webnovel

Desa Fiktif

Pangeran August membubarkan semua kerumunan di sekuat mereka, serta dia memberikan sekantong koin emas kepada pemilik toko. Tentu saja uang itu akan harus diganti oleh Christina karena dia merupakan orang pertama yang membuat masalah, namun untuk sementara ini itu adalah uang milik August karena semakin cepat memberikan kompensasi maka akan semakin baik.

Christina dan Siegfried pergi dari tempat kejadian perkara. Mereka berdua kembali ke sisi raja karena memang sudah menjadi tugas asli mereka untuk mengawalnya. Beberapa saat yang lalu, mereka berdua ikut mencari May karena terlalu menghebohkan saat seorang putri menyelinap keluar dan akan menjadi perkara yang jauh lebih besar jika hal buruk sampai menimpa May

Mereka semua, Naruto, Eriza, May, August, dan Shin duduk di tempat kejadian tadi. Mereka duduk pada kursi yang dikeluarkan Shin dari dimensi penyimpanannya.

Shin tentunya telah memasukkan berbagai barang untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Jadi dia tidak hanya memasukkan senjata, melainkan dia juga membawa kebutuhan sehari-hari. Lagi pula, bukankah sia-sia jika memiliki kemampuan yang bisa membuat lebih simpel namun tidak pernah digunakan?

"Ngomong-ngomong, Naruto, bisa kamu memberitahu konsep dari sihir yang kamu sebutkan tadi? Aku benar-benar merasa sangat penasaran bagaimana kamu melakukannya. Bahkan aku tidak pernah mendengar sihir semacam itu dari Kakek atau Nenek," tanya Shin sambil menatap Naruto menunggu penjelasannya.

Shin merupakan orang yang bereinkarnasi dari dunia modern dan dia sangat tertarik terhadap sihir dan hal-hal apapun yang berhubungan dengan sihir sebagai seseorang yang dari dunia tanpa sihir. Jutsu Kagebunshin seperti ini menjadi hal yang asing baginya, karena dia sama sekali tidak mengetahui konsep dari kemampuan ini.

'Aku hanya bisa menebak jik dia membayangkan dirinya yang lain saat menggunakan sihir itu, tapi ini seharusnya tidak mungkin karena perlu ada konsep lebih lanjut untuk melakukannya,' dalam pikiran Shin.

"Maaf, aku tidak bisa memberitahukannya padamu. Itu merupakan salah satu teknik rahasia dari desa tempat aku berasal. Aku tidak memiliki cukup hak untuk membicarakan tentang sihir ini, dan memerlukan izin dari petinggi desa untuk mencari tahunya." Naruto menolak permintaan Shin dengan lembut.

'Nee-san bilang jangan membicarakan apapun tentang dunia ninja. Aku sangat setuju dengan Nee-san karena aku sendiri akan kerepotan memberikan penjelasan mengenai konsep Ninjutsu yang sangat berbeda dengan sihir.'

Alasan yang diberikan Naruto tentu saja sebuah kebohongan. Lagian, konsep antara Ninjutsu dan Sihir sedikit berbeda yang akan sedikit rumit saat menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan hukum asli dunia ini.

"Begitu, ya. Sayang sekali, padahal aku sangat penasaran mengenai itu." Shin sedikit kecewa mendengar jawaban dari Naruto, namun di sisi lain dia juga menyadari bahwa sihir merupakan tingkat pengetahuan seseorang.

Tidak semua orang mau membocorkan sihirnya begitu saja, terutama jika sihir itu merupakan milik sebuah negara. Level kesejahteraan dari suatu negara bisa dilihat dari level peradaban sihir mereka, bahkan beberapa sihir juga menjadi bagian dari kekuatan militer mereka. Meminta seseorang membocorkan sihir mereka itu sendiri hampir sama dengan meminta seseorang untuk memberitahukan jawaban di kertas ujian mereka.

"Jika sihir itu merupakan sihir asli milik desa asal Naruto, maka kita hanya perlu meminta belajar dari desanya, 'kan?" August tersenyum percaya diri pada Shin.

Niatnya ini sangat murni untuk memberikan penyelesaian pada sahabatnya itu. Dia tidak ingin memasukkan pengetahuan tentang Kagebunshin ke dalam militer mereka, karena dia sendiri juga sadar bahwa sihir ini terlalu berbahaya.

"Ya, aku rasa itu cukup masuk akal." Shin kembali pada Naruto dan mengatakan, "Kalau aku tidak bisa mengetahui tentang sihir itu, bisakah kamu setidaknya mengatakan tentang dari mana kamu berasal? Walaupun akan sukut, seharusnya aku masih bisa melakukan negosiasi dengan mereka."

