"Satu," ujarku mulai menghitung.
"Lima detik loh, Shel!" kataku memperingati. Ia terlihat panik.
"Dua."
"Cally!" jawab Shela. Aku kembali terkejut lalu tertawa keras. Hahaha ... Orang-orang ini ternyata pilih kasih ckckck. Tidak ku sangka ternyata mereka semua bodoh. Dan yang lebih bodoh lagi adalah April yang memilih Cally. Jelas-jelas Cally memilih Shela, ia malah masih memilihnya. Haha bodoh.
"Karena kalian udah memilih orang yang kalian sebutin tadi. Sekarang tugas kalian adalah memakan satu sama lain dengan orang yang kalian sebutin tadi," suruhku tajam sambil tertawa. Terlihat mereka semua terkejut denganku.
"Ma-maksud loe apa?" tanya April.
Aku menoleh ke arahnya, lalu menjawab pertanyaannya itu, "Ya, kalian harus saling makan memakan daging teman yang tadi kalian pilih. Contohnya seperti ini, tadi kan Cally pilih Shela, dan sekarang Cally harus memakan tubuh Shela."
"LOE UDAH GILA, CUPU!" teriak Cally. Ku arahkan pandanganku kepada wanita menyebalkan itu, ia terlihat sangat ketakutan.
"Gue? Gila? Masalah buat loe? Bukannya loe yang ngebuat gue kayak gini?" tanyaku. Dia terlihat terdiam.
"Gue kayak gini karena perlakuan kalian sama gue. Setiap hari kalian membully gue. Loe tau gak kalau setiap pulang sekolah nyokap gue selalu nangis karena keadaan gue yang babak belur? Gak tau kan? Kalau loe yang ada di posisi gue, apa yang loe rasain setelah melihat nyokap loe menangis karena hal itu? Hah?" Mereka hanya menatapku dingin.
"Kalian itu seperti bangkai. Berbau busuk dan mempunyai aroma yang tajam. Sama seperti mulut kalian yang tajam. Kalian itu gak pernah berpikir pakai otak, kalian itu bodoh, murahan, jalang."
"Gue gak peduli kalau kalian akan ngadu hal ini sama siapapun, gue cuma pengen kalian berhenti membully gue. Kalau kalian berhenti, gue juga akan berhenti melakukan hal ini sama kalian dan jangan harap kalau kalian tetap melakukan hal yang sama, gak segan-segan gue yang akan membawa kalian ke kantor polisi," ancamku.
"Sekarang pilihan kalian hanya dua yaitu memakan teman yang kalian sebutkan tadi atau gue tembak pakai ini," ucapku sambil menodongkan pistol kepada mereka. Mereka menjerit ketakutan.
"Pilih dalam 5 detik sebelum pistol ini memecahkan kepala kalian."
"AMPUN AMPUN, REINA. AMPUN!"
"Lima." Mereka mulai panik.
"Empat." Keadaan di ruangan mulai runyam.
"AAAA ... REINA AKU MOHON AMPUNI KAMI!!!"
"Tiga." Semua yang ada di ruangan ini menangis ketakutan kecuali aku.
"Dua." Mereka mulai meminta maaf dan berjanji tidak akan membullyku lagi.
"REINA AKU JANJI GAK AKAN NGEBULLY KAMU LAGI, AKU JANJI BERIBU-RIBU JANJI!"
"SATU. MASUK!" teriakku kepada seseorang di balik pintu. Tak lama ia pun masuk sembari membawa sebuah kantung plastik. Ya, dia. Kakakku, Kak Stevent. Kak Stevent menaruh plastik itu tak jauh dariku. Ku lihat gadis-gadis itu menangis tak karuan. Aku tersenyum sinis. Apa hanya cara ini yang bisa mereka lakukan?
"Gimana? Apa jantung kalian hampir copot?" tanyaku sambil terkekeh.
"Reina. Gak ada waktu lagi," kata kak Stev. Aku hanya mengangguk.
"Untuk kalian, aku kasih pilihan yang lebih mudah. Apa kalian mau menjawab atau tidak?"
"Aku mau jawab."
"A-aku juga."
"Aku juga." Semua gadis-gadis ini tengah panik maka dari itu mereka menyetujui saja. Aku tertawa.
