Seorang gadis bernama Claretta yang terjebak dengan kasih sayang masa lalunya. Ia tak pernah membuka hati pada lelaki manapun selain Brixton. Sejak pertentangan ras putih dan hitam di Geneva, Brixton hilang bagai ditelan bumi. Tak ada lagi kabar tentangnya. Hingga belasan tahun berlalu. Tiba-tiba Brixton selalu hadir dalam Mimpi Claretta bagai memberi isyarat. Pada suatu hari mendekati liburan semester kuliah, Claretta dan kawan-kawannya merencanakan liburan. Mereka memutuskan untuk pergi ke Gunung Cikuray, gunung tertinggi ke-empat di Jawa Barat. Rupanya, telah beberapa tahun terakhir gunung itu menjadi gunung larangan. Tak ada yang berani mendakinya lagi. Darah muda Claretta dan teman-temannya merasa tertantang, mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan hal-hal diluar nalar di gunung itu. Sebuah perkampungan yang aneh. Warganya seakan tak memiliki semangat hidup. Sorot mata mereka dingin dan seperti tak memiliki keinginan. Apa yang terjadi dengan perkampungan itu? Apakah Claretta akan bersama kembali dengan Brixton? Mampukah mereka menyelesaikan misinya? Ikuti selengkapnya, ya ....
Setiap pria dan wanita sukses adalah pemimpi-pemimpi besar, mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka.
- Brian Tracy
****
Sinar matahari yang cerah seakan memperlihatkan keanggunan bangunan-bangunan berdesain eropa abad pertengahan di sepanjang jalan.
Pemandangan yang mampu memikat ribuan pasang mata yang pernah mengunjunginya. Namun, tidak untuk Claretta kecil yang berada di dalam mobil. Ia justru merasa mengantuk dan tak tertarik memperhatikan keindahan sekelilingnya.
Claretta Ariana yang biasa dipanggil Retta ini memang telah sering berkunjung ke kota ini bersama ayahnya, yaitu Crish Ariano dan kakeknya Lucas Ariano. Kota kecil yang memiliki arsitektur eropa abad pertengahan di setiap inchi bangunannya. Kota Geneva yang terletak di Swiss bagian barat laut.
Sekarang Claretta sedang berada di dalam mobil Bugatti Veyron kakeknya. Duduk di pangkuan kakeknya di sebelah ayahnya yang sedang menyetir. Mobil melaju dengan kecepatan cukup tinggi, karena mereka sedang dikejar waktu untuk menghadiri rapat presentasi alat-alat canggih terbaru. Rapat yang diadakan guna memberi bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Nampak tak ada yang menarik bagi Claretta di perjalanannya ini. Sampai akhirnya ketika mobil melewati jembatan penyebrangan sungai Rhone matanya melihat kerumunan orang yang ramai sekali. Ia tertarik tapi tak ingin bicara pada ayah ataupun kakeknya. Ia memilih untuk diam.
Mobil mereka akhirnya memasuki halaman laboratorium CERN yaitu Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir. Dalam bahasa Prancis yaitu Organisasi Europèenne pour la Recherche Nuclèare, halaman laboratorium ini sangat luas dan ditumbuhi rumput hijau.
Mobil berhenti tepat di parkiran dekat pintu masuk gedung laboratorium. Mereka segera turun dari mobil, kemudian Crish menggendong Bellona masuk ke dalam.
Laboratorium ini didirikan sejak tahun 1954 masehi, berada di pinggiran kota barat laut dari Geneva. Tepatnya di perbatasan Prancis dan Swiss dan memiliki anggota dari dua puluh negara di Eropa.
Laboratorium ini memperkerjakan 20.000 karyawan full time, 1500 karyawan paruh waktu dan tak kurang dari 10.000 ilmuwan dan insinyur yang sering berkunjung kesini mewakili universitas mereka bersama para negarawan.
Hari ini diadakan seminar presentasi penemuan-penemuan terbaru yang dipimpin oleh Lucas Ariano. Mereka bergegas memasuki gedung laboratorium dan melesat menuju ruang meeting yang berada di lantai dua gedung tersebut.
Mereka berjalan dengan tergesa menuju ruangan yang terdapat paling belakang di lantai dua ini. Ketika sampai di depan pintu, Lucas menempelkan kartu peserta rapat pada alat di samping pintu tersebut. Lalu pintu pun terbuka dan mereka masuk ke ruangan tersebut.
Di dalam ruangan yang cukup luas itu ternyata telah ada sekitar seratus pengurus utama. Mereka berasal dari organisasi ilmuwan dunia. Duduk di kursi yang disediakan, di hadapan meja panjang berwarna putih alam terbuat dari batu marmer.
Crish mengeluarkan sesuatu dari saku celananya yang bentuknya persegi panjang dengan satu tombol. Lalu, meletakan benda itu di lantai dan menekan tombol pada alat tersebut. Munculah sebuah hologram tempat tidur berwarna biru muda, ia menidurkan Claretta di tempat tidur tersebut. Kemudian, menuju ke kursinya yang bersebelahan dengan kursi Lucas pemimpin CERN.
