webnovel

Bagian 4: Kebingungan

Sukma nampak terlihat sudah cantik di pagi itu, dia memang istri idaman bagi Bagas. Bahkan Bagas selalu memuji dirinya tak kala di dandan dan bersolek di depannya, tak jarang mereka berdua mengabadikan foto mereka berdua sambil telanjang dengan kamera ponsel yang sudah ketinggalan zaman.

"Mas Bagas gak kerja mbak?" tanya Yani.

"Mau membetulkan gawai miliknya, tiba-tiba saja layarnya gelap gitu." jawab Sukma.

"Sama mas Iwan saja mbak kalau urusan kaya gitu, dia sudah biasa membetulkan gawai temannya." ujar Yani.

"Memang Iwan bisa?" tanya Bagas.

Tak berselang lama Iwan keluar rumah dan terlihat agak santai dan tidak terburu-buru untuk pergi ke sekolah.

"Mas, kamu gak ngajar?" tanya Yani.

"Kamu itu gak lihat kalendar ya dek, sekarang itu tanggal merah." jawab Iwan dibarengi senyuman.

"Memang kenapa?" tanya Iwan.

"Gini lho mas Iwan, gawai mas Bagas tiba-tiba layarnya mati. Terus kata mbak Yani, mas Bagas bisa membetulkan gawai milik mas Bagas." jawab Sukma.

"Oh, ya sudah saya cek dulu. Kalau bisa, mungkin nanti sore sudah bisa di pakai lagi." jawab Iwan.

Kemudian Iwan mengambil gawai yang dipegang oleh Bagas, sementara Bagas sendiri pergi ke tempat kerja yaitu jadi tukang angkat barang di pabrik yang agak jauh dari Kontrakan.

"Ya sudah ya Iwan, saya nitip gawai saya." ujar Bagas.

"Baik mas." timbal Iwan.

Iwan kembali masuk dan segera masuk ke kamar, di coba otak atik gawai milik Bagas, dia sendiri sebenarnya tidak tahu harus bagaimana. Pasalnya kerusakan gawai milik Bagas merupakan kerusakan yang tidak bisa di betulkan oleh Iwan.

Dia coba sambungkan kabel data miliknya untuk melihat isi dari gawai Bagas, matanya terbelalak tak kala melihat folder yang memperlihatkan adanya sesuatu yang mencurigakan. Sebenarnya dia enggan untuk melihat isi folder itu, karena bisa dibilang itu adalah rahasia milik dari Bagas dan Sukma.

Tapi, rasa penasaran nampaknya lebih bisa berkuasa atas dirinya. Dia buka folder tersebut, disana terlihat bagus yang berpose agak seksi dengan memakai celana dalam saja, di belakangnya ada Sukma yang memakai selimut, Iwan tahu kalau mereka sudah berhubungan badan.

Hingga ketika dia melihat gambar berikutnya, matanya terbelalak ketika melihat foto ciuman antara Bagas dan Sukma, kemudian dia melihat bagaimana Bagas menjilati payudara milik Sukma. Seketika itu kemaluan Iwan bangkit, dia semakin penasaran dengan isi folder tersebut.

Rupanya Bagas dan Iwan sempat membuat video singkat ketika mereka berdua berhubungan seks, Iwan dapat melihat mereka berdua tanpa busana. Matanya langsung tertuju pada kemaluan Bagas dan Sukma yang bersatu, terdengar adanya desahan dari bibir Sukma.

"Mas Iwan!!" teriak Yani.

Iwan yang sedang asyik harus terganggu oleh teriakan Yani, dia langsung keluar tanpa menutup laptop miliknya.

"Ada apa?" tanya Iwan.

"Saluran air macet, jadi bau ke kamar mandi." jawab Yani.

"Oh, sebentar mas kesana." jawab Iwan.

Selagi Iwan membersihkan selokan macet, tanpa diketahuinya Yani masuk ke rumah untuk mengambil air minum. Yani hendak menutup laptop Iwan yang masih terbuka, ketika dia hendak menutup laptop itu tak terhindarkan lagi Yani untuk melihat video yang terhenti.

Walau ragu tapi Yani penasaran akan video tersebut, dia menelan ludah tak kala melihat kejantanan Bagas yang berbeda jauh dengan suaminya. Mungkin kalau dibandingkan dengan milik Rudi juga jauh ukurannya, dia segera memberhentikan video tersebut. Dalam hatinya berkecamuk rasa yang tidak menentu, setelah merasakan kejantanan milik Rudi, Yani seolah penasaran dengan milik orang lain juga.

"Yani, ini sudah selesai." teriak Iwan.