"Baiklah. Pilih memakan daging teman kalian atau pilih makan sendiri daging-daging itu?" tanyaku dan Kak Stevent pun mengeluarkan beberapa daging di hadapan mereka semua. Terlihat raut wajah mereka yang memasang ekspresi jijik. Aku tertawa.
"Tenang! Bukan daging manusia kok, ini semua perpaduan antara daging sapi dan daging domba. Kalian bisa pilih yang mana aja."
"Loe udah gila, Reina. Kita manusia, kita memakan masakan yang matang. Bukan yang mentah," protes Cally. Aku menaikkan kedua alisku.
"Kalian manusia? Kenapa kalian gak punya hati? Makanan itu cocok untuk manusia yang gak punya hati kayak kalian," balasku. Ku lihat Kak Stev mulai melepas borgol di tangan mereka.
"CEPETAN MAKAN!" bentakku dan mereka pun langsung memegang daging-daging itu. Oh tidak, lebih tepatnya menyentuh daging-daging itu. Dengan kesal aku pun mengambil satu buah potongan daging dan langsung ku masukkan ke dalam mulut Cally. Ia memberontak dan aku terus mencoba memasukkan daging itu. Terlihat air mata Cally mulai mengalir. Dengan tertawa puas aku semakin menekan daging itu untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam mulut wanita sialan itu.
"T-to-tolo-ng!" Terdengar suara Cally yang meminta tolong. Aku tak peduli, aku semakin menekan daging itu.
"GIGIT BRENGSEK!" teriakku dengan emosi. Terasa Cally mulai menggigit daging itu, aku menyeringai.
"MAKAN DAGINGNYA MAKAN!"
Dan tak butuh waktu 15 menit akhirnya daging itu tertelan oleh Cally. Ia mencoba untuk memuntahkannya. Aku menjauhkan tubuhku darinya.
"Kakak bisa bantu aku?" tanyaku kepada kakakku. Ia mengangguk. Lalu aku dan kakakku pun melakukan hal yang sama kepada mereka semua. Menekan daging itu ke dalam mulut mereka hingga mereka menelannya. Oh ya, sebenarnya daging-daging itu bukanlah daging sapi atau domba. Melainkan daging mayat manusia yang sudah membusuk. Kakakku lah yang melakukkan ini semua untukku. Rasanya sangat menyenangkan.
Darah mulai mengalir di sela mulut-mulut mereka yang ku tekan. Mungkin akibat cairan darah dari daging itu atau mungkin mulut mereka mulai terluka. Entahlah, aku tidak tau dan tidak peduli.
Setelah pemaksaan itu selesai, Cally pun ambruk dan pingsan karena kewalahan menahan daging itu. Dan kaki kananku pun bersinggah di kepalanya. Sedangkan yang lainnya mencoba untuk mengeluarkan kembali daging-daging yang mereka makan.
"Denger baik-baik. Daging yang kalian makan itu adalah daging mayat manusia yang udah membusuk," ungkapku sambil tertawa. Ekspresi wajah mereka terkejut dan semakin keras mencoba untuk mengeluarkannya. Aku terkekeh.
"Sekeras apapun kalian muntah, daging itu gak akan pernah keluar. Daging itu akan mengacak-acak perut kalian sampai kalian bisa memuntahkannya. Dan RASAKAN ITU!" teriakku dengan perasaan yang sangat puas.
"KALIAN ITU HARUS TERIMA AKIBATNYA KARENA UDAH BERURUSAN SAMA GUE. RASAKAN SEMUA PENDERITAAN ITU. GUE MERASA PUAS, MERASA MENANG DARI KALIAN!" teriakku dengan keras. Aku sudah meluapkan kekesalanku kepada mereka walau pun tidak sepenuhnya. Ingin rasanya melakukan sesuatu yang lebih daripada ini, tapi aku rasa semua ini sudah cukup untuk membalaskan rasa dendamku. Semua ini sudah seimbang dengan apa yang mereka lakukan padaku. Intinya mereka sudah tersiksa.
Memakan daging busuk akan membuat penderitaan mereka lebih lama, mungkin akan dapat mengakibatkan kematian. Setelah ini aku akan pergi jauh dari mereka sebelum mereka melaporkanku kepada pihak berwajib. Kakakku telah menyiapkan tiket untukku kabur ke luar negeri, aku dan kakak beserta orang tuaku akan segera meninggalkan tempat menjijikan ini. Aku tak ingin terus menerus tinggal di tempat yang membuatku tersiksa.
SELESAI!!!
***
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.