Acara dilangsungkan dengan gebrakan pertama yaitu Nanocip yang dipresentasikan oleh Prof. Alexander Agamemnon.
"Pada masa dewasa ini, sebagaimana kita tahu para pimpinan memiliki kinerja yang lambat untuk memberi instruksi kepada bawahan. Sehingga penggunaan waktu sangat tidak efisien, maka untuk solusinya kami menciptakan nano chip." Prof. Alexander memperlihatkan sebuah benda kecil di tangannya.
"Cip ini dapat memberi informasi secara cepat dari pimpinan ke seluruh bawahannya. Dengan begitu bawahan dapat langsung mengakses informasi tentang apa yang harus dikerjakannya. Juga cip ini dapat mengoreksi bila bawahan tersebut salah—"
Sementara Prof. Alex sibuk menjelaskan penemuannya dan yang lain sibuk memperhatikan. Saat itu Bellona telah terbangun dari tidurnya, Ia tetap diam dan berbaring di tempat tidur hologramnya tersebut.
"Ayo." Seseorang berbisik kepadanya dan menarik lengannya. Claretta menurut, ia turun dari tempat tidurnya dan mengikuti orang tersebut. Ia merupakan teman baiknya, jika ia berlibur di Geneva, yaitu Arion Agamemnon. Putra dari Prof. Alexander Agamemnon.
Brixton terus menarik lengan Claretta.
"Kita mau kemana, Brixton?" tanya Claretta penasaran sambil terus berjalan mengikuti langkah temannya.
"Ada festival kapal pesiar di sungai Rhone, kita ke sana," jawab Brixton yang masih terus berjalan cepat.
"Baiklah," ucap Claretta kecil.
Claretta dan Brixton memang berteman akrab, meskipun umur mereka berbeda. Sekarang Claretta berusia sembilan tahun, sedangkan Brixton tiga belas tahun. Gadis kecil itu menganggap Brixton seperti kakaknya sendiri.
Keduanya memiliki aliran darah Asia, Brixton berdarah Prancis-Singapura sedangkan Claretta berdarah Swiss-Indonesia. Oleh karena itu wajah mereka tidak percis seperti penduduk Geneva pada umumnya.
"Retta, naiklah!" pinta Brixton pada Claretta setelah ada sepeda terbang miliknya.
Sepeda modifikasi dengan tenaga surya, miliki dua tempat duduk yang memiliki pedal di bawahnya.
"Wah, keren sekali. Apakah ini juga salah satu penemuanmu?" tanya Claretta takjub pada kakaknya itu.
Di usia mudanya itu Brixton mampu menciptakan barang-barang hebat hasil penemuannya. Persis seperti ayahnya yang juga ilmuwan dan penemu.
"Iya, sudahlah. Cepat naik!" Titah Brixton.
Tak membuang-buang waktu, Claretta naik di kursi belakang. Lalu, mereka terbang menjauhi gedung laboratorium tersebut.
Setelah sekitar lima belas menit mereka terbang. Kemudian, Brixton mendaratkan sepedanya di parkiran sepeda.
"Ada apa ini Kak Brixton? Mengapa ramai sekali?" tanya Claretta heran dengan suasana tepi sungai Rhone yang hari ini sangat ramai.
"Hari ini ada festival kapal pesiar tahunan, ayo kita beli makanan khas Geneva yang terbuat dari udang terbaik disini." Ajak Brixton semangat sambil berjalan menuju stand makanan yang berjajar.
Claretta mengikutinya, berusaha mensejajari langkah Brixton yang cepat.
"Tunggu aku, Kak!" teriak Claretta yang tak berhasil mengejar langkah Arion.
"Baiklah," ucap Brixton singkat dan berdiri menunggu Claretta.
Hari itu adalah festival kapal laut yang sering diselenggarakan di sungai Rhone. Sungai yang mengaliri kota kecil ini sangatlah unik. Terdiri dari dua sungai yang berdampingan yaitu Rhone dan Arve. Tapi, airnya sama sekali tidak bercampur. Terlihat dari perbedaan warna yang mencolok antara keduanya.
Pinggiran sungai sangat ramai oleh orang-orang yang ingin melihat festival kapal. Tak ketinggalan stand-stand makanan, mainan dan lainnya ikut meramaikan acara ini. Sementara di sungai sendiri telah ada berbagai jenis kapal yang sangat indah dan menakjubkan.
Para pengunjung ada yang hanya duduk-duduk menikmati keramaian, ada yang sedang membeli makanan, juga ada yang sedang mencoba menaiki kapal yang bisa disewa.
Setelah lelah berkeliling Claretta dan Brixton lalu duduk di tepi sungai sambil menikmati makanan dan pemandangan yang tak seperti biasanya.
"Kapal apa itu, Kak Brixton? Sepertinya unik dan bagus," tanya Claretta ketika melihat satu kapal bertema kerajaan.