webnovel

13. kembali ke aktifitas

Pagi ini suasana dapur rumah Elang nampak hidup. Dua orang wanita Yang kini tinggal di rumahnya, mendadak menjadi chef. Tawa mereka terdengar hingga lantai dua rumah ini. Keseruan kegiatan memasak memang tergambar jelas di sana. Ellea yang menjerit karena cipratan minyak panas, mendapat tawa lepas dari Shanum. Walau mereka dulu bertetangga, namun sebenarnya mereka tidak begitu dekat. Hubungan ini justru tercipta karena kejadian yang tidak diduga sebelumnya, dan akhirnya mereka kini menjadi sahabat.

Suara langkah kaki menggema, menuju dapur karena rasa penasaran yang cukup tinggi. Pria dengan setelan tuxedo, dan chelsea boots hitam, kini berdiri tak jauh dari dua wanita di sana. "Kalian sedang apa?  Jangan sampai dapurku hancur karena ulah kalian. Awas saja kalau sampai itu terjadi." Elang meraih apel di meja dan menggigitnya. Saat ia hendak pergi, Shanum berdeham.

"Eum, sarapan saja dulu. Kami sudah memasak banyak makanan," ucapnya agak ragu. Ellea yang melihat ekspresi wajah Shanum, lantas mengerutkan dahi. Tak lama tersenyum.

"Betul, Pak Ceo. Anda sebaiknya sarapan dulu. Masakan Shanum sungguh lezat." Ellea mendekat ke Elang, dan menggandengnya agar duduk di salah satu kursi meja makan. Awalnya pria itu seperti tidak begitu tertarik untuk sarapan, karena ini bukan kebiasaannya selama ini. Ia lebih suka menikmati kopi hitam dari pada makan berat seperti itu. Namun Elang pasrah dan menurut saja. Karena tak dapat dipungkiri aroma masakan ini benar-benar menggugah selera. Bahkan sejak Elang membuka mata tadi. Dalam hati kecilnya, ia bersyukur, karena rumahnya terasa seperti rumah. Bukan hanya sebuah bangunan mewah dengan dirinya yang tinggal seorang diri.

Suara pertikaian dari Adi dan Gio terdengar makin jelas. Dalam suasana se-pagi ini, mereka berdua sudah berkelahi hanya karena hal sepele.

"Kubalas, kau, lihat saja nanti! " murka Adi dengan tangan kanan menunjuk Gio yang ada di seberang meja makan. Menempatkan diri duduk di samping Elang yang sudah lebih dulu menyantap sarapannya.

"Aku tidak takut padamu, bodoh!" Gio menanggapi santai bahkan terkesan meledek Adi, hingga membuat emosi Adi kembali naik.

"Kurang ajar, kau. Kemari! Akan kurontokan gigimu sekarang juga!" Adi bersiap mendekat pada Gio. Sementara Gio sudah membusungkan dada, menantang Adi.

Meja dipukul keras. Semua orang menatap sang pemilik rumah dengan tegang. Elang beranjak lalu menatap mereka berdua bergantian. Sorot matanya tajam bagai burung elang sesungguhnya.

"Aku sudah selesai," ucap Elang, menyapu sudut bibirnya dengan celemek makan yang tersampir di pahanya. Kursi berderit karena terdorong ke belakang, Elang pergi begitu saja dengan piring yang tersisa sedikit makanan.

"Lihatlah, ini karena ulahmu!"

"Kau yang memulai lebih dulu, idiot!"

Walau dengan berbisik, Adi dan Gio masih saja beradu mulut bahkan saat sarapan. "Aku berangkat sekarang saja!" kali ini Abimanyu tidak berselera makan, dan menyusul Elang keluar.

"Kalian berdua benar-benar.... " Satu pukulan mendarat pada kepala Adi dan Gio karena Ellea.

"Hei ... Memangnya apa salah kami?!" jerit mereka hampir bersamaan.

Sementara Shanum segera mengejar dua pria yang kini sudah sampai halaman.

"Begitulah kelakuan dua pamanmu itu. Tidak pernah berubah sama sekali," tutur Elang, membuka pintu Porsche Cayman putih miliknya.

Abimanyu tertawa kecil menanggapi, ikut membuka pintu samping Elang. Namun sebelum mereka masuk ke dalam mobil, sebuah derap kaki mengalihkan perhatian dua pria dingin itu. Shanum dengan tergopoh-gopoh membawa dua kantung kotak makan.

Saat sampai di dekat mobil Elang, ia menekuk tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada lututnya. Tentu dengan masih memegang dua tas makan berwarna ungu dengan motif polkadot pink.

"Kenapa?" tanya Elang, menatap heran ke gadis itu. Terpaksa ia mendekat dan kini berdiri di samping Abimanyu.

"Huh ... Kalian berjalan cepat sekali. Ini!  Aku sudah membuatkan kalian bekal makan siang." Shanum masih berusaha mengatur nafasnya, dan tentu, menyodorkan dua tas bekal itu pada Elang.

"Kau tidak usah repot, aku biasa makan...."

Bugh!

Belum sempat Elang meneruskan kalimatnya, Abimanyu menyikut perut Elang sambil melotot. "Apa?" tanya Elang, yang benar-benar tidak paham.

Next chapter