webnovel

Kehilangan Kesempatan

Pangeran Toh Jaya menaruh pedangnya di leher raja. Suasana saat itu menjadi sangat menegangkan. Tania tidak pun mulai merasa takut. Yang ia ketahui di zaman ini orang - orang bisa membunuh sembarangan. Meskipun itu seorang raja.

Pangeran Toh Jaya meminta raja untuk membatalkan perintahnya mengenai pernikahan dirinya yang telah diumumkan di ibu kota. Namun raja berkata bahwa dia melakukan itu karena dia hanya menerima permintaan dari Ken Umang. Jika dia harus membatalkan pernikahan Pangeran Toh Jaya, dia harus membicarakannya terlebih dahulu dengan Ken Umang.

"Semua itu adalah perintah ibu mu, jika kau ingin membatalkannya maka kau harus mengatakannya pada ibu mu", kata Raja.

Tania berusaha membuat Pangeran Toh Jaya tenang. Dan dia meminta sang pangeran untuk meletakkan pedangnya dan menjauhkan pedang itu dari leher raja. Dia mengatakan bahwa dia akan berbicara dengan Ken Umang jika Pangeran Toh Jaya telah menolak pernikahan kerajaan.

"Aku mohon pada mu, jangan lukai yang mulia. Aku berjanji akan memohon pada ibu mu untuk membatalkan pernikahannya", ucap Tania.

Setelah itu, Pangeran Toh Jaya membanting pedangnya ke lantai, lalu meninggalkan kamar raja.

"Aku tidak pernah melihatnya semarah hari ini", kata Tania.

"Ya, dia berubah setelah dia memiliki hubungan dengan Maha Patih. Ketika dia masih kecil, dia sangat baik"

"Benarkah? Kukira kalian berdua adalah musuh sejak kecil" kata Tania.

"Tidak.. sebelum ayah kami meninggal, kami hidup dengan damai".

Pangeran Toh Jaya pergi ke kamar ibunya. Dia berjalan dengan cepat. Maha Patih melihatnya dari ruang kerja nya, lalu dia memikirkan sebuah ide jahat untuk mempengaruhi Pangeran Toh Jaya. Karena dia tahu Pangeran Toh Jaya tidak mau menikah.

"Hmm. Saya punya ide bagus", kata Maha Patih.

Pangeran Toh Jaya tiba di kamar ibunya. Dia masuk ke kamar ibunya dan berlutut di hadapan ibunya.

"Ibunda, tolong batalkan pernikahannya, hamba mohon", kata Pangeran Toh Jaya

"Tidak, itu tidak dapat dibatalkan karena pengumuman telah diumumkan di seluruh Kerajaan Singhasari".

"Tapi hamba tidak ingin menikah, kumohon ibunda, pasti ada cara untuk membatalkannya"

"Maafkan aku anakku, ini adalah waktu terbaik untukmu, kamu semakin dewasa, jadi apa alasanmu untuk menolak pernikahan yang aku atur untuk mu?"

"Aku hanya tidak ingin menikah dengan orang yang tidak kucintai", kata Pangeran Toh Jaya.

Ken Umang mengatakan bahwa cinta akan datang setelah pernikahan karena raja dan ratu tidak saling mencintai sebelum pernikahan tetapi mereka dapat menyadari cinta mereka sekarang, dan kini Ratu sudah hamil.

Pangeran Toh Jaya merasa tidak senang mendengar ibunya berbicara mengenai Ratu, ia meninggalkan kamar ibunya dan dia tampak kecewa dengan ibunya. Lalu Ken Umang berbicara dengan dayangnya.

"Saya percaya ini adalah jalan terbaik untuk anak saya, saya berharap dia akan menerimanya pada akhirnya"

"Saya harap begitu, Yang Mulia"

Di tempat lain, Tania dan Raja berada di pendopo barat. Tania sedang mengajari raja tentang tarian modern. Tetapi raja tampaknya sangat canggung, karena banyak orang yang melihat ke arah mereka.

"Ratuku, bolehkah aku istirahat? Menari seperti ini membuatku merasa sangat lelah", kata Raja

"Ah raja lemah, kamu bahkan bisa menunggang kuda, kenapa kamu tidak bisa menari seperti ini. Kamu harus membuat grup dance", saran Tania.

"grup dance? Apa itu?"

"Ya, di era modern sekarang ini banyak sekali grup dance yang anggotanya ada beberapa anak laki-laki, mereka menari sambil bernyanyi, namanya boy band"

"Jadi, menurutmu aku harus membuat grup boyband?"

