webnovel

Ikatan Cinta Pada Malapetaka

Pada suatu hari sepasang pengantin baru punya keinginan pergi ke suatu tempat untuk menikmati waktu berdua. Mereka adalah Ammar dan Vika yang baru dua minggu melewati masa pernikahan.

Vika : "Sayang, aku ingin mengajakmu untuk menikmati waktu berdua."

Ammar : "Wah, tentu saja aku setuju sayang jika berdua bersamamu."

Vika: "Kalau begitu, ayolah nanti kita pergi menikmati waktu berdua."

Ammar : "Dimana kita menikmati waktu berdua sayang ?"

Vika : "Kita menikmati waktu berdua di lereng gunung sana untuk melihat senja, karena disana tempatnya indah sekali sayang."

Ammar : "Idemu bagus sekali, aku juga ingin melihat senja bersamamu sayang."

Vika : "Okelah sayang kalau begitu kita siap siap dulu nanti kita berangkat."

Setelah melakukan persiapan yang matang, termasuk membawa bekal, dan mengecek kondisi kendaraan serta membawa alat darurat, akhirnya Ammar dan Vika berangkat. Menuju perjalanan ke lereng gunung sepasang kekasih itu menikmati rimbunnya pepohonan dan asrinya pemandangan, hamparan padang rumput dan kicauan burung di pohon pinus menyuguhkan perjalanan yang menenangkan. Saat langit mulai memancarkan sinar kemerahan Ammar pun menghentikan kendaraan di tengah padang rumput yang dikelilingi pepohonan dan bebatuan.

Ammar : "Kita berhenti di sini ya sayang untuk melihat matahari terbenam."

Vika : "Iya sayang, tempat ini luas dan nyaman."

Kemudian aku dan kekasihku turun dari mobil untuk melihat matahari terbenam.

Ammar : "Lihatlah sayang waktu kali ini begitu bersahabat dengan kehadiran kita berdua."

Vika : "Iya sayang, sepertinya waktu ini memang tahu caranya kita mendapat kebahagiaan."

Ammar : "Indahnya pemandangan diselipi dengan cintamu yang memberi kenyamanan."

Vika : "Sangat nyaman dan sangat menyenangkan saat aku bersamamu sayang."

Mereka menyaksikan matahari terbenam sembari Ammar menggenggam tangan Vika dan membelai dengan lembut kepalanya.

Berdua duduk di sebuah pohon yang tumbang sambil Ammar memainkan gitar yang dibawa dari rumah, sedangkan Vika bersandar pada pundak Ammar sambil bernyanyi pelan. Saat sinar surya telah menghilang Ammar pun menghentikan petikan gitar lalu aku berganti melirik kekasihku yang masih bernyanyi pelan.

Tiba tiba Vika yang sedang bersandar di pundaknya mendadak berdiri dan berhenti bernyanyi, Vika nampak melihat sesuatu sambil terkejut.

Vika : "Sayang, sepertinya di balik batu itu ada hewan liar."

Ammar : "hah ?"

Vika : "Sayang, aku takut."

Tak lama mereka dikejutkan oleh seekor serigala melompat dari batu dan berjalan.

Ammar : "ayo kita masuk ke mobil sayang !"

(Sambil menggandeng Vika)

Seekor serigala itu melolong dan berlari menuju arah mobil sehingga membuat kekasihku ketakutan.

Vika : "sayang, bagaimana ini ? Aku takut."

Ammar pun dengan secepatnya tancap gas mobil untuk menjauhi seekor serigala itu.

Seekor serigala itu berlari dengan cepat mengikuti mobil, tak hanya satu serigala yang mengejar, kelompok serigala yang lainnya juga turun dari tebing untuk mengejar mobil yang dikendarai Ammar dan Vika.

Vika : "Sayang serigala lain juga turun dari tebing untuk mengejar kita."

Ammar : "Tenanglah sayang dan berdoalah, somoga tuhan melindungi kita."

Kelompok serigala itu berlari semakin cepat dan melolong semakin kencang, Ammar pun juga menambah kecepatan mobil yang ia jalankan agar bisa segera menjauhi kelompok serigala yang mengejar.

Saat sepasang kekasih itu berusaha melarikan diri dari kejaran kelompok serigala, tiba tiba langit mulai memperlihatkan sambaran kilatnya, mobil yang dikemudikan Ammar melewati jalananan sempit yang licin serta berbatu, di tepi jalan terdapat sebuah jurang dan tebing, keadaan itu membuat bulu kuduk mereka berdiri ketika melewati hutan belantara yang gelap dan sunyi.

Tiba tiba saat melewati sebuah tanjakan sepasang kekasih itu dikejutkan dengan peristiwa menegangkan.

Mobil yang dikemudikan terganjal batu saat menanjak sehingga mobil pun macet.

Vika : "Loh, kenapa ini ?"

Ammar : "Mobil ini macet, ada batu yang mengganjal ban mobil."

Vika : "Kalau mobil ini tidak jalan maka kita tak akan bisa keluar dari tempat ini."

Ammar : "Tenanglah sayang, mobil ini pasti bisa berjalan kembali, jangan takut sayang."

Belum lama mobil itu macet di tanjakan, tak disangka hal mengerikan datang...

Dua serigala besar menghadang di depan mobil, Vika sangat ketakutan bahkan hampir pingsan karena melihat itu.

