Setelah tragedi singkat yang membawa berkah pada mereka berdua, ketiganya menuju ke salah satu kedai makan tak jauh dari sana. Naruto dan Eriza yang merupakan orang luar sama sekali tidak mengetahui kedai makan ini, namun May yang merupakan penduduk asli ibukota cukup familiar dengan tempat ini, sehingga dia menjadi pemandu mereka berdua.
Naruto dan Eriza hanya mengetahui kedai makan ini dari papan nama bertuliskan "Stone Kiln Pavilion". Yah, mereka juga kurang peduli akan hal itu. Yang penting makan, maka mereka akan kenyang setelah. Dan lagi karena mereka bertiga, suasana di antara mereka tidak terlalu canggung.
Sebenarnya author juga bertanya-tanya, apakah Naruto telah menjadi karakter Harem sekarang? Bagaimanapun di sekitarnya adalah perempuan, sedangkan dia seorang diri merupakan lelaki diantara mereka. Jika saja ini adalah novel romantis, maka Naruto akan benar-benar menjadi protagonis Harem, sudah bukan protagonis Shounen.
"Jadi, May, bisakah kamu memberitahu kenapa kamu ada di sini dan tampak gelisah?" tanya Naruto sambil membuat senyuman ramah, tidak berbahagia, dan meyakinkan untuk dapat dipercaya.
Dia ingin membuat gadis di depannya ini lebih membuka dirinya padanya. Naruto tidak terlalu berharap jika May akan mengungkapkan semuanya dengan mudah, tapi setidaknya dia ingin membuat May mengatakan sedikit hal tentangnya, selain namanya sendiri.
Naruto memang tidak memiliki banyak pengalaman tentang berkomunikasi, selama di Konoha dia paling sering bersama Elena, dan sama sekali tidak memiliki banyak teman. Selain Elena, mungkin dia juga dekat dengan Iruka yang merupakan gurunya dan Sasuke yang merupakan saingannya. Bahkan setelah sampai ke dunia ini, Naruto tidak banyak berbicara dengan para tentara bayaran dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Eriza, anggota kelompoknya, dan Tom yang merupakan penolong mereka.
Kemampuan komunikasi Naruto tidaklah buruk. Di animenya, dia memiliki sebuah jurus rahasia yang author lebih suka menyebutnya sebagai Talk no Jutsu, yang mana kemampuan ini mampu menggerakkan perasaan musuhnya dan membuat mereka tobat. Yah, namanya juga cerita Shounen. Wajar saja jika banyak plot yang mengisahkan tentang usaha, kerja keras, dan kebersamaan.
"Aku sama tidak merasa gelisah sama sekali!" jawab May sambil berteriak dan memukul meja.
Walaupun mereka pergi ke sebuah tempat makan, namun mereka tidak memesan makanan apapun. Namanya juga hidup hemat, kalian tahu sendiri, 'kan, kalau di kafe itu harganya tidak masuk akal untuk anak kos dan generasi milenial seperti Elena dan Naruto.
"Menjawab dengan teriakan, memukul meja secara spontan, dan memakai tudung yang menutupi kepala. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk memberitahu jika saat ini kamu sedang gelisah dan seperti sedang menghindari sesuatu. Bukankah seharusnya ada sesuatu yang perlu kamu katakan pada kita berdua?" Naruto memberikan tatapan pada Mau, mendesaknya untuk memberikan jawaban yang sejujurnya.
"Anu, sebenarnya kita sedang di tempat umum. Bisakah kamu tidak memukul mejanya? Aku rasa itu akan memberikan akibat yang buruk pada kita." Eriza mengarahkan senyuman canggung pada May, mengisyaratkan jika sesuatu yang buruk sedang terjadi pada mereka, sehingga May perlu bersikap lebih tenang.
May memandang pada sekeliling mereka, di mana para pelanggan lain berada di sana. Dia segera menyadari kesalahannya dan berkata, "Maaf! A-Aku tidak sengaja melakukannya!" Sambil menundukkan kepalanya pada mereka semua.
Para pelanggan yang sebelumnya merasa terganggu mengabaikan mereka dan kembali pada urusan masing-masing. Toh, juga, mereka ke sini bukan untuk mengurusi seorang gadis kecil yang membuat beberapa kesalahan. Tidak ada untungnya bagi mereka mengurusi May, dan juga Mau sudah meminta maaf dengan cukup benar pada mereka.
