webnovel

Menolak

Azura tidak habis pikir dengan Arthur yang masih tidak memiliki urat malu sama sekali. Bukannya pergi dan tak kembali namun malah mengajak Azura untuk memperbaiki hubungan mereka.

"Apa kamu bercanda? Kamu sungguh ingin aku menerima dirimu dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa di antara kita? Di antara kamu dengannya?" tanya Azura yang mencoba meluruskan pemikirannya.

"Aku tidak mau kita berpisah, Azura! Sudah lama sekali kita menjalin hubungan. Apakah tidak sayang jika hubungan yang telah lama kita bangun berakhir seperti ini?" tanya Arthur.

Tentu saja Azura menolak permintaan Arthur secara mentah-mentah. Azura sudah telanjur sakit hati dan itu sudah tidak bisa terobati lagi. Luka hati ibarat sebuah kertas yang diremas lalu dibuka kembali.

Walaupun kertas itu dapat terbuka lebar namun banyak bekas tekukan di sana. Dan seperti itulah hari yang telah dikhianati. Bisa memaafkan namun tidak dengan mengulang kesalahan yang sama.

"Tidak sayang? Bukankah kamu yang menyebabkan hubungan kita berakhir? Aku minta maaf padamu namun aku tidak bisa kembali padamu! Sudah cukup sekali saja aku mengalami pengkhianatan ini. Aku tidak akan mau mengulanginya untuk yang kedua kalinya!" tolak Azura dengan tegas.

Arthur yang ditolak mentah-mentah oleh Azura langsung meraih kedua tangan Azura dan memegangnya dengan begitu erat. Arthur pun kembali meminta kesempatan pada Azura.

"Azura tolong pikirkanlah baik-baik! Aku sungguh ingin memperbaiki hubungan kita! Aku... aku dengan dia sungguh hanya khilaf dan aku tidak akan mengulanginya lagi! Aku berjanji! Aku mohon mari kita kembali seperti dulu," bujuk Arthur yang berusaha keras untuk mengajak Azura kembali bersama dengannya.

Namun sayangnya nasi sudah menjadi bubur. Azura langsung melepas genggaman tangan Arthur karena sekeras apapun Arthur mencoba untuk membujuk Azura, Azura tidak akan mau menerimanya.

"Maafkan aku, Arthur! Tetapi keputusan yang aku buat sudah bulat! Aku sudah memaafkan kesalahanmu tetapi aku tidak bisa mengulang kembali kisah bersamamu! Mungkin jika hanya sekedar berteman kita masih bisa," jawab Azura yang kembali menolak Arthur.

"Tetapi aku tidak mau hanya menjadi temanmu saja. Aku ingin kita kembali seperti dulu! Aku masih mencintaimu, Azura! Aku berani bersumpah jika kamu mau kembali kepadaku aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama! Tolong berikan aku kesempatan!" bujuk Arthur lagi yang tak kunjung menyerah.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak mau! Jika kamu tidak mau putus denganku seharusnya kamu memikirkan hal ini sebelum berselingkuh! Tidak ada gunanya menyesal sekarang karena semuanya sudah terlambat!" jawab Azura dengan tegas.

"Tetapi..."

"Jika kamu di sini hanya untuk mengganggu ketenangan diriku, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini! Aku mau beristirahat!" suruh Azura pada Arthur.

Arthur sungguh keras kepala dan tak mau mendengar apa kata Azura. Akhirnya Azura meminta Arthur untuk pergi meninggalkan dirinya. Namun Arthur masih saja enggan pergi dari sana sehingga membuat Azura semakin emosi.

"Tidak! Aku tidak akan pergi dari sini! Aku akan terus menunggu dirimu sampai kamu berubah pikiran!" bantah Arthur yang enggan pergi. "Aku mohon, Azura setidaknya beri aku kesempatan satu kali lagi saja, oke?" sambung Arthur yang kembali memohon pada Azura.

Azura berdecak kesal karena Arthur begitu bebal dan menyebalkan. Karena Arthur tidak bisa diberitahu menggunakan cara halus akhirnya Azura mengancam Arthur dengan cara kasar.

