"Tidak pernah pacaran sama sekali? Belum laku?"
"Bapak bisa tidak menunjukkan karisma Bapak sebagai bos?"
"Apa maksud kamu?" tanya Pak Hanzie dengan kening bertaut.
"Bapak membicarakan saya yang belum laku? Tidak pernah pacaran bukan berarti tidak laku, Pak! Tapi mungkin saja ada sesuatu yang membuat orang itu tidak mau pacaran?"
"Ya, sudah lupakan masalah kamu yang belum laku. Kita ke rumah kamu sekarang."
Pak Hanzie bicara seperti itu sembari ingin bangkit dari tempat duduknya.
"Eh, Pak! Ini, serius?"
"Kamu pikir?"
"Tapi, kenapa? Masa iya, Bapak segitunya nggak percaya saya memasang lampu dengan benar?"
Nyaris shock, Virna sampai menaikkan volume suaranya, hingga membuat Pak Hanzie menyilangkan jari telunjuknya di bibir.
"Badan kamu itu kecil, tapi suara kamu itu besar. Bisa tidak, kamu bicara tidak usah berteriak?"
Virna memajukan bibirnya. Tapi, saat ia memalingkan wajahnya, jika ia melakukan hal itu di hadapan si bos, bisa-bisa bibirnya hilang dipangkas bosnya yang galak ini.
"Saya kaget, Pak. Bapak itu minta sesuatu yang tidak masuk akal...."
"Memangnya, aku mau menikahi kamu, hingga kamu bilang tidak masuk akal? Kalau aku melamar kamu baru bisa dikatakan tidak masuk akal, ini ada lampu baru, kualitas lampu ini yang terbaik dan terkenal dengan keawetannya. Semua orang juga tahu itu, lampu ini kamu pasang, aku mau lihat, apakah dalam waktu beberapa hari lampu ini juga akan mati lagi?"
Kalimat Pak Hanzie yang mengatakan mustahil melamar tadinya ingin direspon Virna.
Namun, melihat di salah satu tangan Pak Hanzie ada sebuah lampu yang memang diketahuinya bukan merk abal-abal, Virna terdiam.
"Ini gratis, Pak?" tanya Virna dengan tampang bodoh.
"Tentu saja dipotong gaji kamu!"
Virna mengeluh di dalam hati. Memang dasar pelit!
Gadis itu komat kamit sendiri.
"Saya bawa Pak, nanti saat di rumah saya pasang," katanya sembari menyambut lampu yang disodorkan Pak Hanzie.
"Sekarang! Bawa aku ke rumah kamu!"
"Saya ngekost, Pak. Kan saya sudah bilang tidak punya rumah, saya ngekost!"
"Memangnya kost itu bukan rumah? Itu kandang?"
Kedua telapak tangan Virna mengepal. Ingin sekali ia menghajar pria tinggi di hadapannya ini dengan beberapa jurus dasar yang ia punya.
Tapi, apa daya, jika itu ia lakukan bagaimana nasibnya? Dipecat? Sudah pasti.
"Baik, Pak."
"Ikuti aku!"
Pak Hanzie menyambar kunci yang ada di atas meja miliknya, lalu bergerak meninggalkan tempat duduk.
Terpaksa, Virna mengikuti. Mereka berdua keluar dari ruangan itu dan segera melintasi barang-barang yang terpajang di rak yang ada di supermarket tersebut.
Beberapa karyawan menatap Virna dengan tatapan mencemooh. Sedangkan Morin? Tidak terlihat, entahlah kemana sahabat Virna yang satu itu. Padahal, Virna ingin sekali meminta bantuan Morin, sekedar mencegah niat gila bosnya mungkin. Jika bisa.
Tapi, gadis berambut panjang itu tidak nampak. Membuat Virna sepertinya harus tabah, jika hari ini ia dan bosnya benar-benar akan membuktikan sesuatu yang tidak perlu dibuktikan sama sekali.
"Pak. Boleh tidak, ini tidak usah dilakukan? Saya bisa terima hukuman Bapak yang lain, lembur mungkin, daripada mengajak Bapak ke kost saya?"
Setelah mereka ada diparkiran, di mana Pak Hanzie memarkir mobilnya, Virna mencoba untuk menawar lagi niat Pak Hanzie.
Membuat gerakan pria tinggi itu terhenti yang tadinya ingin membuka pintu mobil miliknya.
Pak Hanzie membalikkan tubuhnya, dan menatap Virna yang berdiri menunduk di belakangnya seperti seorang pesakitan, yang menunggu dihukum.
"Aku tidak suka dengan gadis yang suka membantah, dan menawar. Aku sudah bilang bawa aku ke rumah kamu, ya sudah, lakukan, kamu pikir aku akan melakukan apa jika kita di sana? Tidak usah berpikiran yang tidak-tidak, itu cuma khayalan kamu saja!"
Lagi, Virna mengeratkan kepalan tangannya, ketika mendengar cemoohan bosnya ini. Kedua matanya mengarah pada kedua kaki panjang bosnya itu.
Ingin sekali ia menendang kaki itu, agar tubuh tinggi si bos terbungkuk, lalu ia menghajar punggung atau kepala pria ini, agar bisa bicara lebih lembut pada seorang wanita sepertinya.
