webnovel

Blood Gear: Melihat Kebenaran.

Author: PamanWoody
ย้อนยุค
Ongoing · 12.9K Views
  • 7 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Sebuah Novel dengan genre Sci fi yang mengisahkan tentang kelajutan perang besar yang menghancurkan segalanya. Bahkan berpotensi menghancurkan bumi itu sendiri. Gencatan senjata tidak menghasilkan perjanjian damai. Rasa perang ini tidak dapat lagi didamaikan, Namun juga tidak dapat dilanjutkan secara membabi buta. Karena dapat menciptakan kiamat lebih cepat. Kemudian muncul sebuah ide untuk beradu kemutahiran teknologi berbentuk gear tubuh yang biasa dipakai oleh tentara. Itu disebut Zirah Tempur/ Divine Gear. Dengan perjudian wilayah atau jiwa disetiap pertandingan penguasa.

Tags
2 tags
Chapter 11. Pengenalan Latar

Masa depan sangat berbeda dari yang kalian bayangkan. Jika kamu berfikir betapa menyenangkan serta majunya terknologi? itu memang benar dan itu sangat mengesankan. Namun dimana ada kemajuan tentu ada juga pengorbanan aku hanya berbicara sedikit mengenai siklus sebab dan akibat. Kemajuan Teknologi yang gila berbanding lurus dengan dampak mengerikan yang tidak diinginkan.

Pasca pecah perang antar negara-negara super power pada jaman tersebut. Banyak kota besar maupun kecil menjadi puing puing tak berarti. Ledakan, kobaran api, kebisingan roket dan pesawat, tidak ada lagi hari tenang.

Masyarat telah muak dengan perang yang berkepanjangan ini, mereka telah mencoba berdemo apapun itu telah mereka lakukan demi menghentikan ini karena tetap saja siapapun yang memenangkan peperangan warga sipil adalah yang kalah. Mereka tetap menjadi korban kehilangan harta maupun jiwa.

Suara mereka terlalu kecil dan tidak dianggap. Entah itu dampak, penyakit, efek samping atau apapuin itu pihak pemerintah terlalu lihai dalam berdalih yang dimana mereka selalu kalah. Hanya dapat berdoa agar perang besar ini cepat berakhir.

Kota Tarba adalah salah satu kota cabang bagian timur. Ini adalah kota kecil kumuh imbas dari kemajuan teknologi. Banyak kota-kota yang serupa di negara bagian timur. Tarba sebenarnya bukan sebuah kota melainkan tempat pembuaangan rongsokan yang gagal.

Namun karena semakin banyak yang bermukim disini itu membentuk sebuah desa dan berkembang menjadi sebuah kota.

Karena tarba memiliki banyak populasi sehingga kota utama sedikit melirik kota ini dan memberikan sedikit sumber dayanya untuk para pemuda berbakat yang akan ditarik di kota utama guna menambah kekuatan. Bisa digambarkan kasar dengan hewan ternak yang berebut makanan. Yang kuat akan disayang majikan dan jika sudah tidak berguna tentu saja itu akan dibuang.

Meskipun mereka tahu kenyataan pahit itu, mereka tetap berebut slot. Karena dari situ mereka dapat menikmati kemajuan teknologi yang sebenarnya, yang hanya dapat dinikmati oleh kaum Elite di Kota utama.

Saat ini masih terjadi perang antar negara, namun perang ini sudah berbeda dari dengan jaman dahulu yang masih terlalu kuno dan bar-bar menggunkan tank, rudal pesawat dan lain sebagainya. Itu menghancurkan sebagian besar daratan lengkap berseta flora dan fauna mereka punah bersama besar-besaran.

Untuk itulah terjadi sebuah gencatan senjata. Karena perseteruan ini tidak dapat didamaikan mereka sepakat untuk melanjutkan perang namun dengan cara yang berbeda yaitu dengan beradu teknologi mutahir yang disebut Divine Gear atau Zirah perang. Dengan taruhan wilayah atau jiwa tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak semakin besar taruhan semakin akbar pula acara yang akan digelar.

You May Also Like

Pesan Cinta Effendik

“Menata hati bukan ikwal membalik telapak Mencairkan luka jua tak sekedar meneguk kopi Menyapu keresahan masa lalu jua teramat tak mampu Semua adalah garis takdir qada Mau tak mau harus terlewati Di sisinya ada jurang di sisi yang lain ada lubang Di tengah-tengah ada serapak dua kaki Bila salah sedikit neraka jahanam adalah ujung tanpa tepi Bukan masalah hanya mengucap Bismillah Atau mengusap kedua tangan kemuka dengan Allhamdulillah Tapi terus berjalan di jalanan yang benar Setegak alif sekuat baq berjuang demi menjaga keimanan dan kesalehan hati Terus berusaha hidup dengan lafaz shalawat dan tabuh genderang takbir langit” *** Begitulah serat cinta lampiran sebait puisi Effendik yang iya tulis rapi bak catatan buki diari. Sore menjelang magrib dengan segelas kopi dan sebungkus rokok di atas meja berteman sunyi sebuah gang desa bernama Mojokembang. Sebuah desa pinggiran kota Jombang. Ini ikhwal sebuah cerita dan album masa lalu Bagus Effendik. Seorang lelaki muda yang sedang mencari jati diri. Benturan demi benturan kenyataan pahit terus ia lalui. Kehidupan sederhana dari orang tua yang sederhana membuat ia harus selalu berjibakuh dan kerja keras untuk mencari sesuap nasi. Bagus Effendik yang sering dipanggil dengan sebutan Cacak Endik. Adalah pemuda biasa dari kebanyakan pemuda kampung lainnya. Namun di balik penampilannya yang biasa saja terselip kalam-kalam illahi yang indah yang selalu tergetar di mulut dan hatinya. Jalan takdir yang ia miliki membuatnya selalu resah dengan keadaan yang diterimanya. Iya selalu bertanya dalam hati apa itu cinta sebenarnya dalam arti mana harus ku kerahui cinta apakah dalam arti kiasan atau secara hakikatnya