Yani yang kaget segera keluar dari kamar dan membawa secangkir air teh kesukaan Iwan, terlihat Iwan yang berkeringat di pagi itu.

"Mas!" ujar Yani.

Bagas tahu kalau Yani sedang terangsang di pagi itu, tapi dia tidak tahu apa penyebabnya. Yani segera menarik tangan Iwan untuk masuk ke kamar mandi, disana mereka hendak mandi bersama. Mereka seolah tidak menganggap adanya Laras yang ada di kontrakan.

"Mas, aku mau mandi bareng sama kamu." ujar Yani.

Tanpa basa-basi Yani menanggalkan pakaiannya, Iwan yang sama-sama bernafsu melakukan hal yang sama dengan Yani, hingga pada saat Iwan menyentuh bagian payudara Yani.

"Mas, aku lagi pingin." kembali Yani berujar.

Iwan yang sudah tahu akan hal itu segera melakukan apa yang harus dilakukan, saat kemaluan Iwan masuk ke dalam lubang kemaluannya Yani tiba-tiba terasa ada kehampaan yang dia rasakan, dia sendiri merasa bingung dengan hal ini.

Hingga Yani menyadari apa yang dikatakan oleh Rudi ketika bersenggama dengannya, dia masih ingat kalau dirinya tidak akan merasakan kenikmatan lagi ketika bercinta dengan Iwan. Yani menyadari akan hal itu, karena tidak ada desahan yang keluar dari mulutnya, padahal Iwan sudah menggenjot Yani dengan sepenuh tenaga.

"Ahh... nikmat." ujar Iwan.

Iwan tidak menyadari kalau Yani tidak merasakan nikmat bercinta dengannya, Yani merasa tidak menjepit kemaluan Iwan yang keluar masuk kemaluannya.

Sampai setengah jam mereka di kamar mandi, ketika keluar kamar mandi mereka dikagetkan kehadiran Sukma yang ada di hadapan mereka.

"Duh yang mandi berdua asyik sekali rasanya ya?" tanya Sukma dibarengi canda.

"Ah mbak Sukma bisa saja, dulu juga mbak Sukma sama mas Bagas suka begini bukan?" balik tanya Iwan.

"Iya, haha..." jawab Sukma.

Mendengar nama Bagas, Yani seolah kembali ingat akan kemaluannya. Bahkan sekilas tadi dia membayangkan berhubungan intim dengan Bagas, padahal dirinya sedang bercinta dengan suaminya.

Iwan duluan masuk ke kamar untuk memakai pakaian, karena Yani sudah berpakaian sejak di kamar mandi tadi. Dia agak curiga tak kala melihat laptop dan videonya sempat berjalan walaupun hanya beberapa detik saja.

"Mungkin ini yang membuat Yani jadi kepingin pagi-pagi gini." pikirnya.

Pemikiran Iwan disambut senyuman kecil darinya, dia tidak tahu saja kalau Yani sudah lupa akan rasa kemaluannya. Hal ini berdampak pada psikologi Yani yang harus dipuaskan juga, sekarang dia hanya bisa meminta hal itu kepada Rudi yang tentu saja sangat bernafsu kepadanya.

Lamunan Iwan tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara ambulans datang menuju kontrakan yang di tempati mereka.

"Assalamualaikum." sapa petugas ambulans di arah rumah Rani.

"Waalikum salam." sambut Rani.

Terdengar adanya tangisan dari arah Rani, rupanya ambulans tersebut membawa Wahyu yang mengalami kecelakaan kerja ketika di proyek. Yani dan Iwan jelas prihatin akan hal itu, karena apabila Wahyu tidak bekerja bagaimana dengan hidup mereka.

Usia petugas ambulans pergi, Yani bergegas menuju rumah Rani untuk mengetahui keadaan Wahyu.

"Mas, kamu itu yang kenapa gak bisa hati-hati sih? Sekarang kamu pikir buat bayar kontrakan gimana?" tanya Rani agak membentak Wahyu.

"Siapa juga yang mau celaka, lagipula aku akan cepat sembuh." jawab Wahyu.

"Lihat, kaki kiri kamu itu sudah hampir patah! kamu gak dengar apa yang petugas ambulans itu bilang, paling sedikit kamu harus pemulihan minimal 3 bulan." ujar Rani.

Yani yang mendengarkan hal itu nampak iba akan keadaan yang menimpa mereka berdua, dia yang memang dasarnya baik dan polos segera memberi tahu akan hal itu kepada suaminya. Padahal Iwan sendiri bingung harus membantu seperti apa, gajinya tidak sebesar pengajar lain yang sudah lama bekerja.

Bersambung

Next chapter