalannya.

Ucapan itu tentu membuat Raymond kebingungan hingga salah tangkap.

"Maksud mu itu apa Lio, kau iri atau bagaimana?" tanya Raymond kebingungan.

"Gila kau," sahut Lionel terus kesal.

"Aku cuma kesal saja, aku sudah menjaga diri, menghargai wanita setinggi langit tapi dia malah begini," jawab Lionel dengan jelas.

"Memang dari awal kan aku sudah bilang, Moza itu bukan wanita baik-baik," ucap Raymond.

"Ah sudahlah, lagian aku sudah putus dengannya. Tak ada urusan lagi aku dengannya," ucap Lionel.

"Bagus lah," sahut Raymond.

"Besok bilang ke security kantor, manusia satu itu jangan di bolehkan masuk. Aku tak mau lihat mukanya lagi," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Siap," sahut Raymond dengan cepat.

Raymond mulai menutup teleponnya, kini Lionel kembali memejamkan kedua matanya.

"Jadi ini alasan kau minta nikah minta nikah," ucap Lionel dalam hatinya.

*****

Esok paginya Lionel sudah bersiap untuk pergi ke kantor, dengan memakai kemeja juga jas kini Lionel mulai turun dari lantai atas menuju ke ruang makan. Mama Farah yang tengah mengoleskan selai ke roti Tasya mulai melirik Lio putra semata wayangnya itu.

"Gimana perutnya sudah enakan?" tanya Mama Farah.

"Sudah Ma," jawab Lionel kini mulai duduk di kursi yang biasa ia duduki.

"Kopi nya mana Ma?" tanya Lionel.

"Bi, tolong buatkan kopi ya," ucap Mama Farah.

"Baik Nya," sahut Bibi dengan cepat, ia yang ada di dapur dengan cepat membuatkan kopi untuk Lionel.

"Perih juga perut ku, pasti ini gara-gara tak makan dari kemarin siang," ucap Lionel dalam hatinya.

Kini Lionel mulai mengambil buah pisang yang ada di hadapannya.

"Om Lio mau kemana?" tanya Tasya semabari terus menatap Lionel.

"Mau kerja Tasya," jawab Lionel.

"Tasya boleh ikut kerja?" tanya Tasya.

Seketika Lionel langsung menatap Tasya dengan tatapan terkejut.

"Tasya di rumah saja ya sama Oma," ucap Mama Farah sembari mengelus-elus rambut Tasya.

Tasya kembali menatap Mama Farah.

"Tasya bosan di rumah terus Oma, Tasya mau keluar eumahy terus kaya Om Lio," sahut Tasya sembari menegrutkan keningnya.

"Kasihan Tasya, jelas lah dia bosan di eunahy terus," ucap Mama Farah dalam hatinya.

Kini Mama Farah mulai menatap Lionel, Lionel melihat tatapan Mamanya membuat perasaan nya langsung tak enak.

"Jangan bilang Lio bawa Tasya ke kantor," ucap Lionel mulai kesal.

"Mama mohon Lio, kasihan Tasya dia bosan di rumah. Maunya sama kamu nak," sahut Mama Farah sembari menegrutkan keningnya.

"Ribet Ma, Lio itu mau kerja Ma bukan mau main," ucap Lionel.

"Tasya kan anak pintar, dia tak mungkin buat ribet. Lagian kan ada Ayumi," sahut Mama Farah terus membujuk putranya itu.

Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.

"Masa Lio bawa bocah ke kantor Ma, yang ada pada mengira Lio punya anak," ucap Lionel semabari mengerutkan keningnya.

"Ya tak apa kan, anggap saja Tasya memang anak mu," sahut Mama Farah dengan santainya.

"Masalahnya Lio belum punya istri Ma, kalau pada mengira begitu kan bahaya," ucap Lionel dengan nada malas.

Next chapter