webnovel

Pisah Kamar

(Ini flashback kejadian sebelum Diva datang ya)

Kenzo mengacak rambutnya kesal, kepalanya terasa pusing. Juga pekerjaan yang cukup banyak membuatnya frustasi.

"Arghh, kangen Diva!" ucapnya.

Dia mengambil ponselnya mencoba menghubungi istrinya namun tak juga diangkat membuat Kenzo kesal.

Karena merasa gerah, Kenzo membuka dua kancing bajunya, menggulung lengannya sampai siku.

Tok Tok Tok

"Masuk!" ucapnya datar, Kenzo kembali melanjutkan pekerjaannya ingin segera pulang dan bertemu istrinya.

"Pak, ini kopinya." Kenzo hanya bergumam, saat OB wanita itu meletakkan kopi di mejanya.

"Arghh!" Kenzo menjerit kala kopi itu malah tertumpah di celananya, matanya menghunus tajam ke arah OB itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN!" bentaknya, membuat tubuh OB itu bergetar.

"Ma-maaf pak, maafkan saya!" OB itu mengambil tisu lalu membersihkan celana Kenzo yang terkena tumpahan kopi.

Belum Kenzo mendorongnya, Diva lebih dulu melihat ke arah mereka.

****

Kenzo mengusap wajahnya kesal, sedari tadi Diva selalu mendiamkannya membuat Kenzo uring-uringan sendiri.

"Sayang, please maafin aku!" Kenzo kembali merengek, mereka baru sampai di rumah, setelah kejadian tadi Kenzo mengajaknya pulang ke rumah.

"Cepat ganti baju kamu, aku mau lihat luka di kakimu!" ujar Diva dingin.

Kenzo mengangguk menurut lebih baik dia menurut ketimbang istrinya lebih marah lagi kepadanya.

Kenzo segera mengganti bajunya juga celana pendek dia melihat pahanya yang melempuh merah karena tumpahan kopi tadi. Terasa sedikit perih.

Diva menghela nafas panjang melihatnya, dia segera mengambil kompres untuknya, mulai mengobati suaminya dengan telaten.

Setelah memberikan salep kepada Kenzo, Diva segera keluar. "Sayang mau kemana? aku lagi sakit, kamu di sini aja!" rengek Kenzo.

"Ambilin kamu makan, kamu belum makan kan!" Diva segera keluar, melihat hal itu membuat Kenzo semakin marah kepada OB sialan tadi.

Kenzo mengambil ponselnya di atas nakas untuk menghubungi Moreo.

"Gimana, hukuman apa yang lo kasih ke dia?" tanyanya setelah telpon terhubung.

"Kenik-matan, udah ah gue masih ahh!" Kenzo bergidik mendengarnya.

Moreo sialan!

Kenzo segera mematikannya memilih mengirim pesan kepada sahabat gilanya itu. Bisa-bisanya dia menerimanya telpon di saat tengah bersetubuh dengan wanita.

Menggelikan, yang Kenzo tau pasti wanita itu adalah OB sialan yang membuat istrinya marah saat ini.

Me:

Gue mau lo pecat dia dan buat dia nggak bisa kerja di mana pun. Kalau perlu bunuh dia sekalian!

Kenzo tetaplah Kenzo, pria jahat yang selamanya akan tetap jahat. Dia tidak akan main-main dengan orang-orang yang sudah berani menganggu ketenangannya.

"Nih!" Kenzo segera meletakkan ponselnya setelah melihat Diva membawa makanan yang tadi dia bawa ke kantor.

"Suapin!" pinta Kenzo manja.

"Aku lagi sibuk, kamu makan sendiri aja!" Diva meletakkan bekal makan itu di sebelah Kenzo lalu pergi meninggalkannya.

"Sayang!" rengek Kenzo.

Bahkan matanya sudah berkaca-kaca melihat Diva akan pergi meninggalkannya. Diva menatap sebal ke arahnya.

"Apa!"

"Jangan pergi, hiks!" Runtuh sudah pertahannya, Kenzo benar-benar menangis kali ini.

Namun Diva tetap diam menatap datar ke arahnya, dia masih merasa kesal kepada suaminya. Meskipun dia ingin tertawa melihat Kenzo menangis di hadapannya.

"Sini, jangan pergi! aku nggak mau kamu tinggal." Kenzo merengek.

Menghela nafas panjang akhirnya Diva kembali mendekati suaminya dengan wajah yang sangat-sangat datar.

