webnovel

Berusaha Mencari Uang

Tujuh bulan telah datang, keberdaan Putri yang tiba-tiba saja menghilang bagaikan ditelan bumi itu juga disusul kepergian Agnes tiba-tiba. Randu yang malah bersyukur akan kepergian mereka membuatnya lebih memiliki kesempatan cukup lebar dalam merebutkan Rindu.

"Huh, tanpa repot-repot menyingkirkan ternyata mereka malah menghilang begitu saja. Lega juga aku, dua sejoli anak sama orang tua itu mantap tahu saja kebutuhanku tidak menginginkan mereka. Tapi ngomong-ngomong juga bisa leluasa mendekati perempuan lain maupun Rindu."

Randu yang seusai mandi mencoba menongkrong bersama teman-temannya untuk mencari selah dalam kesenangan, kesederhanaan duduk di bangku dekat pos ronda maupun bercanda ria di rumah kosong mencoba untuk bermain domino maupun membahas mengenai berbagai perempuan dan usaha untuk mendapatkan berbagai cara untuk kaya.

Bukan hal perkara sulit bagi mereka menceritakan hal tersebut, Randu yang juga berambisi bisa kaya mendadak tanpa bantuan orang tuanya mencoba mendengarkan cukup serius. Tak ada kabar lebih seru dibandingkan percakapan perihal kesamaan apa yang ia idamkan.

"Banyak cara bisa kaya, bahkan terbilang enteng."

"Kalau ngepet, terus cari di rumah leluhur, belum juga itu di situs-situs banyak yang mengatakan harus menyertakan tumbal."

"Gini aja, aku punya ide."

"Apa?"

"Buruan."

"Sabar dikit, aku tahu bagaimana caranya mendapatkan uang tapi yang jelas ada beberapa syaratnya."

"Randu akan menuruti semua syaratnya asalkan benar menghasilkan."

"Pasti kok, Ran. Secara dengan banyak uang itu semua cewek bakalan mudah dipepet dan tentunya bisa membeli semua yang diinginkan."

"Bener juga sih, tapi coba Randu cari uang buat beli itu minyaknya."

"Siap deh."

Tak lama dengan menongkrong bersama teman-temannya Randu pun mencoba menghubungi omanya yang di luar kota untuk mengirimi beberapa uang agar bisa membeli minyak sesuai keinginan ambisinya memiliki uang tetapi kejadian tidak mudah ditolong dan malah mendapatkan kemarahan yang membeludak.

Tak ada jalan ide lainnya Randu itupun merebahkan diri sembari mengelus-elus cincin merah delimanya, disaat itu juga Rindu menghubungi.

Rindu : Malam

Randu : Malam juga, ada apa? Kangen ya?

Rindu : Aku mau bicara serius

Randu : Tentang perasaan ya? Udah deh, aku itu sayang banget sama kamu. Secara juga kan Randu sudah berulang-ulang jika memiliki rasa sangat istimewa buat kamu Rindu

Rindu : Bukan itu, lagian maksudnya aku bilang begini bukan membahas hal itu

Randu : Lalu? Jangan bilang gak sabar mau liburan ya? Secara kamu sebelum bilang itu sudah ada di hati dan semuanya pakai hati untuk kamu

Rindu : Gak usah GR, aku cuman mau nanya kok udah tujuh bulan Putri tiba-tiba gak ada kabar. Apa kamu gak khawatir sama dia? Kamu tahu dia di mana?

Randu : Buat apa khawatir? Lagian itu juga kemauan dia tiba-tiba menghilang, aku juga gak ada sebuah ikatan apapun dengan Putri. Sudahlah sekarang yang terpenting bukan itu, melainkan bagaimana serunya kita berdua nanti akan liburan bersama-sama

Rindu : Pokoknya aku tidak mau semuanya akan berimbas ke aku, cobalah untuk menjadi seorang laki-laki bertanggung jawab. Bagaimana mau menjadi pria tangguh kalau dianya saja tidak bisa belajar menjadi laki-laki bertanggung jawab

Randu : Hal sepele itu mah, pria tangguh itu yang tampan dan tidak kere. Semuanya itu ada di aku, cuma jodoh setia saja yang belum dapat

Rindu : Ya sudah aku mau tidur udah malam

Randu : Ngambek, apa-apa ngambek. Sayang jangan begitu dong, ayo chat lagi jangan marah dong

Rindu yang ketiduran tak sempat membalas kembali pesan dari Randu, malam itu juga tiba-tiba ada sebuah gedoran di luar dari jendela.