'Tch, dia lebih ulet dari pada yang aku kira. Semangatnya dalam mempelajari sihir lebih tinggi dari yang aku pikirkan. Tapi karena dia berhasil mendapatkan gelar pahlawan, kekuatannya pasti tidak bisa diremehkan. Aku lebih suka tidak membuat pertarungan dengannya.' Naruto memperhatikan pada wajah memohon dari Shin.

Eriza memperhatikan pada Naruto dengan seksama, sangat menunggu terhadap jawaban yang akan dikatakan Naruto. Selama perjalanan mereka, tidak ada satupun dari Naruto, Anko, maupun Elena yang mengatakan tempat asal mereka, sehingga Eriza merasa sangat penasaran dengan hal ini.

"Kak Eriza, kenapa kamu seperti sangat penasaran dengan masalah ini?" tanya May yang duduk di samping Eriza. Lokasi duduknya yang bersebelahan dengan Eriza, membuat dia dapat memahami saat terjadi perubahan suasana di sekitar Eriza.

"Tidak." Eriza menggelengkan kepalanya sebelum melanjutkan, "Hanya saja, dia belum pernah mengatakan tentang tempat asalnya sejak kami pertama kali bertemu. Aku merasa sangat penasaran tentang dari mana mereka berasal. Sejak awal, kemampuan yang mereka gunakan sangat unik dan tidak pernah kulihat sebelumnya."

"Sangat unik? Memangnya seperti apa kemampuan yang mereka gunakan?" tanya Shin heran.

'Sial! Kami bertiga belum pernah melarangnya untuk tidak membocorkan tentang ini! Selama ini, kami hanya menggunakan alasan "teknik rahasia dari desa" untuk menjawab semua pertanyaannya.'

"Ya." Eriza mengangguk. "Mereka memiliki kemampuan untuk memperkuat tubuhnya, menempelkan kakinya di atas pohon, dan berdiri di atas air. Selain itu, masih banyak lagi kemampuan aneh yang mereka miliki, tapi itu saja yang paling sering mereka lakukan."

"Woah, keren! Mereka benar-benar terlihat seperti seorang ninja. Apa jangan-jangan mereka bertiga adalah ninja sungguhan?" Shin terkekeh setelah mengatakannya itu.

Dia tidak benar-benar serius dalam mengatakannya. Lagi pula, dia juga tahu jika di dunia ini ninja tidak ada. Kebanyakan orang adalah pengguna pedang atau sihir, bahkan Shin tidak pernah mendengar tentang keberadaan dari ninja di dunia ini sebelumnya. Karena ninja tidak pernah terdengar, August, May, dan Eriza bingung dan tidak menemukan maksud dari kata ini.

"Benar, kami bertiga sebenarnya adalah ninja yang sedang mengembara untuk melatih kekuatan. Ini sudah menjadi tradisi di desa kami untuk tetap melahirkan individu yang unggul dan kuat." Naruto membenarkan sambil mengatasnamakan tempat yang tidak ada di dunia ini.

"Eh? Aku hanya bercanda, kau tahu? Aku tidak menyangka jika kamu adalah seorang ninja sungguhan." Shin tercengang mendengar jawaban Naruto.

"Kak Shin, apa itu ninja? May tidak pernah mendengar tentang itu sebelumnya," tanya May.

"Hmm, bagaimana cara menjelaskannya, ya?" Shin memegang dagunya karena dia sendiri juga bingung untuk menjelaskannya. "Intinya, mereka adalah seseorang yang mirip dengan mata-mata. Mereka akan bersembunyi di balik bayang-bayang dan menyergap musuhnya saat lengah."

"Se-Seram …! Aku tidak menyangka Kak Naruto akan melakukan sesuatu yang menyeramkan seperti itu." May menatap Naruto dengan mata yang terlihat ketakutan.

"Kami tidak seperti itu, kamu hanya manusia normal dengan kekuatan sedikit di aras rata-rata," sangkal Naruto terhadap penjelasan Shin yang menjadi hoax.

"Kembali ke pembahasan tadi. Bisakah kamu memberitahu di mana desa asalmu berada?" tanya August.

Bahkan jika dia tidak mendapatkan sihir itu, akan menjadi keuntungan yang bagus bagi Earlshide apabila berhasil membangun hubungan baik dengan desa yang dimaksud Naruto walau tidak ada.

Next chapter