Vika : "Sayang, bagaimana ini, aku takut sekali."

( Ia merasa sangat ketakutan hingga tubuhnya kaku dan mukanya pucat. )

Ammar : "Menunduklah sayang, jangan lihat serigala itu !"

Pada saat itu Ammar harus menentukan pilihan antara menembak atau menerjang dua serigala besar yang sedang menghadang.

Dalam hati ia berkata...

"Aku tak bisa menerjang serigala itu karena mobil ini masih belum bisa berjalan, jika tidak secepatnya aku tangani, serigala itu bisa memecahkan kaca mobil ini, karena serigala itu besar. Kalau begitu aku memilih untuk menembak serigala itu dengan senapan yang aku bawa."

Ammar pun meraih senapan yang diletakkan di kursi belakang mobil.

Vika : "Apa yang akan kamu lakukan sayang ?

Ammar : "Aku akan membuka kaca mobil agar aku bisa membunuh serigala itu, aku tak bisa menerjangnya karena mobil ini belum bisa jalan, aku harus membunuh serigala itu secepatnya, aku tak ingin serigala itu memecahkan kaca mobil ini."

Vika : "Aku mohon berhati hatilah."

(sambil memegang tangan Ammar.)

Namun saat menyiapkan senapan dan hendak membuka kaca mobil...

Ammar : "Senapan ini mengalami gangguan."

( Ammar mencoba mengutak atik senapan )

Vika : "Lalu bagaimana ini ?"

Ammar : Jangan takut sayang, tenanglah."

Setelah Ammar mencoba mengutak atik senapan akhirnya senapan itu kembali berfungsi lalu ia membuka kaca mobil untuk menembak dua serigala yang menghadang di depan mobil.

Salah satu serigala itu mendekati mobil kemudian dengan secepatnya ia menembak serigala itu, hasilnya tembakannya mengenai matanya sehingga serigala itu tak berkutik. Saat serigala pertama berhasil ia tembak, serigala kedua pun melompat ke kabin mobil dan saat itulah Ammar memberondong serigala di hadapannya, hasilnya leher serigala itu berlumur darah sehingga membuat serigala itu jatuh seketika.

Setelah dua serigala telah ia tumbangkan, Ammar pun keluar dari mobil

Vika : "Apa yang kamu lakukan sayang ?"

Ammar : "Tunggulah sayang."

Dengan sekuat tenaga Ammar bisa memindahkan batu yang mengganjal ban mobil, lalu Vika yang semula menunduk di dalam mobil kemudian melihat ke sisi mobil dan menyeru...

Vika : "Sayang serigala yang lain menyusul untuk mengejar kita kembali."

Aku pun langsung masuk ke mobil dan meminta pada kekasihku agar memakai sabuk pengaman.

Ammar : "Aku akan menjalankan mobil ini dengan kecepatan maksimal."

Vika : "baiklah."

Saat mobil yang ia jalankan dengan penuh kecepatan tiba tiba hujan turun dengan lebat sehingga membuat suasana semakin mencekam. Kelompok serigala itu tak ada henti-hentinya untuk berlari mengejar mobil yang dijalanakan Ammar, Vika ketakutan mengetahui kawanan serigala yang mengejar dibalut pula dengan derasnya hujan ditengah hutan, begitu pula Ammar yang menyetir dengan badan gemetar dan detak jantungnya yang berdebar.

Ammar merasa tidak tega melihat Vika raut mukanya pucat sehingga ia memintanya menutup mata dan berdoa.

Ammar : "Sayang tutuplah matamu jika kamu takut dengan apa yang kamu lihat dan berdoalah agar kamu tenang."

Vika: "Iya sayang, kamu juga hati hati ya, tetap fokus dan tenang."

Ammar menyetir mobil sambil berharap agar segera menemukan jalar keluar dari tempat yang mencekam ini.

Berjam-jam mobil menyusuri jalanan hutan yang gelap gulita dan merindingnya suasana yang disambut oleh ancaman kawanan serigala.

Akhirnya Ammar pun berhasil menemukan jalan yang kembali normal, jalanan yang sudah aman dan terlihat ada gemerlap lampu di tepi jalan, sambil memegang setir Ammar melirik ke kaca spion mobil dan sudah tak terlihat lagi kawanan serigala yang mengejar.

Saat keadaan sudah kembali normal, Ammar menghentikan mobil untuk beristirahat sambil menarik nafas lega...

Ammar : "Hei, bukalah matamu, keadaan sudah aman."

Vika : "Kita dimana ?"

Ammar : "Kita sudah meninggalkan hutan, sekarang kita berada di tepi jalan."

Vika: "Syukurlah kalau begitu."

Aku : "Minumlah sayang agar kamu tidak tegang, tenangkan dulu dirimu."

Vika : "Sayang, maafkan aku karena aku mengajakmu pergi ke tempat yang sebenarnya tak layak di datangi, aku merasa bersalah karena aku sudah merepotkanmu, maafkan aku ya sayang."

Ammar : "Sudah selayaknya aku sebagai teman hidupmu akan mendampingimu dan menuruti keinginanmu, walaupun malapetaka melanda kita tetap yakin jika tuhan selalu menyertai kita."

Vika: "Terima kasih sayang atas kebaikan dan kepedulianmu padaku, aku juga akan mendukung dan menemani langkahmu karena aku menyayangimu".

Ammar : "Aku juga menyayangimu."

Next chapter