Munculnya seseorang misterius dibarengi dengan sebuah bola api lalu lalang di dalam kamarnya, hal itu tak lepas juga dengan suara-suara jeritan kesakitan maupun memanggil namanya.

'Randu... Randu... Jangan kau menggunakan lidahmu dan ambisimu dengan melukai hati para perempuan, kau akan tidak nyaman dengan semua yang telah kamu lakukan selama ini.'

Dari beberapa banyak suara itu semakin kuat tiba-tiba saja munculnya sosok perempuan mengenakan daster putih dan menampakan kedua matanya masih tertancap dengan garpu maupun sabit, Randu yang ketakutan itu membuatnya ketakutan setengah mati.

Cincin merah delima yang dilepasnya saat malam dicoba untuk diraihnya malah justru keliru, tangan super dingin itu menjadi tak karuan.

'Kamu tak akan selamat di dunia ini, kamu akan menderita seumur hidup dan bahkan akhir dunia. Kamu akan menyesal, menyesal dan menyesel. Ha ha ha ha ha.'

Randu yang sembunyi di balik selimutnya berteriak-teriak itupun didengar oleh orang tuanya, papa Dandi yang kesal itupun langsung menarik selimut dan mengguyur air.

"Gila, kalau mau teriak-teriak di sana di hutan. Udah tahu ini jam berapa? Lihat, lihat!"

"Jam dua belas lewat tujuh menit."

"Sudah tahu ini waktunya tidur bukan malah jerit-jerit, jadi anak laki-laki itu jangan cewek. Lembek tahu gak?"

"Pa, sudahlah kasihan Randu anak kita kedinginan. Mungkin saja anak kita itu sedang mengigo, kayak papa dulu. Sudah sekarang papa dan Randu tidur sama papa, biar mama tidur di sofa saja lagian juga kasurnya basah."

"Gak usah, ma. Biar Randu saja di sofa atau gampanglah."

Mereka semua yang kembali ke kamar dan tidur itupun masih dirasa ketakutan di diri Randu, dengan bulu kudu masih berdiri itupun dirinya mencoba memasang cincin merah delima tetapi belum juga berhasil.

Saat semuanya sepi dia telah memutuskan untuk tidur, di dalam sebuah mimpinya bertemu dengan para algojo membawa beberapa peralatan untuk mengekusi beberapa orang yang telah melakukan sebuah kesalahan.

Randu yang di dalam mimpi itupun hendak dibawa menuju ke tempat penghakiman, ketika semua telah tercambuk terlihat beberapa tulang maupun terangkatnya daging dalam rantai tersebut.

Ketika semuanya telah sudah dihakimi barulah disaat ia akan dihakimi ada dua orang telah menariknya dan berhasil terlepas dari sebuah penghakiman yang menyiksakan, Randu yang merasakan hal itu semakin terasa membuatnya semakin berkeringat dingin.

Ponsel yang kembali bergetar itu telah membuatnya terbangun, nomer misterius berulang-ulang kali menghubunginya namun hal tersebut membuatnya tidak karuan.

"Sumpah, sumpah, sumpah. Ini sangatlah menyebalkan, semua jadi begini. Orang-orang sangatlah misterius telah meneror aku, apa ini ada hubungannya dengan tante Agnez dan Putri menghilang ya? Tapi gak mungkin juga mereka melakukan hal konyol itu, lagian juga teror ini beberapa hari baruan."

Disamping semuanya telah dipikirkan matang-matang untuk mencoba memberanikan diri untuk melawan semua teror tiba-tiba saja lehernya terasa dicekik sangat kuat, hal itu membuatnya susah bernafas dan langsung cekikan itu menghilang.

Randu yang takut itu langsung berusaha untuk menutup mata erat-erat, sesuatu yang sangat menakutkan juga dirasa Rindh langsung memberikan sebuah kabar.

Rindu : Aku harap kamu baik saja, maaf tadi ketiduran dan semuanya aku harap kamu memaafkan aku

Randu : Gak papa, tenang saja. Makasih sudah datang, maaf aku sangat mengantuk dan lelah mau duluan tidur

Next chapter