webnovel

Meeting Noctis

"Oke, oke, bisakah kita pergi ke topik pertama sekarang? Aku rasa sudah lama aku ada di tempat ini," minta Elena.

"Baiklah, apa yang kamu inginkan dariku? Aku juga merasa sudah saatnya kamu meninggalkan tempat ini karena tidak terlalu suka bila kamu ada di sini," jawab Ayaka.

"Ugh, entah kenapa jawaban yang kamu katakan terdengar menusuk." Elena mengambil Chibi Kurama dan menggendongnya sebelum melanjutkan, "Tapi, ya, sudahlah. Yang penting, bisakah kamu memanggil Noctis menggunakan jimat pemanggilan?"

Kurama mendongak ke atas pada wajah Elena dan bertanya, "Kenapa kamu menggendongku?"

"Hmm?" Elena menengok ke bawah pada Kurama dengan heran karena dia merasa bahwa yang dilakukannya ini merupakan sesuatu yang normal. "Bukankah sudah jelas? Itu karena kamu memiliki tubuh yang imut dan unyu, jadi aku ingin memelukmu."

Kurama mengalihkan pandangannya pada Ayaka sebelum meminta, "Anu, Ayaka-san, bisakah kamu mengembalikanku ke dalam tubuhnya? Aku merasa tidak aman kalau masih di lingkungan luar seperti ini."

"Mudah saja," jawab Ayaka singkat.

*Tack!*

Ayaka menjentikkan jarinya, kemudian Kurama memudar menjadi kabut merah. Setelah itu, sebuah kertas jimat terjatuh di hadapan Elena.

"Sayang sekali, padahal dia memiliki bulu yang lembut dan nyaman," ucap Elena sambil memperhatikan jimat yang ada di hadapannya.

Jimat tersebut adalah jimat mantra yang digunakan Ayaka untuk membuat proyeksi Kurama sebelumnya. Bentuk dari kertas jimat tersebut hanya persegi panjang dengan beberapa simbol rumit yang tidak dapat dibaca.

'Aku masih tidak bisa membaca tulisan yang ada di jimat itu. Ternyata itu bukan suatu bahasa, tapi lebih seperti simbol dan sama sekali tidak memiliki makna.'

Salah satu kemampuan cenayang Elena adalah Xenoglossy. Kemampuan ini memungkinkan Elena untuk mempelajari sebuah bahasa asing dengan sangat cepat, bahkan jika dia belum pernah melihat bahasa tersebut sebelumnya.

Namun karena kali ini Elena tidak dapat memahami coretan di atas jimat Ayaka, maka itu berarti coretan tersebut bukan merupakan sesuatu bahasa, sehingga kemampuan Elena tidak berfungsi terhadapnya.

"Sudahlah, yang penting aku memanggilkan Noctis ke sini, 'kan? Cepatlah pergi jika sudah selesai." Ayaka mengeluarkan selembar kertas jimat dan mulai menuliskan beberapa simbol aneh padanya.

"Ya, begitulah. Dia mungkin sedang main FF, PUBG, ML, dan sebagainya, jadi aku ingin memanggilnya ke mari dan membuatnya berhenti bermain secara paksa."

'Aku rasa itu tidak akan berhasil. Di desa ini ada WiFi gratis yang sangat kuat, cepat, dan lancar. Dia hanya perlu menyambungkan perangkatnya dengan WiFi di desa ini.' batin Ayaka sambil melirik Elena dan melanjutkan membuat coretan.

Tangan Ayaka bergerak sangat cepat ketika dia menggambar coretan di atas kertas jimatnya. Seperti yang diharapkan dari individu yang telah hidup selama lebih dari 200 tahun. Ia benar-benar telah mengembangkan kemampuannya sampai tahap Grandmaster dan lebih tinggi dari itu.

Setelah selesai mengukir berbagai coretan di atas kertas jimat, Ayaka membuat jimat tersebut melayang dan jatuh di antara Elena dan dirinya. Kertas jimat tersebut melayang dan jatuh dengan sangat pelan sebelum dia menyentuh tanah.

*Boof!*

Asap putih mengepul darinya. Di dalam kepulan asap itu, terlihat sosok Noctis dengan wajah datar dan biasa-biasa saja.

'Wajahnya terlihat datar. Dia tidak marah, yang berarti dia tidak sedang bermain game online sebelumnya. Aku ingin tahu apa yang sedang dia lakukan tadi.'

"Lama tidak berjumpa, Noctis. Bagaimana kabarmu? Sudah dapat teman?" tanya Elena sambil tersenyum ramah.

