Saat Kenzo menuruni anak tangga, Kenzo malah melihat istrinya dan asistennya sedang asik bercengkrama.
Mata Kenzo membulat sempurna, saat melihat penampilan Niken, ternyata Niken belum juga mengganti pakaiannya.
"Ekhem!" Kenzo berdehem, agar mereka berdua bisa mendengar dan sadar akan kehadirannya.
Niken langsung menundukan kepalanya sama hal nya dengan Rian.
"Sedang apa kalian?" Kenzo berjalan menghampiri mereka dan duduk di sofa mahalnya.
"Anu, tadi saya cuman menyampaikan apa yang Tuan perintah," Rian mengangkat kepalanya.
Kenzo menganggukan kepalanya dan mengangkat halisnya satu
Tatapan Kenzo beralih kepada sosok istrinya yang masih menundukan wajahnya.
"Kenapa masih di sana, bukanya kamu punya telinga untuk mendengarkan apa perintah ku?" Ujar Kenzo dengan suara datar.
Niken meremas ujung bajunya dan perlahan mengangkat kepalanya dan menatap ke arah suaminya itu.
"Maaf, aku akan secepatnya bersiap-siap!" Niken langsung beranjak dari sana dan menaiki anak tangga.
Namun, saat Niken akan menaiki anak tangga yang kedua, ia tiba-tiba merasa sangat pusing hingga mengakibatkan dirinya sedikit terperanjat ke batas anak tangga.
Kenzo dan Rian sontak membulatkan matanya, saat melihat pemandangan itu.
Namun, saat Kenzo akan menghampiri Niken, Niken keburu kembali bangkit dan melanjutkan jalannya.
Kenzo hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam.
"Kenapa Tuan?" Ujar Rian yang mengikuti Kenzo yang sedang duduk di sofa mahalnya.
"Tidak apa, aku hanya sedikit merasa kasihan saja kepadanya," ujar Kenzo jujur.
"Ya bagus dong, kan Nona Niken adalah istri Tuan, sudah sepantasnya tuan kawatir kepada dirinya," Rian menatap Kenzo yang sedang memijit pelipisnya.
"Ada hak yang belum kamu tau Rian, ini sangatlah penting dan juga berpengaruh besar kepada kehidupan dia," Kenzo menatap ke arah depan dengan tatapan datar.
"Baiklah, saya akan senang hati menunggu anda untuk bercerita!" Rian beranjak dari duduknya, saat melihat Niken yang sudah kembali menuruni anak tangga.
"Tuan," Rian sengaja memanggil Kenzo, karena sedari tadi Kenzo terus pokus kepada ponselnya.
Kenzo menaikan kepalanya dan menatap ke arah Rian.
"Ada apa?" Kenzo menaikan satu halisnya.
Rian memberikan kode menggunakan matanya.
Kenzo mengikuti arahan dari Rian.
Ternyata Niken sudah hadir di sampingnya dengan menggunakan pakaian yang tadi.
"Kenapa Tidka berganti pakaian?" Ujar Kenzo sambil bangkit dari duduknya
"Em, anu. Tak apa kan jika aku hanya menggunakan pakaian seperti ini, baju ini juga tidak jelek?" Niken menundukan kepalanya
Kenzo menarik napasnya dengan sangat dalam dan membuangnya.
Agar ia tak terpancing amarah.
"Ya sudah, ayo kita pergi, hari sudah mulai siang!" Ujar Kenzo langsung menarik pergelangan tangan Niken.
Niken yang hanya bisa pasrah saja saat Kenzo menarik tangannya.
Padahal ia masih sedikit merasa sakit di bagian kaki dan juga tangannya.
Sehingga Niken sedikit teresok saat mengikuti langkah suaminya itu.
Di sepanjang perjalanan, Niken tidak mengeluarkan sepatah katapun, sama halnya dengan suaminya dan juga Rian. Mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
Sedangkan di rumah sakit.
Bella sudah sangat segar, bahkan lebih segar dari kemarin, Bella sedari tadi terus saja tersenyum karena mengetahui jika Kenzo akan menemuinya hari ini.
Dengan keadaan yang masih sulit bergerak, Bella memoles wajahnya menggunakan bedak untuk terlihat lebih pucat. Bella ingin melihat bagaimana reaksi Kenzo, jika melihat Bella dengan wajah yang sangat pucat.
Mereka bertiga berjalan dengan sangat anggun, bahkan Kenzo terlihat seperti pangeran kerajaan saja dengan pakaian yang ia pakai.
Namun tidak dengan Niken, seharusnya istri seorang Kenzo itu harus mengikuti cara berpakaian suaminya, namun Niken, ia memilih memakai pakaian yang sangat sederhana dan juga simpel.