Cacak_Endik_6581 · ย้อนยุค
Not enough ratings
55 Chs

PRAHARA DI KAHURIPAN

Pada saat Prabu Dharmawangsa Teguh Anantawikrama dari Kerajaan Medang Kemulan merayakan pesta pernikahan kedua puterinya yaitu Dewi Sri Anantawikrama dan Dewi Laksmi dengan Pangeran Airlangga dari kerajaan Bedahulu di Bali, tiba-tiba menyerbu prajurit raja Wura-wari dari kerajaan Lwaram Dalam penyerbuan itu Prabhu Dharmawangsa Teguh dan permaisuri serta seluruh menteri dan bangsawan kerajaan tewas. Istana Watu Galuh dihancurkan. Airlangga dan kedua isterinya didampingi pelayan setianya, Mpu Narottama dan beberapa pengawal berhasil meloloskan diri dan berlindung di Gunung Prawito. Tiga tahun hidup di hutan Prawito sebagai pertapa, tahun 931 Saka Airlangga kedatangan serombongan orang dipimpin oleh beberapa pendeta untuk menyampaikan keinginan rahayat Medang agar Airlangga kembali membangun kerajaan baru meneruskan dinasti Ishyana. Dengan bantuan para pendeta, reshi dan brahmana, Airlangga menyusun kekuatan membangun kerajaan Medang. Diantara para reshi terdapat Mpu Bharada penasehat spiritual mendiang prabu Dharmawangsa Teguh, dibantu oleh Ki Ageng Loh Gawe, pertapa di Gunung Anjasmara Pada tahun 931 Saka istana Wotan Mas selesai dibangun dan Airlangga diangkat sebagai raja dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Kerajaan yang baru bernama Kahuripan. Atas jasanya membantu pembangunan kerajaan Kahuripan, Prabu Airlangga menghadiahkan tanah perdikan di desa Giri Lawangan kepada Ki Ageng Loh Gawe. Dalam kunjungannya ke Wotan Mas, Ki Ageng Loh Gawe mengajak muridnya bernama Ki Puger berusia 20 tahun. Mengetahui Ki Puger murid Ki Ageng Loh Gawe yang ikut membantu membangun Wotan Mas, Prabhu Airlangga meminta agar Ki Puger bersedia dinikahkan dengan sepupu raja yang bernama Dewi Centini Luh Satiwardhani atau Ni Luh Sati. Setahun setelah perkawinan itu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Aryosetho Jayawardhana. Tahun 954 Saka atau 1032 M Giri Lawangan diserbu gerombolan pimpinan Gagak Lodra. Sehari sebelum itu Ki Puger dan keluarganya pergi meninggalkan Giri Lawangan menuju ke pertapaan Kaliwedhi untuk menghindarkan Aryosetho Jayawardhana dari penyerbuan Gagak Lodra karena ia dipilih oleh para dewa sebagai cikal bakal yang kelak akan menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Di Kaliwedhi Aryosetho digembleng dengan keras oleh Reshi Sethowangi. Berkat ketekunannya ia memperoleh ilmu mahadahsyat ciptaan Sang Hyang Wishnu yang bernama Bhayu Selaksha dan menerima pedang sakti Sosronenggolo Setahun kemudian Aryosetho bersama Ki Puger turun gunung membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya yang direbut oleh Ratu Arang Ghupito. Berkat perjuangannya Aryosetho berhasil membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya. Dalam perjalanan dari kraton Dhaha kembali ke Kahuripan, ia dan prajuritnya berhasil menumpas gerombolan Gagak Lodra. Selesai menjalankan tugasnya Aryosetho mengajak sahabat masa kecilnya ke Kaliwedhi menjemput calon istrinya yang bernama Dyah Ayu Rogopadmi Aninditho Prameshwari alias Dewi Condrowulan. Beberapa waktu lamanya di Kaliwedhi, Aryosetho kembali ke Giri Lawangan memboyong Dewi Condrowulan yang telah menjadi istrinya dan hidup sebagai pertapa. Setelah 93 tahun pernikahannya Dewi Condrowulan di karuniai seorang putri. Namun kebahagiaan bersama sang putri yang dinantikan selama puluhan tahun hanya berlangsung selama 40 hari, setelah hari itu Dewi Condrowulan harus menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh orang lain seperti dirinya dulu ditemukan Reshi Sethowangi di tengah hutan. Bayi tanpa nama itu diserahkan kepada Mpu Purwo, seorang pertapa sakti yang kemudian memberinya nama Ken Dedes. Ken Dedes kelak akan melahirkan keturunannya menjadi raja besar di kerajaan Singhasari dan Majapahit. Aryosetho dan Dewi Condrowulan telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan oleh Dewata Agung sebagai pepunden cikal bakal raja-raja besar di tanah Jawa.

Uud_Bharata · ย้อนยุค
5.0
3 Chs