webnovel

Satu Impostor Telah Tiada

"Harus gue bilang berapa kali?! Gue bukan impostornya!"

Acio tak habis pikir, kenapa semua orang menuduhnya? Bukti tidak ada, hanya melihat dari asal sekolahnya saja. Sependek itukah pemikiran mereka?

Maaf jika Acio tidak sopan, tapi dia tidak terima di tuduh terus-terusan. Apalagi di tuduh sama orang yang membuat lebam di wajahnya.

"Lo ada di samping Mashiho, sementara kita jauh dari dia," ucap Gendra datar.

"Cuma itu?! Gue gak terima ya bangsat, bukti kalian gak cukup tapi seenaknya tuduh gue sebagai impostor!" Balas Acio tak peduli sopan santun lagi, dia marah.

Galaksi menggeram marah, apa-apaan dia...

"Heh sampah masyarakat, gak punya adab ya lo?"

"Bisa di jaga omongannya?" Tanya Aksa dingin, dia jadi terpancing emosi juga mendengar semua yang terlontar dari orang-orang didepannya.

"Gue gak peduli kalian mau cap gue sebagai anak gak punya sopan santun dan lain-lain. Tapi maaf, gue juga punya hati," ucap Acio sarkas.

"Hati lo 'kan udah mati, kerjaannya bikin rusuh doang," kata Galaksi dengan senyum mengejeknya.

Genta bingung, dia bingung harus vote siapa. Kalau Acio... impostor gak akan ketahuan semudah itu, Galaksi juga sama. Kalau Gendra dan Aksa... bukankah mereka terlalu tenang?

"Kakak-kakak, kalian gak khawatir sama yang belum dateng?" Sela Tama dari pintu. Perasaannya tidak enak, dia merasa ada impostor lain di luar ruangan, tapi entah siapa.

"Gak usah buang waktu, langsung vote aja," ucap Galaksi mengabaikan Tama. "Gue vote Acio."

"Apa-apaan!"

"Maaf, Gal. Gue vote lo," kata Genta menunjuk orang yang dimaksud.

"Loh, kenapa gue?!"

"Lo marah-marah terus dengan alasan benci sama anak-anak IHS. Gue sempet diskusi sama Mashiho, dan kita sepakat vote lo kalau Bara kalah."

Aksa mengepalkan tangannya, lalu memukul dinding kuat-kuat hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Skip vote kalau kalian gak punya dugaan kuat."

"Tapi, kak—"

"Genta, kalian harus vote Genta," ucap Nares yang tiba-tiba muncul di belakang Tama.

"Anjir, kenapa jadi gue?!"

"Lo bohong," kata Asahi datar. "Lo bilang, Mashiho dan lo sepakat untuk vote Galaksi... Mashiho gak pernah bilang begitu."

"Sa!"

"Anak kedokteran pasti tau dimana posisi yang pas supaya korban bisa mati dengan cepat," ujar Nares menambahkan, maju selangkah demi selangkah ke Genta.

"Mashiho di leher, Yoshi di kepala. Dari lukanya, mereka di bunuh secara halus dan cepat. Mereka di bunuh pakai pisau yang cuma di miliki sama orang-orang kedokteran, dan gue nemu pisaunya di samping mayat Mashiho," lanjut Nares seraya menunjukkan pisau bedah yang gagangnya di selimuti dengan sapu tangan.

Wajah Genta berubah pucat, keringat dingin bermunculan di tangannya. Semua orang menatapnya tak percaya, seorang Genta yang terkenal ramah... membunuh orang?

"Untung gue gak salah curigain lo juga," kata Galaksi tersenyum puas. "Tunggu apalagi, vote dia sekarang."

"G-gue bukan impostornya!" Bantah Genta panik.

"Penjelasan Kak Nares masuk akal, gue vote Kak Genta," kata Yetfa.

"Gue juga vote Genta," sahut Evan setuju.

Aksa, Gendra, dan Tama menatap satu sama lain, sebelum mengangguk tanda setuju dengan pendapat Nares.

TET...

"Waktu voting habis, sekarang waktunya pembuktian."

Genta pasrah. "Yah, padahal gue masih mau main... tapi gak apa-apa. Maaf dan makasih untuk semuanya. Oh ya, gue kasih tau satu hal... biru."

[CRASH!!!]

Kapak keluar dari dinding, menebas tubuh Genta menjadi dua bagian sama seperti Bara. Acio menahan nafas, wajahnya terkena cipratan darah Genta.

"Gentala Faresta [was] An Impostor"

Dimulai dari situ, mereka semua percaya pada Nares. Karena Nares dapat di percaya, iya 'kan?

ตอนถัดไป