"Baiklah tidak masalah jika kamu bersikeras! Tetapi jangan salahkan aku jika aku memanggil satpam untuk mengusir dirimu! Satpam! Tolong aku! Ada orang yang hendak memaksa pasien pergi! Tolong! Aku takut! Tolong usir dia!" teriak Azura yang berteriak memanggil satpam.

Arthur tidak menyangka jika Azura sungguh akan memanggil satpam. Dari pada Arthur malu karena diusir oleh satpam akhirnya Arthur mengalah dan memilih untuk pergi.

"Oke berhentilah memanggil satpam! Aku akan pergi sendiri, oke? Aku masih punya anggota tubuh yang lengkap jadi kau tidak perlu memanggil orang lain untuk membantuku keluar! Semoga kamu lekas sembuh!" ujar Arthur yang mendoakan Azura.

Usai mengatakan hal itu Arthur pun pergi meninggalkan Azura di ruangannya sendirian. Azura menghela nafas lega karena ia bisa lepas dari Arthur.

"Ah, akhirnya dia pergi juga! Sungguh menyebalkan bersama dengan pria plin-plan seperti dia!" gumam Azura yang merasa begitu lega.

Tak lama kemudian dokter datang dan masuk ke dalam ruangan Azura. Dokter menghampiri Azura dan tersenyum padanya.

"Azura, kami tidak tahu bagaimana kamu bisa sembuh dengan begitu cepat! Dan karena kamu sudah tidak membutuhkan perawatan jadi kamu sudah bisa pulang dan beristirahat di rumah," ujar dokter yang ikut senang dengan kepulangan Azura.

"Benarkah saya boleh pulang? Akhirnya aku tidak perlu menginap lama di rumah sakit! Terima kasih, Tuhan! Kalau begitu aku berkemas dahulu! Sekali lagi terima kasih, Dokter!" jawab Azura yang berterima kasih kepada dokter yang sudah mengizinkan dirinya untuk pulang.

"Kalau begitu selamat beristirahat! Jangan lupa untuk memeriksakan tubuhmu jika kamu mengalami keluhan! Aku harus keluar terlebih dahulu karena aku masih memiliki beberapa pasien yang perlu aku tangani! Hati-hati di jalan, ya?" pamit dokter lalu mendoakan Azura dan pergi.

"Terima kasih, Dokter!" jawab Azura lagi.

Karena Azura sudah boleh pulang jadi Azura segera mengemasi barang-barangnya. Kini Azura sudah mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pulang.

Namun ketika Azura sudah hampir selesai mengemasi dan membereskan barang-barang miliknya yang ada di ruangan UGD tiba-tiba saja ada orang yang datang dari luar UGD menghampiri dirinya ke dalam ruangan UGD.

Azura mengira jika dia adalah Arthur yang enggan pergi dan kembali lagi menghampiri dirinya. Azura menjadi kesal kembali karena ia pikir Arthur masih hendak memaksa dirinya untuk memperbaiki hubungan mereka kembali.

Namun Azura tidak melihat wajah orang itu dan langsung saja mengomelinya karena Azura pikir hanya Arthur yang ada di sini selain orang tuanya. Dan jika yang masuk itu adalah kedua orang tuanya juga tidak mungkin karena suara yang terdengar hanyalah langkah kaki seseorang bukannya dua orang.

Jadi dengan kepala yang menunduk karena mengambil barang yang ada di lemari di samping brankar rumah sakit, Azura memarahi orang itu dengan kepala menunduk dan mata dan tangan yang fokus mengemasi barangnya.

"Bukankah aku sudah bilang padamu jika aku tidak ingin kita bersama kembali? Apakah kamu tidak paham dengan apa yang aku katakan?!" marah Azura pada orang yang ia kira adalah Arthur.

Azura pun menoleh ke arah orang itu setelah selesai memarahinya. Betapa terkejutnya Azura sampai membelalakkan bola matanya dengan sempurna ketika melihat wajah orang yang ia marahi. Rupanya dia bukanlah Arthur melainkan orang lain.

Kira-kira siapa orang itu?

TBC...

Next chapter