Noctis mengarahkan pandangannya pada Elena, kemudian menjawab, "Aku masih sama seperti biasa. Jadi kenapa kamu memanggilku? Bukankah kamu bisa datang menemuiku di vila?"

"Yah, jika aku datang ke sana saat kamu sedang bermain game, aku pasti perlu menunggu beberapa lama sampai kamu menyelesaikan pertandingan. Jadi dari pada menunggu, aku lebih suka memaksamu datang ke sini." Elena tersenyum kecil ketika mengatakannya.

"Itu percuma saja. Di desa ini ada WiFi yang kuat, cepat, dan lancar. Aku masih bisa menyambungkan perangkat dengan WiFi di desa ini," jawab Noctis yang merasa disindir karena senyuman kecil di wajah Elena.

"Eh? Memangnya kamu sudah tahu passwordnya?"

"Tinggal tanya penduduk asli desa ini."

"Haha, aku tidak tahu kalau kamu sudah tahu dengan password WiFi di tempat ini. Seingatku kamu belum menyambungkan perangkatmu dengan WiFi di sini." Elena menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Itu karena aku menyambungkannya saat kamu sudah tiada, wajar saja jika kamu tidak tahu. Sudah, cepat katakan apa yang kamu perlukan sampai memanggilku ke tempat ini! Kalau sampai tidak penting, nanti akan aku tunjukkan skill Kumorning Star milikku," kata Noctis datar namun mendesak pada Elena.

Bagaimanapun Noctis masih memiliki beberapa hal yang masih dilaksanakan sebelum dia dipanggil dengan paksa ke mari. Walaupun tidak sangat, akan tetapi dia masih merasa sedikit kesal ketika dia dipaksa datang ke suatu tempat. Ia memang bisa kembali dalam waktu yang sangat instan menggunakan kemampuan dimensinya, tapi tetap saja itu tidak akan mengubah fakta bila dia dipanggil ke tempat ini.

"Aku hanya ingin tahu, apa kamu tahu dunia dengan energi alam yang sangat melimpah? Soalnya aku ingin belajar Sēnjutsu," kata Elena dengan pelan.

Dia sedikit ragu apakah ini termasuk sesuatu yang penting dalam kategori Noctis atau tidak. Ia masih belum pernah mendengar nama skill aneh itu, namun Elena ingin menghindari sebanyak mungkin kekerasan saat berhadapan dengan Noctis.

"Itu saja?" tanya Noctis mengkonfirmasi.

"Ya, itu saja." Elena mengangguk.

*Grab!*

Noctis mengepalai erat tangan kanannya, serta membuat postur seperti akan memukul.

"Tunggu, tunggu, tunggu, jangan memakai kekerasan! Ingat, peace!" Elena mengarahkan jari tengah dan telunjuk pada Noctis.

"Hah, oke, baiklah. Aku tidak akan marah kali ini. Tapi lain kali tolong berikan tugas yang benar-benar penting padaku." Noctis menghela napasnya sebelum menurunkan kepalan tangannya.

"Maaf, deh," ucap Elena dengan berkeringat pada pelipisnya 😅.

Ayaka sejak tadi hanya diam-diam saja dan memperhatikan mereka berdua dari tempat ia duduk. Dirinya terlalu malas untuk ikut campur, dan dia hanya akan mengurusi mereka berdua jika keduanya melibatkan dirinya atau mengancam desa ini.

"Sēnjutsu? Menurut informasi yang kamu chat langsung ke nomor WA-ku, itu merupakan teknik yang memperkuat chakra seseorang menggunakan energi alam sekitar." Noctis memegang dagunya dan melanjutkan, "Jika kamu hanya ingin berlatih itu, kenapa tidak gunakan saja energi supranatural di desa ini? Bukankah itu sama saja dan kebetulan di desa ini memiliki energi supranatural yang memiliki sifat sama dengan energi alam?"

Dijelaskan dalam novel "Pindah ke Desa GHOIB" jika di desa GHOIB itu terdapat energi supranatural yang memungkinkan makhluk hidup di sana menciptakan fenomena magis. Sedangkan energi supranatural itu sendiri kurang lebih sama dengan energi alam. Jadi dari pada jauh-jauh pindah ke dunia lain, akan lebih cepat kalau berlatih di desa ini.

"Sebagai seorang cenayang, aku memiliki daya pikir di level berbeda dari manusia biasa. Jika manusia biasa yang menggunakan energi supranatural di desa ini, maka itu akan baik-baik saja karena tidak banyak. Tapi saat aku yang menggunakannya, aku mungkin akan menguras habis semua energi yang ada di desa ini," kata Elena sambil menatap Noctis, memberitahu jika ini termasuk persoalan serius.

ตอนถัดไป