Diva mengambil makanan itu lalu menyuapi suaminya dengan telaten, tanpa ada percakapan di antara keduanya.

Diva yang tetap bungkam dan Kenzo yang tak tau harus bicara apa. "Sayang, kamu masih marah?" cicit Kenzo.

"Pikir aja sendiri!" Diva memberikan minuman kepadanya setelah makannya telah habis.

"Ta-tapi kan bukan salah aku," cicit Kenzo. Matanya menatap sendu ke arah istrinya.

"Maafin aku sayang!" Kenzo menggoyangkan lengan Diva namun wanita itu hanya diam.

"Malam ini aku nggak mau tidur sekamar sama kamu, ini hukuman buat kamu!" putus Diva lalu pergi meninggalkan kamar.

Kenzo terdiam mendengarnya sebelum suaranya berteriak menggelegar ke seluruh penjuru rumah.

"SAYANG NGGAK MAU!"

*****

Moreo tersenyum miring menatap wanita yang terkapar di ranjang. "Jalang, sialan!" ucapnya.

Wanita itu bahkan sampai pingsan setelah melayani nafsunya. Wanita itu memang sengaja ingin menggoda Kenzo.

"AKAS!!" panggil Moreo pada anak buahnya.

"Iya, bos."

"Bawa jalang ini keluar dari kamar saya, buang dia kalau kau mau kau bisa memakainya secara bergilir dengan yang lain!" Akas menatap tubuh telanjang di ranjang itu.

"Pakai dululah baru buang!" Kekehnya.

Akas segera menggendong tubuh wanita itu keluar dari kamar Moreo, sedangkan Moreo sendiri masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tugas dari Kenzo telah dia selesaikan dengan mudah, inilah hidupnya. Hidup dengan bebas dan semaunya.

Menikmati hidup yang teramat indah untuknya, hidupnya hanya untuk bekerja dan bersenang-senang.

Hanya saja Moreo belum menemukan wanita yang tepat yang bisa mengubah pola pikirnya.

Sebenarnya Moreo ingin hidup seperti Kenzo memiliki istri yang mencintainya dan sangat dia cintai.

"Selagi ada uang gue nggak akan pernah kekurangan wanita!"

****

Tok Tok Tok

"Sayang, buka! masa kamu tega ninggalin aku tidur sendiri." Kenzo mengetuk pintu kamar yang ditempati Diva.

"Sayang!!" rengeknya.

Sudah hampir satu jam Kenzo terus memanggil istrinya namun Diva tak sama sekali meresponnya.

Diva hanya diam, duduk termenung di sana hatinya masih terasa sakit setiap kali mengingatnya meskipun Kenzo sudah menjelaskannya.

"Aku takut!" gumamnya.

Kenzo duduk lesehan dengan bersabda pada pintu kamar Diva. "Aku akan tetap di sini sampai kamu mau bukain pintu buat aku, aku nggak mau pisah kamar sama kamu, sayang!"

Diva tetap diam, dia berpikir jika ini hukuman yang tepat untuk suaminya, meskipun dia tahu jika Kenzo tidak sepenuhnya salah namun tetap saja Diva kesal.

"Dia nggak mungkin tidur di luar, Kenzo nggak bodoh sampai segitunya buat tidur sama aku!" ucapnya.

Meskipun susah untuk tidur Diva tetao memejamkan matanya. "Kenapa rasanya masih sakit ya?" gumamnya.

Apakah itu bukti betapa besarnya rasa cinta Diva kepada Kenzo? sampai rasanya dia tidak akan pernah rela jika melihat Kenzo bersama wanita lain.

****

Diva terbangun tengah malam, merasa haus namun di kamar tidak ada air. Terpaksa dia harus keluar untuk mengambil minum di bawah.

Ceklek

"Eh?" Diva terkejut kala melihat Kenzo tengah tertidur di lantai dengan bersandar pada tembok sebelah kamarnya.

Tubuh lelaki itu nampak kedinginan, melihat hal itu membuat hati Diva terenyuh, sampai seperti ini Kenzo lakukan karena tak ingin pisah kamar dengannya.

Apakah kali ini dia sungguh keterlaluan?

"Ken, bangun ayo pindah ke kamar. Ngapain kamu tidur di luar!" Diva mengusap pipi Kenzo pelan.

Tubuhnya terasa sangat dingin, Kenzo mengerjab pelan matanya berkaca kala melihat istrinya.

"Jangan marah lagi, aku nggak mau pisah kamar sama kamu!" Kenzo memeluknya begitu erat.

Next chapter