Rian mengikuti langsung Tuan dan Nonanya yang sedang berjalan di depan ya.
Pintu ruangan terbuka oleh Rian.
Bella yang mendengar suara pintu terbuka, sontak langsung tersenyum dan menatap ke arah pintu, namun. Perlahan-lahan senyumannya memudar, saat melihat siapa yang ikut serta dengan Kenzo.
Kenzo berjalan menghampiri Bella, sedangkan Niken, ia ikut serta menghampiri bella. Bella menatap Niken dengan tatapan sengit.
"Bagaimanapun kabar kamu Bella?" Ujar Kenzo seraya menatap Bella dengan tatapan datar
Bella langsung tersenyum karena mendapatkan perhatian dari sang pujaan hati.
"Aku baik-baik saja, namun ya seperti yang kamu lihat," Bella menundukan wajahnya.
Kenzo menarik dengan kasar tangan istrinya itu.
Tubuh Niken terperanjat ke arah depan di samping bangkar Bella.
Niken menatap Kenzo dengan tatapan penuh tanya
"Kenapa menatap ku seperti itu, cepat minta maaf kepada Bella!" Ujar Kenzo Dnegan suara datar dan tatapan yang menatap ke arah depan.
"Minta maaf, untuk apa, aku kan tidak berbuat salah apa-apa?" Niken menggelengkan kepalanya.
"Jangan banyak bicara, cepat kamu minta maaf, karena kamu, Bella harus kehilangan anaknya!" Ujar Kenzo dengan suara yang sedikit meninggi.
Bella yang sedang menundukan wajahnya, sontak mengangkatnya dan menatap ke arah Kenzo.
Wajah Bella berubah menjadi lebih pucat, pasalnya ia tak tau harus berucap seperti apa, saat Kenzo nanti akan membahas persoalan anak.
"Hah, anak?" Niken malah bertanya
"Cepat minta maaf, kalo kamu tidak mau minta maaf, biar aku kasih hukuman setelah ini!" Kenzo meremas tangan Niken.
Niken langsung meringis kesakitan.
Dengan mata yang berkaca-kaca Niken pun langsung mengucapkan permintaan maafnya, padahal dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.
Setelah itu, Niken malah langsung berlari keluar dari ruangan Bella dan meninggalkan suaminya.
Padahal Kenzo memanggil namanya, namun. Niken sama sekali tidak mendengarkan.
Saat Kenzo akan mengejar Niken.
Bella malah meringis kesakitan.
"Aws, sakit..." Ujar Bella sambil meringis dan memegang perutnya
Sedangkan Rian, yang tau tabiat Bella hanya menarik nafas dalam-dalam.
Langkah Kenzo berhenti dengan sendirinya saat mendengar rintihan Bella.
"Kamu kenapa, perut kamu sakit lagi?" Ujar Kenzo Sabil mengelus rambut Bella.
Bella hanya bisa menganggukan kepalanya, padahal ia sama sekali tida merasakan apapun.
"Rian, cepat kamu beritahu dokter, jika Bella mengalami sakit di area perutnya!" Ujar Kenzo.
Saat Rian akan meninggalkan ruangan itu, Bella langsung memotongnya dan mencegah.
"Tidak, jangan, aku hanya ingin di temani oleh mu saja Tuan, aku hanya ingin di temani," ujar Bella dengan suara lemah.
Mata Rian mendelik saat mendengar ucapan Bella.
Dengan helaan nafas, Kenzo terpaksa menuruti permintaan Bella.
Sedangkan Niken.
Ia berlari ke arah taman rumah sakit, karena di dadanya terasa sedikit perih, saat kenzo membentaknya untuk meminta maaf kepada Bella.
Namun, tiba-tiba tubuhnya menjadi limbung, kepalanya terasa sangat berat, hingga mengakibatkan ia akan terperanjat ke depan.
Untungnya, ada sebuah tangan yang menahannya.
"Kamu tidak apa-apa kan, kenapa kamu bisa ada di sini?" Ujar seseorang sambil menundukkan tubuh Niken di kursi tunggu.
Niken menatap wajah orang tersebut dan langsung menangis.
"Hiks, bawa aku pergi, aku tak ingin di sini, aku tak ingin hidup hiks!" Niken menangis dengan sangat keras
"Hust, jangan keras-keras, malu tau, masa wanita cantik nangisnya begitu?" Ujar orang tersebut.
"Aku, aku gak mau seperti ini, tolong bantu aku untuk pergi!" Ujar Niken di sela-sela tangisannya.