"Oh, iya, kalian berdua. Bagaimana jika aku memesankan sebuah Pai apel? Kalian berdua pasti juga lapar karena saat ini memang waktu makan siang, 'kan?" ucap May memberikan tawaran pada mereka berdua.
Keduanya saling mengarahkankan mata satu sama lain, menunggu pemikiran masing-masing. Keduanya merasa ragu, apakah harus menerima tawaran ini, atau menolaknya secara halus. Tentunya insting mereka yang merupakan penjelajah dan seorang ninja noob merasakan keanehan dan membuat mereka curiga atas tindakan May.
Seorang gadis kecil dengan gelagat yang mencurigakan mencoba untuk mentraktir mereka makan, padahal sebelumnya dia merasa gelisah, mengkhawatirkan sesuatu sampai-sampai gadis itu menabrak salah satu di antara mereka berdua. Bukan hanya itu, gadis tersebut juga mengalihkan topik saat ditanya mengenai asal usulnya, serta tidak memiliki nama keluarga yang sepertinya disembunyikan olehnya.
Jadi, ya, di sana itu tidak seperti di Indonesia, guys. Kalau di Indonesia biasanya seseorang diberi nama acak, di sana itu ada yang disebut nama keluarga untuk menunjukkan dan bisa digunakan untuk melacak silsilah keluarga mereka. Sedangkan, May di sini tidak memberitakan nama keluarganya, dan hanya memberikan nama depannya.
"Fumu, baiklah. Aku rasa itu bukan tawaran yang buruk. Aku menerima tawaranmu dengan senang hati," jawab Naruto disertai anggukan.
Makanan ini mungkin masih tampak asing bagi Naruto yang hidup di Konoha, yang di sana kebudayaannya mirip dengan Jepang sedangkan saat ini mereka berada di kerajaan Earlshide yang lebih kebarat-baratan (Eropa). Akan tetapi, dia lebih memilih untuk setuju dengan menu itu, karena dia sendiri merasa asing dengan menu yang lainnya.
Selain itu karena May memilih menu ini, berarti secara tidak langsung May merekomendasikannya pada keduanya. Dari sini Naruto yakin bahwa, menu yang akan dihidangkan pada mereka berdua cocok untuk dimakan anak kecil, yang pastinya juga cocok untuknya.
Eriza yang melihat Naruto setuju, dia ikut-ikutan menyetujui tawaran dari May. "Ya, aku juga. Lagi pula aku sudah merasa lapar sejak beberapa saat yang lalu." Sambil tersenyum ramah.
'Yah, lagi pula ini adalah sebuah kedai makan umum, bukan sesuatu yang dimasak olehnya secara pribadi. Seharusnya tidak ada racun atau usaha pembunuhan lain yang ditujukan pada kita. Dan jikapun ada, aku hanya perlu melawan balik pada mereka,' batin Eriza.
'Aku memang masih belum mempelajari Sēnnin mode sepenuhnya, tapi aku bisa menggunakan energi alam secara langsung tanpa mengumpulkannya terlebih dulu. Setidaknya aku bisa menghancurkan bangunan ini, yang merupakan prestasi luat biasa untuk ukuran penyihir normal. Semoga saja tidak ada orang yang terlibat, aku tidak ingin menyakiti siapapun dalam prosesnya,' batin Naruto.
"Ba-Baiklah! Kalau begitu aku akan memesankan sebuah Pai apel untuk kita bertiga!" May beralih pada seorang pelayan. "Pelayan! Satu Pai Apel, tolong!"
Naruto dan Eriza memilih untuk tenang dan waspada jika kemungkinan terburuk terjadi. Naruto tidak bisa meremehkan seseorang dari penampilannya, bahkan jika dia tahu bila mayoritas orang di dunia ini jauh lebih lemah dari di dunianya. Namun dalam kemungkinan yang sangat kecil, terkadang sebuah individu unik muncul dan dapat mengagetkan dunia. Inilah yang dikhawatirkan oleh Naruto. Sedangkan untuk Eriza, dia sudah cukup sering menghadapi hewan iblis berukuran kecil namun ternyata cukup sulit untuk dihadapan. Ia juga menyadari jika menilai berdasarkan penampilan merupakan pilihan yang buruk.
Di saat mereka sedang memasang waspada pada May, tiba-tiba mereka berdua merasakan sesuatu yang dingin mengarah pada leher mereka. Keduanya masih belum melihat benda apa itu, namun keduanya merasa bahwa itu adalah sebuah pedang yang siap memenggal keduanya.
"Jangan bergerak! Apa yang kalian lakukan pada Tuan Putri!"