webnovel

24. Kecemasan

"Dia sudah tidak berisik lagi, dia pingsan! Apa yang harus kita lakukan dengannya? Kita harus menyelamatkan diri kita. Kita harus membunuh dia saja?" ucap lelaki yang satunya.

"Dia tidak pingsan, bodoh! Dia pulas dan tertidur karena kenikmatan merasakan serangan kita tadi. Tidak akan ada yang bisa dia perbuat, dia hanya seorang pelayan murahan saja, istana banyak memiliki urusan yang jauh lebih penting dari hanya mengurusi kegadisan seorang pelayan murahan!" umpat lelaki yang satunya.

"Kita biarkan dia hidup, pelayan semacam dia akan minta jatah dari kita lagi besok-besok, seperti wanita murahan_pelayan istana lainnya. Lihat saja dia akan sering keluar istana dengan harapan bertemu dengan kita nanti," lanjut dari lelaki yang lainnya.

"Kenapa Gabriela tidak datang sampai jam segini? Aku sangat merindukan dia. Siapa nama budak nafsu kita ini, ya? Agar kita mudah mencarinya."

"Persetan dengan Gabriela, yang ini lebih mempesona. Aku tak butuh namanya. Tubuhnya benar-benar sangat indah dan sangat mulus. Sungguh aku tak akan dapat melupakan moment bercinta dengannya ini," ungkap lelaki itu.

"Dia memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa kepadaku. Ayo sekarang kita buang saja di tempat yang sepi. Kalau nasib baik berpihak kepadanya, dia akan bisa kembali ke istana, dan pasti lain hari akan mencari kita dan menginginkan kita tiduri lagi. Haha! Perempuan sok suci saja pada awalnya. Aslinya dia ketagihan, Haha!" balasnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Masyayel masih menangisi nasibnya. Hatinya hancur, tubuhnya kotor dan luruh berkeping-keping karena telah digagahi oleh kedua lelaki jahanam yang mempunyai pikiran dan hati yang sangat kotor dan menjijikkan. Nasib malang tak dapat dihindarkan. Dirinya telah kalah dan dirinya telah rusak dihadapan siapa saja jika tahu akan apa yang telah menimpanya. Dua lelaki kotor telah menodainya.

"Tuhanku, Engkau tidak adil terhadapku. Sedikitpun aku tidak memiliki Kebahagiaan meskipun hanya sisa-sisa saja pun tak ada! Kenapa Engkau takdirkan aku pula merana dalam lingkaran nafsu mereka yang telah mencabik-cabik hati dan juga tubuhku. Aku ingin mati saja dan tak mampu melanjutkan hidupku lagi," gumamnya dalam hati diiringi rasa yang sangat pilu.

Suara hati kecilnya. Jika dia masih diberi kesempatan bernafas dan masih dalam keadaan hidup. Dia akan membunuh kedua lelaki bejat itu! Tukang mengotori pelayan istana dan bisa jadi mencari korban-korban lainnya selain pelayan dan dapat membahayakan banyak keselamatan perempuan Sadrach yang lemah. Seperti dirinya. Dirinya telah lemah tak berdaya.

Dirinya sudah bukan lagi seorang putri yang memiliki kekuasaan. Kandas ... lepas ... terhempas ... itu yang hanya ia rasa. Masyayel hanya bisa meratapi dirinya yang sudah hancur berkeping-keping ini. Dia hanya berharap sisa-sisa saja dari belas kasihan Pangeran Shem, jika masih mau memberinya kesempatan hidup dan sedikit kebahagiaan kepadanya, namun jika suatu saat kebosanan telah melandanya. Ia takkan tahu seperti apa nasibnya. Apakah dirinya akan menemukan hukuman mati seperti status yang ia sandang itu ataukah dirinya akan menjadi yang terbuang dan terlunta-lunta tak tentu arah dan akhirnya akan mati secara perlahan lalu terlupakan? Tragis sungguh sangat tragis, satu-satunya penerus kerajaan Serafin yang meskipun telah runtuh itu. Bila semua itu sampai terjadi.