Tapi, lagi-lagi itu hanya mimpi. Pada akhirnya, yang terjadi bukan yang ada di dalam otak Virna.
Si bos, tidak mau diajak bernegosiasi. Ia memerintahkan Virna masuk ke dalam mobil mewahnya.
Dan detik berikutnya, pria itu sudah konsentrasi menyetir, tanpa menghiraukan raut wajah Virna yang semakin terlihat tidak karuan.
Di waktu yang sama, di kost Virna. Bee, terlihat semakin kepayahan. Meskipun ia tadi sempat meminum obat yang diberikan oleh Virna sebelum wanita itu berangkat bekerja.
Tetap saja rasa sakit yang seperti ingin menghancurkan jantungnya masih terasa.
"Sial! Kenapa begitu aku berubah jadi kucing, kekuatanku hilang tidak ada sama sekali? Aku tidak bisa mengerahkan kekuatanku meski hanya sedikit. Berhari-hari tidak memakai celana, rasanya aku seperti orang gila. Kenapa tidak ada satu orang pun prajurit ayah yang menemukan aku di sini?"
Bee, bicara. Bicara? Benar. Suara yang didengar Virna saat itu adalah suara milik Bee. Bee bukan seorang kucing biasa.
Dia adalah seorang pangeran yang terkena ilmu musuhnya saat bertarung, hingga tubuhnya berubah wujud menjadi seekor kucing, untuk menghindari kematian.
Pada saat malam pertarungan itu, di bumi sedang mengalami cuaca yang sangat buruk, karena hujan badai sedang berlangsung. Bee, atau yang sebenarnya adalah seorang pangeran di sebuah negeri atas angin, terdesak ketika bertarung dengan saudara tirinya sendiri Pangeran Julian.
Pertarungan itu membuat Bee yang punya nama asli Jeelian atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Jeelian, terdesak hingga ia terkena pukulan pamungkas saudara tirinya tersebut.
Sadar bahaya, Pangeran Jeelian merubah dirinya menjadi hewan. Tidak disangka karena tubuhnya terluka parah, keinginannya yang ingin merubah diri menjadi seekor burung agar mudah pergi kemanapun, justru tidak terpenuhi.
Tubuhnya justru berubah menjadi seekor kucing? Mengapa? Dirinya sendiri saja tidak tahu. Saat itulah, di waktu yang sama, Virna yang baru pulang bekerja, terjebak dengan situasi alam yang buruk tersebut, keluar dari angkot yang membawanya pulang.
Ketika berlari kecil untuk mencapai gang menuju kostnya, Virna menemukan Pangeran Jeelian yang sudah berubah menjadi seekor kucing.
Tubuhnya penuh luka. Bahkan untuk berdiri saja saat itu sang pangeran tidak sanggup.
Tidak ada yang tahu, Pangeran Jeelian jatuh ke bumi.
Hingga sampai sekarang, para awak kerajaan dikerahkan untuk mencari jejaknya ke seantero negeri atas angin.
Namun mereka belum menemukan sang pangeran, dan untuk sementara saudara tiri Pangeran Jeelian lah yang menggantikan posisinya di istana.
Pangeran Jeelian sekarang sedikit mulai pulih karena perawatan Virna, akan tetapi yang membuat ia tidak habis pikir, mengapa kekuatannya nyaris tidak ada sama sekali?
Untuk melontarkan kalimat saja, Pangeran Jeelian kesulitan. Seperti saat itu, saat ia ingin memberikan kata semangat untuk Virna. Bahwa gadis itu tidak perlu mengkhawatirkannya, ia hanya mampu mengatakan kalimat singkat saja, itu juga harus ia tebus dengan dirinya yang terbatuk-batuk hingga sampai mengeluarkan darah.
Hal ini yang membuat Pangeran Jeelian menjadi bingung ada apa sebenarnya dengan dirinya?
Saat berfikir seperti itu, telinganya yang tajam mendengar suara aneh di belakang.
Cepat ia bangkit, dengan langkah tertatih, Pangeran Jeelian menyeret langkahnya ke dapur.
Sayangnya, karena pintu tertutup ia bahkan tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di belakang, tepatnya di tempat Virna biasa menjemur cucian miliknya termasuk pakaian dalam.
Pangeran Jeelian duduk di hadapan pintu dapur yang tertutup.
Berusaha untuk mengerahkan sedikit kekuatan pada kedua matanya, yang biasanya mampu melihat hal apapun meskipun tidak terlihat oleh mata biasa.
Sekarang sesuatu yang mudah saja sulit untuk ia lakukan. Sang pangeran harus mengerahkan seluruh kekuatan dalam tubuhnya yang kecil karena sudah berubah wujud menjadi seekor kucing, untuk melihat ada apa dibalik pintu dapur tuan barunya itu.
Malingkah?
Note: Sesuatu yang terkadang mustahil bagi manusia, tidak akan mustahil bagi Tuhan, karena jika sudah seizin-Nya, yang mustahil akan tetap terjadi.
(Apakah Bee, atau Pangeran Jeelian berhasil mengerahkan kekuatannya untuk melihat ada apa sebenarnya di beranda belakang kamar kost Virna? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya, terimakasih sudah membaca, dan memberikan reviewnya di novel ini, semoga kalian disehatkan dan diluaskan rezeki, Amiin)