"Ya aku pikir itu menarik, anggotanya harus kamu, Mahisa dan Toh Jaya"

Tania.. Tania.. bagaimana dia bisa memerintahkan raja untuk membuat grup boyband.

Keesokan harinya, Raja Anusapati dan Tania pergi ke kamar Ken Umang. Mereka berbicara tentang perencanaan Pernikahan Pangeran Toh Jaya.

"Bisakah kami membatalkannya? karena Pangeran Toh Jaya menolak rencana pernikahan yang kita atur", kata Tania.

"Kita tidak perlu membatalkan rencananya, Toh Jaya harus mengerti dengan keputusan kita",

"Tapi dia menaruh pedangnya di leher raja kemarin", kata Tania.

"Benarkah? maafkan aku, rajaku, maafkan anakku, aku tidak mengajarinya dengan baik"

Raja Anusapati meminta Ken Umang untuk tenang, tetapi jika Ken Umang ingin melanjutkan rencananya untuk pernikahan Pangeran Toh Jaya, dia harus memberitahunya bahwa itu tidak diperintahkan oleh raja karena raja merasa khawatir jika Pangeran Toh Jaya akan menyalahkan raja. Dan Ken Umang berkata bahwa dia akan memberi tahu pangeran bahwa pernikahan itu 100% direncanakan olehnya.

Setelah itu, Raja dan Ratu keluar dari kamar Ken Umang. Kemudian Raja menggandeng tangan ratu sambil berjalan menuju kamar ratu. Ratri melihat mereka dari kamar ratu lalu dia tersenyum. Setelah Raja dan Tania tiba di istana ratu, Tania merasa perutnya ditendang oleh bayinya.

"Tunggu.. tunggu", kata Tania.

"Ada apa ratu?", tanya raja.

"Saya pikir bayi saya menendang perut saya", kata Tania.

"Wah,, saya kira dia senang karena ayahnya menggandeng tangan ibunya", kata Ratri.

"Ah, Ratri, jangan katakan itu, aku merasa malu sekarang".

"Hahaha, tidak masalah ratu ku, saya akan datang ke sini lagi setelah pertemuan". Kata raja.

Di aula pertemuan, Maha Patih berbicara tentang rencana untuk mengirim Pangeran Mahisa ke Kadipaten Kadiri, Mereka telah mendiskusikannya ketika raja meninggalkan istana 3 hari yang lalu. Dia meminta raja untuk memerintahkan Pangeran Mahisa kembali ke Kadipaten Kadiri.

"Pangeran Mahisa memberitahuku tentang itu, tapi aku sudah berdiskusi dengannya, aku akan mengirimnya ke Kadipaten Kadiri setelah Pernikahan Pangeran Toh Jaya".

Tapi tidak ada Pangeran Toh Jaya di aula pertemuan.

"Maafkan saya Yang Mulia, saya rasa sudah terlambat jika kita menunggu sampai pernikahan Pangeran Toh Jaya, di sana ada putra Kertajaya yang siap merebut kembali Kadiri sebagai kerajaan yang merdeka".

Raja Anusapati sulit melepaskan adiknya, namun Kadiri merupakan wilayah penting bagi Kerajaan Singhasari.

"Baiklah, aku akan mengirim Pangeran Mahisa ke Kadiri besok". Kata Raja.

"Saya menerima perintah Yang Mulia dengan senang hati". Kata Pangeran Mahisa.

Pangeran Toh Jaya berjalan sendiri melewati kawasan Kutaraja. Dia ingat masa kecilnya dengan ratu. Mereka bermain petak umpet bersama, menggambar bersama, dan masih banyak lagi. Tapi sekarang dia harus menyerah pada ratu, dan menikahi wanita lain.

"Saya harus menerima bahwa saya telah kehilangan kesempatan untuk membuat Anda tertawa di sisi saya", kata Pangeran Toh Jaya sambil memikirkan ratu.

Tiba - tiba hujan pun turun. Pangeran Toh Jaya berjalan di tengah hujan. Dia tidak peduli dengan kesehatannya, dia hanya ingin mati hari ini.

Di istana, Pangeran Mahisa sedang mengemasi pakaiannya, Tania membantunya mengemasi pakaiannya.

"Kak, aku mendengar suara hujan"

"Wah, mari kita lihat"

Pangeran Mahisa dan Tania pergi melihat hujan.

"Hhmm,, aku rasa hujan ini ingin membuatmu tetap disini", kata Tania.

Next chapter