11
…
Ah, calon mantan
kontrakan. Huh, gue pasti bakalan kangen suasana
di sini, walau tempat tinggal gue yang sekarang
jelas lebih wowdaripada ini.
"Heem, kenapa? Nggak usah turun kalo nggak
nyaman," jawab gue saat melihat raut ragu di
wajah Malvin.
"Bukan gitu, tapi ... ini kecil banget," bisiknya,
sementara gue tertawa pelan mendengarnya.
Gue menepuk bahunya pelan, sebelum turun dari
mobil dan melenggang menuju rumah kontrakan
gue. Lalu merogoh tas untuk mengambil kunci dan
membuka pintu.
Gue belum mengembalikan kunci, karena sesuai
janji, gue akan mengemas barang hari ini.
"Ini ruangan bahkan lebih kecil daripada kamar
gue, Kak," ujarnya, yang entah sejak kapan itu
anak ikut masuk.
Ya memang begitulah. Begitu masuk, maka akan
langsung disuguhkan dengan ruang televisi yang
juga menampilkan sebagian dapur. Karena tidak
terlalu besar, maka hampir semua isi kontrakan
terlihat. Berhubung kamar memiliki pintu, jadi
tetap privasi.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com