Dirinya merasa diangkat dengan kasar dan bergerak, berpindah dari posisinya semula. Dirinya telah dibawa okeh kedua lelaki itu entah hendak dibawa ke mana? Mungkin dibuang seperti yang mereka tadi sudah katakan. Dalam keadaan yang masih belum tertutupi selembar kain pun. Masyayel tak dapat melakukan apa-apa. Dia hanya pasrah tak berdaya.

Di istana sendiri telah terjadi kecemasan besar namun harus ditekan menjadi kecil dikarenakan Masyayel adalah sebuah rahasia, jadi tidak mungkin diumumkan tentang hilangnya gadis itu di penjuru istana, gadis itu tak kunjung pulang sampai keadaan telah petang. Paman Elliot diselimuti rasa yang teramat khawatir akan gadis itu, karena dirinyalah yang mengizinkan Masyayel pergi keluar istana sendirian. Jangan-jangan dia kabur? Atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Atau ada faktor yang lain sehingga gadis itu belum datang juga? Akhirnya Paman Elliot memberanikan diri mendatangi Abraham untuk menceritakan berita ini, dengan harapan Abraham bisa membantunya dan menemukannya dengan diam-diam. Beliau tergopoh-gopoh mencari keberadaan Abraham sekarang dan setelah menemukannya, maka paman Elliot segera menyampaikan kecemasannya.

"Panglima Abraham, aku meminta waktumu sebentar, ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Sebelumnya aku meminta maaf, Masyayel keluar istana sejak pagi dan sampai sekarang belum kembali," ucap paman Elliot.

"APA?! Kenapa bisa terjadi, Paman? Kenapa aku tidak diberitahu dulu sebelum dia pergi?" Abraham kaget akan informasi ini.

"Maafkan aku, Panglima Abraham. Dia yang memaksa untuk pergi saat bahan ramuanku beberapa ada yang habis, aku sudah melarangnya dengan keras, tapi dia memaksa," jelasnya disertai penyesalan.

"Aku pikir ulang, bahwa kepergiannya juga tidak begitu jauh dari istana, hanya ke kebun tumbuhan herbal istana, sekitar tiga ratus meter saja dari sini, tapi karena kecerobohanku. Semua ini terjadi. Apa yang harus kita lakukan?" Paman Elliot mondar-mondir kesana dan kemari karena kebingungan.

"Masalahnya dia bukan pelayan sembarangan, Paman. Dia adalah orang spesial bagi pangeran, hanya saja dia menyamar sebagai pelayan. Sedangkan nyawanya setiap saat dalam bahaya dan menjadi incaran? Kita harus menemukannya sebelum pangeran kembali kesini." Abraham menghunuskan pedangnya sedikit marah.

"Kalau sampai tuan Putri tidak ditemukan, maka celakalah kita. Bisa-bisa kita berdua digorok oleh pangeran sendiri." Abraham pun merasa cemas.

"Bagaimana kalau Masyayel sudah tidak nyaman dengan menjadi pelayan selama ini sehingga dia kabur ke wilayah Sefarin? Atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Aku khawatir dengan keadaannya, sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa." Paman Elliot menyesal sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Itulah yang selalu aku takutkan, Paman. Bukankah aku adalah penjaga sang putri? Kenapa Paman tidak memintaku untuk menemaninya atau memantaunya dari jarak jauh? Sekarang kita tidak mungkin membuat pengumuman hilangnya dia, dia adalah rahasia kita bertiga, Paman?"

"Tolonglah aku, Panglima! Selamatkan aku dari bencana ini. Aku takut dihukum mati oleh pangeran, keluargaku pasti sangat sedih." Paman Elliot memegang lengan Panglima Abraham seraya memohon.

"Aku akan berusaha mencarinya sekarang, Paman. Mumpung belum malam. Aku akan pergi dulu mencarinya." Abraham segera berlari dan mencari kudanya. Dia harus segera mencari gadis itu. Jangan-jangan besok pangeran pulang ke istana, mengingat sudah sekian hari beliau belum kembali ke istana ini. Kalau sampai belum ditemukan. Jelas akan berakhir hidupnya juga paman Elliot di tangan Pangeran.

Abraham sendiri tidak tahu harus mencari ke mana, dia hanya berkuda di seputaran istana terlebih dahulu serta menanyakan sosok dan ciri-ciri Masyayel ke setiap orang yang dia temui sebagai usaha untuk menemukannya.

Next chapter